FKOGK
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Forum Komunitas Online Gunungkidul
 
IndeksJual BeliPortal FKOGKLatest imagesPencarianPendaftaranLogin

 

 ROMAN...ISME

Go down 
+13
siti rahayu
wawan
dedik cahyono
fuzi
Prexndes
Hendrix
giadi_pcs
madi
dwikoe
gimbik
redbiem
Waduh
Wonosingo Ngali Kidul
17 posters
Pilih halaman : 1, 2, 3, 4  Next
PengirimMessage
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeMon May 26, 2008 1:13 pm

Punya cerita2 pendek tulis aja....
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeMon May 26, 2008 1:14 pm

Pilihan Lurah Telaga Air

Semua orang yang berada di ruangan menjadi diam bagai dihipnotis ketika tamu itu mulai berbicara.

“Jadi, saudara-saudara sekalian harap maklum. Satu bulan lagi akan diadakan pemilihan lurah baru di kelurahan kita ini. Sebab kiat semua ngerti to, jabatan lurah sedang kosong,” ucapnya. Lalu beliau mulai membicrakan hal-hal tentang pemilihan lurah itu sendiri termasuk calon-calon yang akan dipilih.

“Oleh sebab itu, saya disini istilahnya minta bantuan saudara-saudara untuk mendukung atau kasarannya milih Pak Saridja sebagai lurah yang akan datang. Wong beliau sendiri saya kira lebih baik dari calon-calon yang lain. Selain itu, beliau juga kan putra daerah ya to?” ungkapnya dengan logat jawa yang kental. Diam menyekap mulut para pemuda itu untuk sejenak. Berikir, menimbang dan mungkin menghitung laba.

“Maaf, begini pak,” sebuah suara dari bibir pemuda bernama Andri.

“Kami bersedia dan siap untuk mendukung Pak Saridjo. Namun, kami minta bantuan dan kerelaan beliau untuk membangun jalan di sebelah timur kampung kita itu pak.”

“Baiklah, nanti kami konsultasikan dahulu dengan beliau. Tapi anda juga mesti ingat, harus konsekuen lho! Kalau sudah dibantu, ya harus benar-benar milih. Jangan mencla-mencle.”

“Itu nanti ada duitnya ngga’ pak?” celetuk yang lain, disambut dengan senyum simpul dari seluruh anggota.

“Hal ini masih dalam pertimbangan keluarga sehingga saya belum mampu mengatakan ya atau tidaknya,” jawab tamu itu.

“Mungkin ini saja yang dapat kami sampaikan dan sudilah kiranya saudara-saudara mau mendukung Bapak Saridja. Kalau ada salah kata kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terima kasih atas waktu yang diberikan,” kata-kata penutup manis namun panjang dan membujuk diucapkan tamu itu.

“Terimakasih atas informasi yang disampaikan. Semoga rekan-rekan dapat memilih calon sesuai dengan aspirasi rekan-rekan semuany,” ketua pemuda menutup rapat setelah semua agenda terlaksana.

“Selesai juga,” ucapku dalam hati.

“Mana sudah jam sepuluh lagi.”

Hari yang sangat melelahkan bagiku. Setelah seharian berkutat dengan kuliah, lalu rapat-rapat keorganisasian siang tadi akhirnya rapat ini selesai sudah. Tak ku sangka aku bisa menjadi orang sok sibuk juga. Jadwal apel malam mingguku pun harus mengantri dan bahkan aku batalkan. Akhirnya aku bisa pulang dan bersantai menunggu besok untuk pergi ke rumah calon istriku itu.

“Mas, bs t4ku ga?cpt ptg!” sebuah pesan tiba-tiba muncul di layar ponselku. Tumben denokku itu sms selarut ini, minta aku kesana lagi. Langsung aku ambil motor kesayanganku lalu meluncur ke arah kota. Maklum, rumahnya berada hamper di tengah-tengah kota.

“Ada apa nduk?” tanyaku setelah sampai di rumah calon mertuaku.

“Simbah sakit, kamu ada duit ngga?”

“Aduh, brengsek!” makiku dalam hati.

Baru aku mau muntah soal duit. Kenapa sekarang ada masalah seperti ini. Kacau! Mataku terpejam sesaat. Terbayang akan apa yang disampaikan tamu pada pertemuan pemuda tadi sore. Pikiranku melayang pada calon lurah baru yang bisa menjadi sumber dana bagi simbah. Aku mungkin miskin, tapi otakku sangat bisa ku andalkan. Dengan modal otak dan mulut mungkin dia mau membantuku jika aku membantunya menjadi lurah. Ah, mungkin.

