ROMAN...ISME

First topic message reminder :

Punya cerita2 pendek tulis aja....

gimbik wrote:

hyo aku percoyo ro Giadi kok
nomer ji ndukung Giadi

dukungen aku mbik
tak nyalonke caleg akuw

wah nek giadi dadi caleg wah ndah dadi opo mbanyusoco?

kok malah do ngomongke caleg kie...

yoo dadi caleg seng romantisss

bocah lucu asale gunungkidul po caleg kie?

Apakah Cinta Memerlukan Alasan??

Dalam satu kisah cinta yang menarik. Sepasang suami isteri berjalan
di pasar swalayan. Kemudian mereka berhenti di sebuah
bangku yang disediakan di pinggiran Counter2. Kemudian si isteri bertanya kepada sang suami. Ini dialog mereka

Isteri : Mengapa Mas mencintai saya? Dan menyayangi saya?

Suami : Mas belum bisa menjelaskan alasan dan penyebabnya, namun begitu mas memang menyayangi dan mencintai dirimu!

Isteri : Kenapa belum bisa menjelaskan? Bagaimana kalu mas katakana saja…..
Mas saying dan mencintai saya, tapi kenapa mas tak bisa menjelaskan penyebab itu semua?.

Suami : Betul! Mas g tahu sebabnya tetapi mas sudah membukttikan kalau mas mencintai situ!

Isteri : Belum ada buktinya! Mana! Saya minta penjelasannya, seperti teman2 yg lain. Semuanya tahu menerangkan mengapa mereka mencintai. Dalam bentuk puisi dan syair lagi. Namun begitu mas g mau menerangkan penyebabnya.

Si suami menarik nafas panjang dan dia berkata

"Baiklah! Mas mencintaimu karena kamu cantik, mempunyai suara yang
merdu, penyayang dan mengingatiku selalu. Mas juga menyukai senyuman manis dan setiap langkah kakimu, di situlah cinta mas bersamamu!"

Si isteri tersenyum dengan puas karena suaminya telah menjelaskan kenapa menyayanginya dan mencintainya.


Namun begitu selang beberapa hari si isteri mengalami kemalangan dan koma di RS.

Si suami amat bersedih dan menulis sepucuk surat kepada isterinya yang
disayangi. Surat itu diletakkan di sebelah meja isterinya di RS.


Surat tersebut berbunyi begini :

Sayang, suara indahmu tak terdengar lagi dan bahkan desah mu saja aku takbisa mendengarnya? Tapi aku mencintaimu bukan karena suaramu itu. Sayang, kasih sayang dan kelembutan manis senyumu aku mencintaimu. Tapi bukan karena itu pula aku mencintaimu.
Jika dulu engkau pernah bertanya, kenapa aku mencintaimu itu bukan semata-mata cinta itu tak harus membutuhkan alasan. Tapi cinta datang karena seiring waktu dan cinta hadir untuk di pupuk sehingga kehidupan dalam keluarga cinta berkah dan tentram.
Aku tak akan membahas dengan pertanyaannmu kenapa aku mencintaimu, tapi cinta adalah demikian adanya.
Dan walaupun engkau terbaring di RS dan tidak bisa berbuat apa2, aku akan mencintaimu seutuhnya dan bahkan seperti waktu kita bertemu.

Terima Kasih...............


Jika ada kesamaan dgn kejadian ini, mohon maaf........

HALLAH...
Kisah nduwurku kie namung kamuflase, nek ra pitados tanyakan wae ke Mas Prie...
Mengko rak jawape ono konoh.... :bounce: :bounce: :bounce:

rmlodang wrote:

HALLAH...
Kisah nduwurku kie namung kamuflase, nek ra pitados tanyakan wae ke Mas Prie...
Mengko rak jawape ono konoh.... :bounce: :bounce: :bounce:

Yo cen kamuflase ki bener Mas LOdang, jan tenan sing marai ki gur karangan kok.......

NIng wonge sing tak nggo inspirasi ki ijih mbegegrek urip jek...Arep kenalan po???
Ayo tak terke.......

Ning sajake kowe ki gek patah hati, opo cemburu ki.......

Lodang - lodang, sing sabar ngger....ojo dadi atimu gek jembarno atimu kuwi lan weningno pikirmu.....

TAk dongake mugo, lancar lan gangsar ra dadi ngopo......Aminnnnnnn

Wah jian......
akuki ra ngerti po-po yo Dhang,
Umpomo ngerti aku rabakalan crito neng uwong......
mosok aku ndrindil koyo ..........

aku ra melu-melu lho kang Haryo......
ojo sujono ro aku ki, tenan lho.........

:*)0(: :*)0(: :*)0(:

giadi_pcs wrote:

dwikoe wrote:

giadi Romantis.....??????????



sewu persen ra bakal percoyo aku.....!!!!!!!!!!

