Forum Komunitas Online Gunungkidul |
| | (Share) Pendidikan | |
|
+7gimbik dwikoe cah sokoliman japrax dewalangit madi Wonosingo Ngali Kidul 11 posters | |
Pengirim | Message |
---|
Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: (Share) Pendidikan Wed Jul 16, 2008 1:54 pm | |
| First topic message reminder :
Bagi yang berkenan mari kita bahas tentang dunia pendidikan, entak itu untuk anak atau untuk diri kita sendiri. Yang mana posting ini bisa buat tanya jawab dan pembahasan yg layak.....
Masalah pendidikan bagi anak-anak tentunya selalu mendapat perhatian yang banyak bagi para orang tua, atau setidaknya para orang tua yang bertanggung jawab. Tentu setiap orang tua normalnya menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan banyak yang rela banting tulang peras keringat agar keturunannya dapat bersekolah dengan layak (karena di negeri ini, pendidikan yang layak memang ekivalen dengan biaya besar).
Dan untuk pendidikan yang berkualitas itu seperti apa??? Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia yaitu: * Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. * Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Terus untuk persiapan sebelum ke bangku sekolah ada yang menawarkan berbagai invest.... Lihat http://www.perencanakeuangan.com/files/InvestasiPendidikanAnak.html.
Yang mau bergabung dan punya pengalamn mari share... | |
| | |
Pengirim | Message |
---|
madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 3:45 am | |
| Motivasi Belajar
Teori Kebutuhan Maslow, termasuk konsep aktualisasi diri yang ia definisikan sebagai keinginan untuk mewujudkan kemampuan diri atau “keinginan untuk menjadi apapun yang seseorang mampu untuk mencapainya.”. Aktualisasi diriditandai dengan penerimaan diri dan orang lain, spontanitas, keterbukaan, hubungan dengan orang lain yang relatif dekat dan demokratis, kreativitas, humoris, dan mandiri—pada dasarnya, memiliki kesehatan mental yang bagus atau sehat secara psikologis. Maslow menempatkan perjuangan untuk aktualisasi diri pada puncak hierarki kebutuhannya, hal ini berarti bahwa pencapaian dari kebutuhan paling penting ini bergantung padapemenuhan seluruh kebutuhan lainnya. Kesukaran untuk memenuhi kebutuhanini di akui oleh Maslow, yang memperkirakan bahwa lebihsedikit dari 1 persen orang dewasa yang mencapai aktualisasi diri. Implikasi Teori Maslow dalam Pendidikannya untuk belajar. Pentingnya teori kebutuhan maslow dalam pendidikan terletak dalam hubungan antara kebutuhan dasar dan kebutuhan tumbuh. Jelas bahwa siswa yang sangat lapar atau yang dicekam bahaya akan memiliki energi psikologis yang kecil yang dapat dikerahkan. Dengan kata lain ia hampir tidak memiliki motivasi belajar. Sekolah dan lembaga pemerintahan menyadari bahwa apabila kebutuhan dasar siswa tidak dipenuhi, belajar akan terganggu. Dalam kondisi seperti ini, sekolah atau pemerintah dapat mengatasinya dengan menyediakan program makan pagi danmakan siang gratis. Di sekolah, kebutuhan dasar paling penting adalah kebutuhan akan kasih sayang dan harga diri. Siswa yang tidak memiliki perasaan bahwa mereka dicintai dan mereka mampu, kecil kemungkinannya memiliki motivasi belajar yang kuat untuk mencapai perkembangan ke tingkatnya yang lebih tinggi. Sebagai misal, pencarian pengetahuan dan pemahaman atas upaya mereka sendiri atau kreativitas dan keterbukaan untuk ide-ide baru yang merupakan karakteristik orang-orang yang mencapai aktualisasi diri.Siswa yang tidak yakin bahwa mereka dapat dicintai atau tidak yakin dengan kemampuannya sendiri akan cenderung untuk membuat pilihan yang aman: BERGABUNG DENGAN KELOMPOKNYA, BELAJAR HANYA UNTUK TES TANPA ADA MINAT UNTUK MENGEMBANGKAN IDE-IDE, MENULIS KARANGAN YANG TIDAK KREATIF, DAN SEBAGAINYA. Guruyang berhasil membuat siswa merasa senang dan membuat mereka merasa diterima dan dihormati sebagai individu, lebih besar peluangnya untuk membantu mereka menjadi bersemangat untuk belajar demi pembelajaran dan kesediaan berkorban untuk menjadi kreatif dan terbuka terhadap ide-ide baru. Apabila siswa dikehendaki menjadi pelajar yang mandiri, mereka harus yakin bahwa guru akan merespon secara adil dan konsisten kepada mereka dan bahwa mereka tidak akan ditertawakan atau dihukum karena murni berbuat kekeliruan. | |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 3:50 am | |