“Pak, saya ingin matur sama Bapak. Itu pak, soal pilihan lurah nanti. Terus terang saja pak, saya ingin dan bisa membantu bapak agar bisa menang. Mungkin lebih dari Tim Sukses yang bapak punya. Saya jamin itu,” ucapku lantang sambil sesumbar di hadapan Saridjo.

“Kamu ini bisa saja. Imbalannya?”

“Saya ingin minta bantuan dana dari bapak untuk biaya berobat simbah saya ke rumah sakit. Tidak banyak kok. Sepuluh juta saja. Dan saya jamin bapak pasti menang kali ini,” seolah aku ini yang menentukan siapa yang akan menjadi lurah. Setelah sekian menit dan dengan mulut yang hamper berbusa karena meyakinkan dia, akhirnya mau juga Saridjo buka mulut.

“Ok, aku beri lima juta dulu. Sisanya nanti setelah aku jadi lurah dan mungkin kamu akan aku beri bonus nanti. Tapi kalau sampai aku kalah kamu harus ganti rugi tiga kali lipatnya. Deal?”

“Deal. Tapi kalau bapak berkenan saya ingin meminta uang lima juta itu sekarang,” ucapku sehalus mungkin. Aman. Simbah bisa segera masuk rumah sakit, pikirku.

“Ok,” Saridjo masuk ke rumahnya dan mengambil uang sebanyak 5 juta rupiah cash. Tak lupa ia menitipkan sebuah ancaman halus bagiku. Jika aku tidak bisa menjadikan dia lurah maka matilah aku. Dapat dari mana duit 30juta itu. Namun, kalau berhasil, 15 juta masuk kantong itu pasti.

“Persetan, itu bisa dipikir besok,” hatiku mulai menenangkan diri. Aku segera mohon diri dengan memberikan janji muluk yang aku harap bisa membuatnya terbang dan melupakan ancamannya itu.

Aku muak dengan semua money politics ini. Tapi, apa mau dikata. Simbah sakit. Berobat juga harus pake duit. Aku hanya orang miskin yang pintar bicara dan membual. Kerja aku belum punya, apalagi uang sebesar itu. Sebagai petani, tentu aku tak bisa meminta uang sebesar itu pada orang tuaku. Bisa sekolah saja aku sudah sangat berterima kasih. Duh Gusti, bagaimana ini. Tuhan. Aku hampir lupa dengan Dia. Setelah semua usai, aku akan mulai menemuinya lagi. Mungkin Dia masih mau memaafkan semua salahku. Kata-Nya Dia Maha Pengampun. Aku berharap masih bisa bertemu Dia untuk meminta maaf.

Dua bulan berlalu. Aku dan ‘mulut besarku’ telah berhasil membuat sebagian besar warga terbujuk. Berbagai cara mulai nasionalisme, pembodohan serta segala bualanku telah membuat mereka takhluk. Saridjo menang telak. Uang 20 juta bahkan telah mengalir lancar ke kantongku. Simbah bahkan sudah sembuh seperti dulu lagi. Semua uang aku berikan pada calon istriku. Aku lebih percaya dia untuk mengurus semua keperluanku Namun dibalik semua itu, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Suara hatiku kini mulai terdengar kembali.

“Memang kemana dia selama ini?”

“Tuhan maafkan aku. Semua dosa yang telah aku perbuat,” ucapku lirih dalam kesunyian. Hari ini suara adzan subuh terasa menyejukkan hati.
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeMon May 26, 2008 1:15 pm

Dia tampak begitu anggun dengan kemeja biru muda dan celana panjang hitamnya pagi ini. Mataku tak pernah lepas memandang wajah sumringah gadis asli Yogyakarta yang saat ini kuliah satu kampus denganku. Tepatnya dia adalah adik tingkatku. Sejak awal dia masuk kuliah, aku sudah tertarik padanya. Entah kenapa, gadis itu merebut perhatianku dengan sikapnya yang lebih sering diam daripada bicara pada orang lain.

Wini Adiarti. Aku biasa memanggilnya dengan sebutan Wini. Nama itu pun kuketahui dari teman-temanku sebelum dia mau menerima uluran tanganku saat kuajak berkenalan. Dingin, sedikit aneh, namun penuh daya tarik, itulah pandanganku tentangnya diawal perkenalan. Dapat kurasakan ada sejuta misteri tersimpan dalam diri gadis itu. Dan saat ini, aku telah sedikit menemukan jawabannya.

