Pendidikan murah atau pendidikan berkualitas??

Pendidikan merupakan hak dasar yang harus dapat dinikmati oleh masyarakat.. bukan saja sebagai investasi jangka panjang, pendidikan merupakan pertaruhan jati diri dan kelangsungan hidup bangsa dan negara ini.
Seolah sebuah simalakama.. antara pendidikan murah atau pendidikan berkualitas.
Disadari bersama, bahwa pendidikan yang berkualitas memerlukan biaya yang besar..
Namun yang menjadi pertanyaan kita, siapakah yang harus menanggung biaya pendidikan ini? Apakah sepenuhya harus ditanggung oleh masing masing pribadi peserta didik?
khususnya dalam hal pendidikan dasar. Pemerintah telah mencanangkan wajib belajar 9 tahun. Artinya seluruh warga negara wajib bersekolah minimal 9 tahun (sampai setingkat SMP), dan konsekwensi dari "mewajibkan" adalah pembiayaan.
Sebuah angin surga, karena pemerintah selalu menggemborkan tentang pendidikan dasar geratis. Namun menjadi mengherankan apabla pemerintah sendiri masih menyelenggarakan pendidikan dasar "khusus" yang harus mahal.
Sebut saja sekolah sekolah SBI. BUkan berarti penerapan SBI setingkat SMP buruk, karena pola pendidikan ini cukup baik dan berkualitas, namun kenapa penerapan SMP SBI harus mahal??
alangkah indahnya jika SBI ini merupakan upaya menjaring penyerta didik yang berkualitas, untuk dididik dengan pola pendidikan berkualitas. tanpa memandang status, jabatan dan kemamuan financial wali siswa. Namun menjadi menyedihkan, jika penerapan SBI hanya memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berduit. yang tidak punya uang, tidak boleh bersekolah di sekolah sekolah SBI meskipun kemampuannya diatas rata - rata.
Mungkin ada pembenar bahwa pendidikan berkualitas memerlukan biaya yang mahal, namun demikian, menurut saya, tidak sepantasnya pemerintah menyelenggarakan pendidikan dasar yang mahal (meskipun berkualitas). Jadi, penyelenggaraan pendidikan dasar berkualitas benar - benar dapat memberikan kesempatan kepada seluruh warga negara. KUalifikasi penerimaan siswa mustinya benar benar berdsarkan kemampuan akademis calon siswa, bukan karena pertimbangan pertimbangan lain.
biarlah pendidikan berkualitas dan mahal diselenggarakan oleh lembaga lembaga swasta, bukan pemerintah.

Idealnya sih pendidikan berkualitas tapi murah. Mudah2an bisa segera terealisasi.
Saya bukanlah pengamat pendidikan jadi wajar kalau saya bertanya "Kenapa sih harus dibuat sekolah bertaraf nasional, internasional, dsb". Bukankah yang terbaik adalah membuat pendidikan yang efektif yakni pendidikan yang dilakukan oleh guru2 yang efektif. Betapaun besarnya nama sebuah sekolah tanpa didukung oleh guru yang efektif maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Dan meskipun sebuah sekolah itu dikatakan tidak efektif (karena tidak ada embel2 standar nasional / internasional) tapi didalamnya adalah para guru yang efektif tentu hasilnya akan lebih baik.

pendidikan murah & berkualitas?????

Sepertinya hanyalah mimpi yg takkan berujung pada kenyataan..
Setelah hingar bingar pileg dan pelpres dg berbagai jargonnya tetang gratisnya biaya pendidikan.. mungkinkah akan kita temui lagi..kata2 pendidikan gratis itu?
apakah biaya alat tulis, buku2 pelajaran dan juga seragam serta biaya2 lainya juga gratis??
Bukankah arena sekolah sdh menjadi arena bisnis yg empuk bagi para pebisnis?
mulai dari buku paket yg sekarang tiap tahun ganti dan tdk dpt diwariskan, belum lagi tukang jahit..deelel..

Ada pepatah " Ada uang ada barang"..
namun,sebenernya pendidikan yg berkualitas itu definisinya apa? tolok ukurnya apa?
Failitasnya yg serba wah, hasil lulusannya yg menujukkan kelulusan dg angka2 yg tinggi?
Angkanya berapa? Atau apa lagi..biaya yg tinggi? kalau murah trus kalah kualitasnya dg yg mahal?
saya rasa carut marut problema pendidikan di indonesia ini cukup komplek..semenjak anggaran pendidikan yg porsinya cukup kecil, sementara BOS yg jumlahnya cukup kecil tidak akan mampu menutupi biaya operasional sekolah,sehingga mengharuskan pihak sekolah memutar otak utk menutupinya, yg tdk lain dg cara memnita sumbangan dari siwa..kasarannya memeras siswa2nya.. belum lagi gaji para pahlawan tanpa tanda jasa kita yg cukup memprihatinkan..sehingga banyak diantaranya yg memanfaatkan sekolah sebagai lahan bisnis mereka.. sementara kurikulum juga peraturan2 yg setiap saat berganti, kadang tidak berkesinambungan..kesannya ganti menteri ganti peraturan semakin memberatkan saja..

maap saya bukan pakarnya cuman menyampaikan unek2 saja...