| Motivasi Belajar dan Teori Kepribadian Kata motivasi digunakan untuk mendeskripsikan suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu. Orang dapat termotivasi makan apabila sedang lapar, pergi ke mall hari ini, mendapatkan nilai IPS yang lebih baik semester ini, atau memperbaiki kondisi lingkungan hidup di sekitar rumah tinggal mereka. Dengan kata lain, kata motivasi dapat dikenakan pada perilaku dalam suatu ragam atau rentang situasi yang sangat luas. Seseorang menggunakan konsep motivasi untuk memerikan suatu kecendrungan umum yang mendorong ke arah jenis tujuan tertentu. Dalam pengertian ini, motivasi sering di pandang sebagai karakteristik kepribadian yang relatif stabil. Sejumlah orang termotivasi untuk berprestasi, sebagian yang lain termotivasi untuk bergaul dengan orang lain dan mereka menyatakan motivasi ini dalam berbagai cara yang berbeda. Motivasi sebagai suatu karakteristik yang stabil merupakan konsep yang agak berbeda dari motivasi untuk melakukan sesuatu yang spesifik dalam situasi tertentu. Sebagai misal, seseorang dapat dimotivasi untuk makan apabila telah cukup lapar (motivasi situsional), namun sejumlah orang umumnya lebih tertarik pada makanan daripada yang lain (motivasi sebagai suatu karakteristik pribad atau motivasi kepribadian). Hal ini tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa motivasi situsional dan motivasi kepribadian tidak berhubungan. Motivasi sebagai sutu karakteristik pribadi (motivasi kepribadian) sebagian besar merupakan hasil dari sejarah seseorang (motivasi situsional). Lihat juga Motivasi Belajar dan Teori Atribusi Sebagai contoh, anak-anak yang dipuji oleh orang tua dan guru mereka karena menunjukkan minat terhadap lingkungan di sekitar mereka, berhasil di sekolah, membaca cukup baik dan menikmati membaca, dan menemukan isi buku yang menarik dan berguna, mereka akan mengembangkan suatu cinta belajar sebagai suatu ciri kepribadian umum dan akan membaca serta belajar meskipun tidak ada seorangpun mendorong mereka untuk melakukan hal itu. Bagaimanapun juga, ciri kepribadian ini merupakan hasil sejarah panjang dari motivasi situsional untuk belajar, McCombs, 1991. Hal ini mengandung arti bahwa apabila, karena terjadi suatu sejarah yang sangat berbeda dari sejarah yang baru saja dicontohkan di atas, misalnya ada seorang anak yang gagal untuk mengembangkan perasaan cinta untuk belajar sebagai suatu karakteristik pribadi, maka cinta belajar itu masih dapat ditanamkan pada diri anak itu dan kemudian menjadi kepribadian anak itu. Sebagai misal, banyak anak-anak yang berasal dari keluarga di mana belajar tidak dihargai tinggi dan di mana orang-orang dewasa sedikit membaca, tidak mengembangkan rasa cinta belajar sebesar rasa cinta belajar anak-anak yang berasal dari keluarga yang lebih berorientasi pada prestasi dan membaca. Meskipun demikian pengalaman sekolah positip dan dorongan guru untuk belajar, rasa ingin tahu, dan membaca, pada waktunya dapat mengatasi kekurangan dorongan atau model di rumah dan mengembangkan rasa cinta belajar hampir seperti setiap anak yang lain. Oleh karena itu apabila kita berbicara tentang motivasi sebagai suatu karakteristik pribadi, penting untuk berbagai macam tatanan (aturan) dan sulit diubah dalam waktu singkat. Kata kunci: motivasi belajar, teori kepribadian, motivasi situsional, motivasi kepribadian, guru, minat