***

“Wini tidak seperti gadis pada umumnya. Dia bukan gadis baik-baik. Lebih baik kau pikirkan lagi sebelum terlanjur jauh berhubungan dengannya."

Anto, teman dekatku di kampus, lagi-lagi mengatakan hal yang sama untuk kesekian kalinya. Ini sudah ketiga kalinya ia bicara begitu tentang Wini. Ya. Sejak kukatakan kalau aku jatuh cinta pada Win.

“Itu kan baru omongan anak-anak, To. Kita sendiri nggak tahu kebenarannya."

"Matamu benar-benar tertutup sama yang namanya cinta."

Aku mengangkat bahu sambil menyeringai ke arah Anto. Dia cuma mendesah kesal melihat sikapku. Ngotot! Itu istilah Anto untukku.

"Apa kamu sudah membuktikannya sendiri, To?"

"Ha? Maksudmu?"

"Ya....apa kamu pernah lihat sendiri Wini melakukan pekerjaan itu?"

"Belum sih. Tapi Fendy, playboy kelas kakap itu katanya pernah merasakannya langsung."

"Ah! Merasakan apa?"

"Tingkah liar Wini." Anto diam sejenak. "Fendy kan pernah pacaran sama dia. Kalau mau tahu persis, tanya aja sama Fendy."

"Tapi kalau cuma gara-gara Fendy, ya nggak bisa jadi bukti untuk memvonis Wini melakukan pekerjaan itu kan?"

"Eh, mas, anak-anak sudah tahu semua soal pekerjaan Wini. Atau kau langsung saja cari tahu dari Wininya sendiri."

" Gila kamu!"

Kutinggalkan Anto untuk masuk kuliah. Kulihat ia masih cengar-cengir nggak karuan.

****

Di ruang kuliah pikiranku melayang pada Wini. Berjuta pertanyaan menyesaki pikiranku siang ini. Kadang aku merasa risih juga kalau mengingat pekerjaan Wini seperti apa yang dikatakan anak-anak di kampus. Serendah itukah Wini? Menjadi seorang wanita penghibur yang keluar tiap malam untuk melayani para lelaki hidung belang dan bertangan nakal. Jika memang benar, apa alasan Wini hingga mau melakukan pekerjaan haram itu. Aku tak habis pikir. Memuakkan. Mengapa gadis yang kucintai harus menjadi seorang wanita tuna susila. Menyedihkan. Tapi itu belum tentu benar.

Hatiku mencoba mencari keyakinan positif tentang Wini. Kulihat selama ini Wini adalah sosok gadis yang ramah, baik hati, walau sedikit tertutup mengenai kehidupannya. Sesaat terdorong juga diriku untuk mencari informasi dari Fendy.

****

"Hahahaha...gadis itu? Memang bener, Gung. Wini bukan gadis baik-baik. Dalam diamnya tersimpan sebuah keliaran yang mengimpikan sejumlah materi."

"Materi?" Aku tak mengerti arah pembicaraan Fendy.

"Iya. Gadis itu cuma ngejar uang. Dia memberikan tubuhnya demi uang."

Badanku gemetar mendengar kata-kata Fendy barusan. Jadi benar...

"Bagaimana kamu bisa tahu, Fen?"

Aku harus tahu semua. Aku harus tahu ada rahasia apa pada diri gadis yang kucintai itu. Saat ini aku merasa menjadi orang bodoh yang tak tahu apa-apa.

"Waktu aku ajak Wini ke pantai, dia mau saja. Di sana, di dalam mobilku, aku mulai menyentuhnya."

"Terus?"

"Aku cium dia. Pipinya, bibirnya. Aku nggak nyangka Wini bersikap biasa saja saat itu. Seolah dia telah berpengalaman lebih dari aku."

"Hem..." Aku cuma bisa menggumam.

"Lalu aku buka baju dan kutangnya. Kuremas payudaranya. Gila! Gadis itu seperti sengaja menyodorkan tubuhnya untukku. Terakhir, dia malah minta bayaran padaku."

Aku tak tahan lagi mendengar semua ini. Menjijikkan! Gadis murahan!
Makiku dalam hati. Kutahan Fendy meneruskan ceritanya. Bagiku semua sudah
cukup. Sekarang aku hanya ingin menyendiri. Sendiri!