PERCOYO RO AKU MUSRIK

Iki meneh,.......

yen kang Giadi ki romantis, kuwi rumus seko ngendi........

jian rakalap sak nyamplung-nyamplungo kok iso romantis

Prexndes wrote:

Wah jian......
akuki ra ngerti po-po yo Dhang,
Umpomo ngerti aku rabakalan crito neng uwong......
mosok aku ndrindil koyo ..........

aku ra melu-melu lho kang Haryo......
ojo sujono ro aku ki, tenan lho.........

:*)0(: :*)0(: :*)0(:

Percoyo aku mas pri, nek karo awkmu ki........karang cah cilik, do di toke wae nek ngono....nek wis kenjer lak yo...anteng meneh mengko???

HEmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmmm............

Kabut pekat dan dinginnya sore hari sampai menusuk tulang. Rumah agak rapuh di pinggiran dusun, sepi makin terasa sepi. Lelaki dengan baju lusuh dan celana jeans yg dekil, menghisap rokok lintingannya. Pandangannya tajam menatap kabut yg pelan2 mulai merayapi rumash kakenya itu. Seharian kakeknya pergi entah kemana. Teh pahit dan singkong bakar menemaninya seharian bersama rokok lintingannya. Awan berarak putih menari bersama kabut yg makin tebal. Suara2 jangkrik makin lama makin bersahut2tan, burung perkutut di atasnya bersiul sampai berulang2.

Desahan nafas terasa sesak ketika teringat sebuah kota yg tak bersahabat dengan dirinya.

Bayangannya kembali jauh kebelakang..................

"jgn prnah ngarepin aku lg ya" (sebuah pesan singkat elektrik) yg terasa menyakitkan.
"Akukan dah berapa kali bilang! aku butuh laki2 dan pendamping yg punya ketegasan dan kejlasan, dan mandiri?" Kata gadis di sebelah pemuda.
"Dan aku sendiri, bukannya sebagai wanita munafik akan cinta dan harta....dan manusia akan membutuhkan harta untuk menghidupi keluarganya, dan cinta akan mengikuti itu semua jika di barengi dengan keadaan yg saling mengerti?"Dengan penjelasan gadis di sebelahnya, seperti menampar mukanya dan hatinya makin terasa ngilu.
Gadis itu meneruskan perkataanya lg, "mungkin semua ini hanyalah perjalanan yg terkadang harus menyakitkan jika tak harus berbarengan bejalannya, jd aku menerima pinangan orang lain. Karena aku menunggumu terlalu lama, jd haruskah aku sebagai wanita bersabar terus menerus tanpa sebuah keputusan? ". Gadis itu kemudian berdiri dan melangkah pelan2 menuju ke sebuah mobil mercedesbenz, tanpa menoleh ke belakang.

Lelaki itu menatap dengan mata yg kosong dan hati semakin ngilu........ Gumam laki2 itu, aku hanylah anak dusun yg terbelakang......tanpa pendidikan formal tinggi dan bekerja hanya sebagai buruh kasar, tinggal numpang dengan paman.
Dan memang wanita mana yg sudi dan peduli jika harus berkenalan dgn aku?" Desah laki2 itu.

Laki2 itu, kedua orang tua yg telah pergi meninggalkan dirinya, dan hanya adik satu2nya yg kini di bawa sama suaminya.
Tinggal sama paman2nya makan hati. Kemudian satu keputusan, kini tinggal menemani kakenya tinggal di dusun yg serba susah dan jauh dari dunia modern.

Beberapa hari kemudian ketika dia tinggal dusun..........

Sebuah rumah yg agak reot itu, kini di penuhi sesak oleh tetangga sekitar dan penuh mobil2. Ramai orang dalam keadaan berduka, isak tangis terdengar jelas klo rumah yg tadinya sepi itu kini penuh orang2 yg berkabung.

Seorang pemuda terbujur di baluti kain kafan, dengan senyum masih mengihiasi mukanya.

Kini pemuda tadi menyusul kedua orang tuanya dan masalh duniawi di tinggalakn, penyakit kanker hati yg sepanjang hidupnya selalu menghantui dirinya dan kini di bawany di bawah batu nisan.

ASDD wrote:

Kok nangis mas....eneng opo? Dadi melu sedih aku

Desah nafas Kumbayana sangat sesak, hatinya bagai teriris ketika bayangan 3 tahun yg silam masih menghantui dirinya.

Wilutama adalah seorang gadis cantik, bahkan sekar kedaton. Dan yg bisa menaklukan sekar kedaton itu hanyalah Sang Kumbayana.
Kumbayana seorang putra mahkota yg siap menjadi seorang raja. Tapi hati berkata lain.