| |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 3:55 am | |
| Motivasi Belajar dan Teori Perilaku (Bandura)
Konsep motivasi belajar berkaitan erat dengan prinsipMbahwa perilaku yang memperoleh penguatan (reinforcement) di masa lalu lebih memiliki kemungkinan diulang dibandingkan dengan perilaku yang tidak memperoleh penguatan atau perilaku yang terkena hukuman (punishment). Dalam kenyataannya, daripada membahas konsep motivasi belajar, penganut teori perilaku lebih memfokuskan pada seberapa jauh siswa telah belajar untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dalam rangka mendapatkan hasil yang diinginkan (Bandura, 1986 da Wielkeiwicks, 1995). Mengapa sejumlah siswa tetap bertahan dalam menghadapi kegagalan sedang yang lain menyerah? Mengapa ada sejumlah siswa ang bekerja untuk menyenangkan guru, yang lain berupaya mendapatkan nilai yang baik, dan sementara itu ada yang tidak berminat terhadap bahan pelajaran yang seharusnya mereka pelajari? Mengapa ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih baik dari yang diperkirakan berdasarkan kemampuan mereka dan sementara itu ada sejumlah siswa mencapai hasil belajar jauh lebih jelek jika dilihat potensi kemampuan mereka? Mengkaji penguatan yang telah diterima dan kapan penguatan itu diperoleh dapat memberikan jawaban atas pertanyaan di atas, namun pada umumnya akan lebih mudah meninjaunya dari sudut motivasi untuk memenuhi berbagai kebutuhan. | |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 3:57 am | |
| Penghargaan (Reward) dan Penguatan (Reinforcement)Suatu alasan mengapa penguatan yang pernah diterima merupakan penjelasan yang tidak memadai untuk motivasi karena motivasi belajar manusia itu sangat kompleks dan tidak bebas dari konteks (situasi yang berhubungan). Terhadap binatang yang sangat lapar kita dapat meramalkan bahwa makanan akan merupakan penguat yang sangat efektif. Terhadap manusia, meskipun ia lapar, kita tidak dapat sepenuhnya yakin apa yang merupakan penguat dan apa yang bukan penguat, karena nilai penguatan dari penguat yang paling potensial sebagian besar ditentukan oleh faktor-faktor pribadi dan situsional.
Penentuan Nilai dari Suatu Insentif
Ilustrasi berikut menunjukkan poin penting: nilai motivasi belajar dari suatu insentif tidak dapat diasumsikan, karena nilai itu dapat bergantung pada banyak faktor (Chance, 1992). Pada saat guru mengatakan “Saya ingin kamu semua mengumpulkan laporan buku pada waktunya karena laporan itu akan diperhitungkan dalam menentukan nilaimu,” guru itu mungkin mengasumsikan bahwa nilai merupakan insentif yang efektif untuk siswa pada umumnya. Tetapi bagaimanapun juga sejumlah siswa dapat tidak menghiraukan nilai karena orang tua mereka tidak menghiraukannya atau mereka memiliki catatan kegagalan di sekolah dan telah mengambil sikap bahwa nilai itu tidak penting. Apabila guru mengatakan kepada seorang siswa, “Pekerjaan yang bagus! Saya tahu kamu dapat mengerjakan tugas itu apabila kamu mencobanya!” Ucapan ini dapat memotivasi seorang siswa yang baru saja menyelesaikan suatu tugas yang ia anggap sulit namun dapat berarti hukuman (punishment) bagi siswa yang berfikir bahwa tugas itu mudah (karena pujian guru itu memiliki implikasi bahwa ia harus bekerja keras untuk menyelesaikan tugas itu). Seringkali sukar menentukan motivasi belajar siswa dari perilaku mereka karena banyak motivasi yang berbeda dapat mempengaruhi perilaku. Kadang-kadang suatu jenis motivasi jelas-jelas menentukan perilaku, tetapi pada saat yang lain, ada motivasi lain yang berpengaruh (mempengaruhi) terhadap perilaku belajar siswa. Kata Kunci: Motivasibelajar, teori pembelajaran perilaku, penguatan, reinforcement, hukuman,punishment, siswa, guru, sekolah, Bandura, hasil belajar, kebutuhan.