****

Hari-hari berlalu seperti biasanya. Tapi hubunganku dengan Wini malah semakin dekat. Kami sering ngobrol berdua baik di dalam ataupun luar kampus. Kusadari kalau teman-temanku kurang suka dengan sikapku ini.

Namun jujur aku sendiri tak bisa menghilangkan rasa rindu dan cintaku pada Wini setiap hari. Seperti sore ini di kos Wini. Ironisnya kulihat Wini juga menunjukkan sikap jatuh cinta padaku. Walaupun setelah sekian lama kami begitu dekat, aku tetap tak berhasil membuat gadis itu terbuka padaku mengenai kehidupan pribadinya.

Malam ini, aku merasa sangat pusing dengan perasaanku sendiri. Aku tak sanggup menahan rasa cintaku pada Wini. Harus kuungkapkan malam ini juga! Batinku memaksaku melangkahkan kaki keluar menuju kos Wini.

Sesampai di kos Wini, aku tak menjumpai gadis itu.

"Keluar, mas. Dari jam 8 tadi." Kata seorang teman kos Wini yang membukakan pintu.

Aku segera berangsur pergi tanpa pikir panjang lagi. Akhirnya dua roda motorku melaju sepanjang jalan-jalan kota Yogya tanpa ada arah tujuan yang pasti.

Di sebuah jalan sepi di pinggir kota, kulihat Wini sedang berdua dengan seorang lelaki yang mungkin lebih cocok disebut pamannya. Mereka keluar dari sebuah mobil sedan putih dan kulihat Wini berdiri bersandar pada mobil itu. Lelaki itu mendekatinya dan memeluk erat tubuh Wini tanpa ragu-ragu. Serentak wajah sumringah milik Wini terhujani ciuman penuh nafsu dari lelaki itu.

Aku mau muntah melihatnya. Darahku memanas naik ke sekujur tubuhku. Nafasku mengalir tak beraturan. Apa-apaan ini? Aku benar-benar tak ingin mempercayainya.

Tak lama kemudian mereka berjalan masuk ke rumah kecil yang tak berada jauh dari tempat lelaki itu memarkirkan mobilnya. Tangan lelaki itu melingkari pinggul Wini dengan mesra sambil sesekali mencumbui Wini yang tampaknya sangat lihai meladeni lelaki itu. Lalu mereka berdua hilang dari pandanganku. Aku tak berani mendekati rumah itu. Aku tak berani membayangkan apa yang akan mereka lakukan di dalam rumah itu. Atau aku tak ingin mengakui semua yang telah kulihat ini? Entahlah. Lebih baik aku pulang.

Kendaraanku melaju kencang menabrak hembusan angin malam yang terasa sangat dingin menusuk tulang rusukku. Sepanjang jalan pikiranku teringat pada sosok gadis pendiam yang selama ini membangun taman bunga cinta di hatiku.

* * * *
Ini adalah hari ke empat sejak aku melihat kejadian di jalan sepi itu. Aku jarang menemui Wini lagi. Tapi sore ini aku sudah berada duduk di kursi ruang tamu rumah kos gadis itu. Kurasa aku harus menanyakan semuanya pada Wini. Hari ini gadis itu harus membuka semua dengan jujur di hadapanku. Aku tak perduli hal-hal lain selain kejelasan mengenai diri Wini.

"Jadi kamu sudah tahu semuanya?"

Suara Wini tampak bergetar takut saat mendengar ceritaku yang melihatnya berdua dengan lelaki bermobil sedan itu."

"Ya! Dan aku ingin tahu ada hubungan apa kamu dengan laki-laki itu?"

"Aku tak bisa menjawabnya."

"Tapi kamu tetap harus menjelaskannya padaku saat ini juga."

"Bukankah kamu sudah dengar dari semua yang dikatakan anak-anak kampus selama ini tentangku?"

"Aku mau dengar dari mulutmu sendiri, Win."

Gadis itu hanya diam dan diam sambil menundukkan kepalanya.

"Win, apa kamu tidak tahu kalau aku mencintaimu? Aku ingin tahu tentangmu tanpa ada rahasia apapun di antara kita."

"Maafkan aku."

"Win, apa kamu juga punya perasaan yang sama terhadapku?"

Wini menganggukkan kepalanya. "Ya, aku pun mencintaimu." Suaranya terasa gamang menjawab pertanyaanku.

Ada sedikit rasa bahagia di hatiku mendengar jawabannya.