Ya beginilah kondisi negeri ini.. serba duit, ono rego ono rupo termasuk dalam pendidikan. Semakin lama kok klo ga punya uang ga bisa sekolah. Kita juga bingung pendidikan yang berkualitas itu seperti apa sih? -Kayak pertanyaane pak Camat Kandar.
Dan yang sangat disayangkan, sekarang orang menilai anak itu pinter apa engga ya liat aja nilainya berapa. Sehingga yang terbayang dalam benak ketika mendengar istilah pintar adalah angka 8, 9, 10 dsb. Padahal pinter itu kan ga hanya dari angka, ga hanya otak tetapi emosi, spirit itu jg perlu diasah. (tapi kayaknya ini kurang optimal klo di sekolah)
Btw, saya pernah main ke sebuah sekolah di pinggiran sleman. Sebuah sekolah di jalanan palagan yang kebetulan ada 2 keponakan saya belajar di sana.
Dan ternyata istilah ada uang ada barang ini tidak mutlak benar, karena ada istilah subsidi silang bagi para murid. Jadi sebelum masuk sekolah ada interview dgn wali murid, kira2 berapa seberapa kemampuan wali murid terhadap biaya sekolah. Bagi yang kurang mampu tidak diwajibkan / harus membayar sekian rupiah dan yang kayapun bisa memberikan bayaran lebih untuk menutupi yang kekurangan. Dan yang menarik saya adalah sekolah ini terkesan santai (waktu itu saya liat setiap jam ada saja anak yang bermain di luar kelas, bahkan gurunya pun ada yang ikut bermain bola layaknya bapak dan anak) tetapi hasilnya bisa maksimal, karena yang ditanamkan dalam benak murid adalah motivasi belajar.
Dan saya pikir sekarang pun sudah banyak sekolah2 (swasta) yang berdiri untuk membantu keluarga2 yg kurang mampu seperti sekolah yang didirikan oleh seorang temen di solo, kemudian ada lagi kalo ga salah sekolah yang didirikan Dompet Duafa dsb.
Ya... mudah2n pendidikan semakin maju

hirmanto wrote:

Idealnya sih pendidikan berkualitas tapi murah. Mudah2an bisa segera terealisasi.
Saya bukanlah pengamat pendidikan jadi wajar kalau saya bertanya "Kenapa sih harus dibuat sekolah bertaraf nasional, internasional, dsb". Bukankah yang terbaik adalah membuat pendidikan yang efektif yakni pendidikan yang dilakukan oleh guru2 yang efektif. Betapaun besarnya nama sebuah sekolah tanpa didukung oleh guru yang efektif maka hasilnya tidak akan sesuai harapan. Dan meskipun sebuah sekolah itu dikatakan tidak efektif (karena tidak ada embel2 standar nasional / internasional) tapi didalamnya adalah para guru yang efektif tentu hasilnya akan lebih baik.

setuju dengan pendapat mas hirmanto...
salam kenal juga mas...

pendidikan berkualitas hendaknya di mulai dengan perencanaan kurikulum pendidikan yang berkualitas dan tenaga pengajar yang berkwalitas.
dalam peranan ini pemerintahlah yang harus berusaha untuk mewujudkan itu semua.

pendidikan yang perkwalitas juga dapat terlaksana dengan di topang pendanaan dari pemerintah untuk bangunan fisik, gaji pengajar dan staf yang layak dan penyedian sarana prasarana pendidikan itu sendiri...

subsidi pemerintah di bidang pendidikan yang seharusnya 20 persen dari APBN memang belum terlaksana, mudah-mudahan pendidikan murah dan berkwalitas serta menyeluruh..atrinya tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan di seluruh penjuru negeri ini...
sehingga SDM bangsa ini akan lebih baik sehingga bangsa Indonesia juga menjadi bangsa yang maju...


monggo di lanjut...

yup...

hasil out putnya juga tak kalah penting, mampu bersaing dlm dunia kerja kgk?
Syukur2 menghasilkan pribadi2 yg mandiri, dapat dipercaya..semakin berkurang ketergantungan dg orang lain..

Meski dunia kerja juga masih menjadikan nilai sebagai tolok ukur..
Padahal telah kita ketahui bersama bahwa belum tentu anak yg mempunyai nilai lebih rendah di sekolah setelah bergabung dalam dunia kerja kemampuannya kalah bagus dari nilai anak yg waktu disekolah lebih tinggi darinya...

Tapi inilah kenyataan pahit yg entah kapan akan terus terjadi....
Mudah2an ada generasi yg segera mengubahnya, bukan melanjutkannya...