| |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 4:02 am | |
| Motivasi Belajar dan Teori Disonan Kognitif serta Implikasinya dalam Pendidikan
Kebutuhan untuk mempertahankan gambaran diri positif merupakan suatu motivator yang kuat, Covington: 1984. Banyak dari perilaku kita yang diarahkan menuju pemenuhan standar pribadi diri kita sendiri. Sebagai misal, apabila kita yakin bahwa kita adalah orang baik dan jujur, maka kita cenderung berbuat baik dan jujur meskipun apabila tidak ada orang yang memperhatikan, karena kita ingin mempertahankan gambaran diri positif. Apabila kita yakin mampu dan cerdas kita akan mencoba untuk memuaskan diri kita sendiri bahwa kita telah berperilaku cerdas dalam situasi pencapaian hasil kerja. Tetapi bagaimanapun juga, kenyataan hidup kadang-kadang memaksa kita berada di dalam situasi di mana perilaku atau keyakinan kita bertentangan dengan gambaran diri positif kita atau konflik dengan perilaku atau keyakinan orang ain. Sebagai misal, seorang siswa yang ketahuan menyontek dalam suatu tes dapat membenarkan perilakunya dengan menyatakan (dan malah yakin) bahwa “setiap siswa lain melakukan” atau “guru memberikan tes yang tidak adil, sehingga saya merasa tidak bersalah kalau menyontek” atau menyangkal bahwa ia menyontek (dan benar-benar meyakini kebohongannya)., meskipun banyak sekali bukti yang menyatakan sebaliknya.
Teori psikologi yang menjelaskan tentang perilaku, penjelasan dan alasan yang digunakan untuk mempertahankan gambaran diri positif disebut teori disonan kognitif atau cognitive dissonance theory (Festinger, 1957). Teori ini mengatakan bahwa orang akan mengalami ketegangan atau ketidaknyamanan apbila nilai atau keyakinan yang dipegang secara kuat tidak cocok dengan atau tertantang oleh keyakinan atau perilaku yang tidak konsisten secara psikologis. Untuk mengatasi ketidaknyamanan ini mereka dapat mengubah perilaku atau keyakinan mereka, atau mereka dapat mengembangkan pembenaran atau alasan yang mengatasi ketidakkonsistenan ini. | |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 4:06 am | |
| Implikasi teori disonan kognitif dalam pendidikan
Di dalam tatanan pendidikan, teoridisonan kognitif sering berlaku pada saat siswa menerima umpan balik yang tidak menyenangkan atas kinerjaakademik mereka. Sebagai misal, Tina biasanya mendapatkan nilai bagus tetapi kali ini mendapatkan nilai 50 untuk kuis tertentu. Nilai ini tidak konsisten dengan Gambaran dirinya sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman. Untuk mengatasiketidaknyamanan ini, Tina dapat memutuskan untuk belajar lebih giat lagi untuk meyakinkan bahwa lain kali ia tidak akan mendapatkan nilai yang rendah lagi. DiLain pihak ia bisa saja mencoba membenarkan nilai rendah itu dengan berbagai alasan: “Pertanyaan-pertanyaan kuisnya mengandung jebakan. Saya tidak sedang merasa sehat. Guru tidak memberi tahu terlebih dahulu akan adanya kuis. Saya tidak sungguh-sungguh mengerjakannya. Udaranya terlalu panas,“ dan berbagai alasan lainnya. Alasan ini akan membantu Tina mempertanggungjawabkan nilai 50 itu. Bila ia kemudian masih mendapatkan sederet nilai jelek lainnya, mungkin ia akan berkilah bahwa ia tidak pernah mengerjakan kuis mata pelajaran ini sejelek ini, atau guru itu pilih kasih pada anak laki-laki, atau guru itu pelit memberi nilai. Semua perubahan dalam pendapat dan alasan ini diarahkan untuk menghindari suatu pasangan situasi tidak konsisten dan tidak enak, yaitu: “Saya adalah siswa yang baik” dan “Saya berbuat jelek di kelas, ini merupakan kesalahan saya sendiri.” | |
| | | madi Koordinator
Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Jan 14, 2009 4:10 am | |
| DUNIA PENDIDIKAN GUNUNGKIDUL Kang aku njaluk tulung, nek ngasih posting jo dowo2.Thanks... Mod.. | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Mar 19, 2009 10:48 am | |
| - madi wrote:
DUNIA PENDIDIKAN GUNUNGKIDUL Dunia pendidikan ning GK tak kiro yo apik jek..........Sing wong pendidikan ki endi yo kok ra ono sing sharing ning kene, gek mbahas bareng........ Aku yo ben entuk wewarahan kepiye to pendidikan sing bener........Nek di diskusikan kan paling ora entuk pencerahan... MOnggo 2 | |
| | | lisol KorLap
Join date : 30.03.09
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Tue May 05, 2009 10:13 am | |
| | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sat May 23, 2009 5:02 pm | |
| - Wonosingo Ngali Kidul wrote:
- madi wrote:
DUNIA PENDIDIKAN GUNUNGKIDUL
Dunia pendidikan ning GK tak kiro yo apik jek..........Sing wong pendidikan ki endi yo kok ra ono sing sharing ning kene, gek mbahas bareng........