"Baiklah. Lalu siapa laki-laki itu, Win? Apa semua yang dikatakan anak-anak kampus itu benar? Apa kamu memang seorang wanita...." Aku tak ingin meneruskan kata-kataku. Sungguh menyebut kata-kata itu pun aku sudah merasa risih.

"Iya. Semua itu benar. Aku memang wanita penghibur."

Aku kaget setengah mati. Wini, gadis muda belia yang cantik dan baik hati, yang selama ini memenuhi mimpi-mimpi malamku, ternyata memang benar melakukan pekerjaan haram dan murahan itu. Mendadak rasa cintaku luntur terkikis sedikit demi sedikit dalam kalbuku. Aku kecewa. Sangat kecewa.

"Kenapa kamu sampai melakukan pekerjaan itu, Win?" Aku tak tahu kenapa aku bertanya hal ini pada Win.

"Aku terpaksa. Aku butuh uang untuk membayar biaya kuliahku. Juga menanggung biaya hidup keluargaku di desa."

Masih banyak lagi yang dikatakan oleh Win. Tapi aku tak begitu memperhatikan. Aku tahu ia punya alasan yang cukup masuk akal. Meskipun itu alasan klasik. Aku lebih merasa bingung melihat tubuh Win yang semakin bergetar kencang di depanku. Tampak sekali kalau gadis itu begitu rapuh dan tak kuat menghadapi sikapku. Seolah ia merasa sangat bersalah padaku. Sedang aku sendiri tak tahu harus berbuat apa.

Memeluknya? Bahkan jiwaku seperti melarangku untuk menyentuh gadis itu. Aku pusing. Sebersit rasa sedih dan bersalah menggayuti batinku. Begitu teganya aku
menghakimi seorang gadis belia yang telah mempunyai kesulitan hidup yang begitu rupa. Yang sebenarnya ia juga ingin mempunyai kehidupan normal seperti gadis-gadis lainnya. Betapa jahatnya aku. Ini sangat tidak adil bagi Wini.

"Lebih baik aku pulang."

Akhirnya aku memecah keheningan kami berdua. Hari sudah makin malam. Aku ingin segera sampai di kosku.

"Agung, aku sungguh mencintaimu." Wini berkata dengan pelan sekali sebelum aku meninggalkan teras rumahnya.

"Maafkan aku, Win."

Tak ada lagi yang bisa aku lakukan di sini. Aku harus menenangkan pikiran dan perasaanku sendiri.

****

Sudah hampir sebulan aku tak bertemu dengan Wini di kampus. Aku pun tak pernah lagi mencoba menemuinya di kosnya. Aku sudah terlanjur kecewa. Aku tak bisa menerima pekerjaan yang dilakukannya selama ini. Teman-temanku di kampus pun tak ada yang tahu tentang keberadaan Wini. Wini seolah tenggelam di kampus kami. Berita dan omongan-omongan miring tentangnya pun tak terdengar lagi. Sepi.

Sampai suatu hari salah satu surat kabar memberitakan tentang kematian seorang wanita tuna susila yang terbunuh secara mengenaskan. Bulu kudukku meremang saat kubaca jati diri wanita yang meninggal itu. Inisial WA, berusia 22 tahun. Seluruh tubuhku lemas seketika. Setelah kutanyakan pada pihak berwajib mengenai tanda pengenal wanita itu, yakinlah aku bahwa gadis itu adalah Wini. Aku hanya terdiam menatap berita di koran itu. Kenapa bisa jadi begini,Win?

Esok harinya, ada seorang teman kos Wini yang datang menemuiku. Ia membawa sebuah surat yang katanya dititipkan Wini seminggu sebelum kejadian pembunuhan itu. Aku sedikit ragu menerima surat itu.

Kubaca isi lembaran surat dari Wini dengan perlahan. Semakin aku merasa bersalah pada gadis itu. Ingin aku meminta maaf padanya atas apa yang telah aku lakukan sebulan lalu. Saat aku menghakiminya dengan begitu menyakitkan. Sementara aku tak punya hak apa-apa untuk memintanya menjelaskan semua kehidupan pribadinya.