Kumbayana menikahi Wilutama, dan berharap Wilutama akan menjadi permaisuri. Tapi lain di kata ketika Kumbayana pergi dengan melanjutkan cita2nya memperdalam ilmu pergi ke Tanah JAwa, Wiltuma tidak bersedia ikut. Akhirnya Wilutama memutuskan untuk memilih adiknya Kumbayana, Lalu anak hasil buah perkawinan Kumbayana dan Wilutama seorang putra bernama Aswatama. Bayi berumur selapan hari itu di bawa pergi dengan menyebarngi lautan mencari gegayuhan dan ilmu untuk negaranya serta rakyatnya.

Apalah artinya kekuasaan, tahta dan keluarga jika di bandingkan dengan cita2 luhur dan mulia untuk masa depan negara?
Pengorbanan adalah hak setiap warganya untuk kemajuan negara, tapi kerakusan terkadang harus kita terima jika apa yg kita impikan tidak sejalan dengan kenyataan.

Hati ngilu bahkan tersayat2, janji sehidup semati sampai lobang semut jika bersama...........Tapi itulah kenyataan ketika manusia di hadapkan pada harta, dongeng, legenda, cerita bahkan sejarahpun menulis dengan tinta emas. Klo harta akan membuat manusia silau akan adanya.

.................................................................

Pagi mentari begitu indah, terlihat rona wajah dan mata itu tak bisa aku lupakan. ketika aku memandang hati ini terasa sahdu. Bagai embun dipagi hari.Rambut lurus sebahu dan tubuh yang tinggi semampai. aku terus berjalan menapaki keindahan darinya. Alangkah indah dunia ini.Tapi ketika rasa itu mulai ada tiba-tiba
"mas dah pagi mau kerja nggak...?".
Kontan hilang bunga dalam genggamanku dan tanpa sengaja aku berkata "LUNA MAYA".
Praaaaak.... pipiku terasa ada yang menampar dengan kerasnya...
dan setelah itu aku terbangun dari tidurku.???
jam pagi pukul 06.00....
"CUMA MIMPI Alhamdulilah....

Makam Para Pembangkang

TEMUILAH aku di bukti itu.

Jika engkau menyukai pendakian, engkau akan menjumpai aku. Bukit itu sangat dekat dengan nadimu. Tanpa engkau tahu, aku telah menunggumu sejak berabad-abad lalu. Datanglah, sebelum rindu cemasku membatu.

Engkau tak perlu menakar keberanianmu untuk menempuh pendakianmu. Engkau pun tak perlu memeras banyak keringatmu. Mungkin kau temui jalan sedikit berliku, tapi percayalah engkau akan disambut ramah bebatuan dan tanah. Di balik belukar, memang ada beberapa ular, namun engkau tak perlu khawatir. Mereka akan segera menyingkir sebelum engkau hadir.

Abad demi abad telah berpacu-berlari, namun bukit itu tetap ada di sana, hanya selapis tipis dari impianmu. Jika selapis impianmu bisa kau terobos, maka engkau akan sampai di sana: Bukit Bayang. Tak lebih dari 1.000 meter engkau mendaki. Tak akan ada rasa nyeri merajam kaki. Engkau tak perlu khawatir untuk tergelincir. Para petani yang membajak tanah dengan hati atau para peladang yang berdada lapang, telah menyediakan jalan setapak itu kepadamu. Juga pohon-pohon akasia dan kemboja telah menyediakan rindang pendakian.

Temuilah aku di bukit itu, sebelum rindu cemasku membatu, sebelum aliran darahmu membeku. Bukankah angin telah menyebarkan kabar itu kepadamu, hingga kerinduanku pun luluh dalam detak nadimu.

Hatiku pun terlonjak, saat angin dari utara mengabarkan kedatanganmu. Kau bawa jiwamu yang sepi dan menggigil. Kau bawa sumpah serapahmu kepada kota yang bengis, kikir dan rakus. Kau bawa seluruh lukamu. Masuklah engkau kepadaku, masuklah. Kujabat jari-jemarimu, kudekap gigil jiwamu. Kuhapus keringat jiwa lelahmu. Kupadamkan api amarahmu dalam kubangan kesunyianku yang menggenang berabad-abad.

Kurasakan getar jiwamu, saat engkau memasuki gerbang pemakaman bisu. Kurasakan pula degub jantungmu yang terpompa kecemasanmu.

Namun, engkau gagal menarik kakimu surut ke belakang. Engkau terus melangkah. Perlahan. Daun-daun kering akasia dan kemboja yang kau injak menjelma suara risik, hingga seluruh ruangan itu tergetar.

Engkau menatapku, menatap kami: tumpukan kaum batu putih terbalut lumut abadi: batu-batu nisan dan batu-batu yang menjelma benteng tanpa perekat, hingga begitu rapuh dan patah. Engkau mendekatiku, mendekati kami. Meraba. Menebak-nebak, entah untuk apa. Tapi aku suka.

Kau baca urat-uratku, urat-urat kami bangsa batu, hingga keningmu berkerut-kerut. Engkau penasaran, ingin tahu berapa usiaku. Dari lipatan ingatanmu%