Aku yo ben entuk wewarahan kepiye to pendidikan sing bener........Nek di diskusikan kan paling ora entuk pencerahan...
MOnggo 2 lanjut maning ........ boz | |
| | | sacho_eka Pengawas
Lokasi : tangerang- banten Reputation : 36 Join date : 03.11.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sun Jul 05, 2009 8:21 pm | |
| KECERDASAN EMOSIONAL[u]
Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin seseorang akan meraih kesuksesan.
Daniel Goleman, seorang profesor dari Universitas Harvard menjelaskan bahwa ada ukuran/patokan lain yang menentukan tingkat kesuksesan seseorang. Dalam bukunya yang terkenal, Emotional Intelligence, membuktikan bahwa tingkat emosional manusia lebih mampu memperlihatkan kesuksesan seseorang.
Intelligence Quotient (IQ) tidak dapat berkembang. Jika seseorang terlahir dengan kondisi IQ sedang, maka IQ-nya tidak pernah bisa bertambah maupun berkurang. Artinya, jika seseorang terlahir dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cukup, percuma saja dia mencoba dengan segala cara untuk mendapatkan IQ yang superior (jenius), begitu pula sebaliknya. Tetapi, Emotional Quotient(EQ) dapat dikembangkan seumur hidup dengan belajar.
Kecerdasan Emosional (EQ) tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat seseorang sejak lahir dari orang tuanya. Kecerdasan Emosi menyangkut banyak aspek penting, yang agaknya semakin sulit didapatkan pada manusia modern, yaitu:
*
empati (memahami orang lain secara mendalam) *
mengungkapkan dan memahami perasaan *
mengendalikan amarah *
kemandirian *
kemampuan menyesuaikan diri *
disukai *
kemampuan memecahkan masalah antar pribadi ketekunan *
kesetiakawanan *
keramahan *
sikap hormat
Orang tua adalah seseorang yang pertama kali harus mengajarkan kecerdasan emosi kepada anaknya dengan memberikan teladan dan contoh yang baik. Agar anak memiliki kecerdasan emosi yang tinggi, orang tua harus mengajar anaknya untuk :
*
membina hubungan persahabatan yang hangat dan harmonis *
bekerja dalam kelompok secara harmonis *
berbicara dan mendengarkan secara efektif *
mencapai prestasi yang lebih tinggi sesuai aturan yang ada (sportif) *
mengatasi masalah dengan teman yang nakal *
berempati pada sesama *
memecahkan masalah *
mengatasi konflik *
membangkitkan rasa humor *
memotivasi diri bila menghadapi saat-saat yang sulit *
menghadapi situasi yang sulit dengan percaya diri *
menjalin keakraban
Jika seseorang memiliki IQ yang tinggi, ditambah dengan EQ yang tinggi pula, orang tersebut akan lebih mampu menguasai keadaan, dan merebut setiap peluang yang ada tanpa membuat masalah yang baru. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan | |
| |
| | | | (Share) Pendidikan | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|