"Agung, aku bahagia bisa dekat denganmu. Dan aku senang kau tidak begitu saja mempercayai omongan teman-teman tentang aku. Aku percaya kalau kau benar-benar mencintaiku. Maafkan aku, Gung. Karena selama ini aku tidak terbuka padamu. Tapi terakhir aku bicara padamu, membuka semua aib diriku, kulakukan semata karena cintaku padamu. Jujur, Gung, aku juga mencintaimu. Namun aku tak berani memintamu melanjutkan cintamu sejak kau tahu tentang pekerjaanku itu. Aku sadar, gadis sepertiku tak berhak merasakan ketulusan cintamu. Kamu terlalu baik untukku. Semoga kamu mendapatkan gadis lain yang mencintaimu dengan keanggunan yang
sesungguhnya. Aku hanyalah gadis malam. Kehadiranku di dekatmu hanya akan membuat malam-malammu berubah kelam....."

Kulipat surat dari Wini dengan hati galau. Seiring kututup kisah cinta singkatku dengannya. Terbayang lagi wajah sumringah yang selalu ditemani bibir mungil yang terkunci rapat.

Selamat jalan, gadisku. Selamat malam, gadisku.

Kujatuhkan tubuhku di kasur kamarku. Aku lelah. Kuharap malam ini aku bisa menata mimpi baru untuk menyambut pagi lagi.
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Waduh
KorLap
Waduh


Lokasi : Gunung Kidul
Reputation : 0
Join date : 26.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue May 27, 2008 11:06 am

Akhhhhhhh.......politik, cinta, nafsu dan dendam jadi satu.
Kembali Ke Atas Go down
redbiem
Koordinator
redbiem


Lokasi : dunia maya
Reputation : 2
Join date : 03.03.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeFri May 30, 2008 4:25 am

campur aduk brarti mas... ajib
Kembali Ke Atas Go down
gimbik
Pengawas
gimbik


Lokasi : Nori One
Reputation : 6
Join date : 04.03.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeSat Jun 07, 2008 6:30 am

bar kui nggo nyemen
Kembali Ke Atas Go down
http://profiles.friendster.com/imbik
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeWed Jun 11, 2008 3:00 pm

Pada suatu malam Budi, seorang eksekutif sukses, seperti biasanya sibuk
memperhatikan berkas-berkas pekerjaan kantor yang dibawanya pulang ke
rumah, karena keesokan harinya ada rapat umum yang sangat penting
dengan para pemegang saham.

Ketika ia sedang asyik menyeleksi dokumen kantor tersebut, Putrinya
Jessica datang mendekatinya, berdiri tepat disampingnya, sambil
memegang buku cerita baru.
Buku itu bergambar seorang peri kecil yang imut, sangat menarik perhatian Jessica,

"Pa liat"! Jessica berusaha menarik perhatian ayahnya.

Budi menengok ke arahnya, sambil menurunkan kacamatanya, kalimat yang
keluar hanyalah kalimat basa-basi "Wah,. buku baru ya Jes?"

"Ya papa" Jessica berseri-seri karena merasa ada tanggapan dari ayahnya.




"Bacain Jessi dong Pa" pinta Jessica lembut

"Wah papa sedang sibuk sekali, jangan sekarang deh" sanggah Budi dengan cepat.

Lalu ia segera mengalihkan perhatiannya pada kertas-kertas yang berserakkan didepannya, dengan serius.
Jessica bengong sejenak, namun ia belum menyerah. Dengan suara lembut dan sedikit manja ia kembali merayu
"pa, mama bilang papa mau baca untuk Jessi"

Budi mulai agak kesal, "Jes papa sibuk, sekarang Jessi suruh mama baca ya"

"Pa, mama cibuk terus, papa liat gambarnya lucu-lucu"

"Lain kali Jessica, sana! papa lagi banyak kerjaan" Budi berusaha
memusatkan perhatiannya pada lembar-lembar kertas tadi, menit demi
menit berlalu, Jessica menarik nafas panjang dan tetap disitu, berdiri
ditempatnya penuh harap, dan tiba-tiba ia mulai lagi.
"Pa,.. gambarnya bagus, papa pasti suka"

"Jessica, PAPA BILANG, LAIN KALI!!" kata Budi membentaknya dengan keras.

Kali ini Budi berhasil, semangat Jessica kecil terkulai, hampir
menangis , matanya berkaca-kaca dan ia bergeser menjauhi ayahnya
"Iya pa,. lain kali ya pa?"

Ia masih sempat mendekati ayahnya dan sambil menyentuh lembut tangan ayahnya ia menaruh buku cerita di pangkuan sang Ayah.
"Pa kalau papa ada waktu, papa baca keras-keras ya pa, supaya Jessica bisa denger".

Hari demi hari telah berlalu, tanpa terasa dua pekan telah berlalu
namun permintaan Jessica kecil tidak pernah terpenuhi, buku cerita Peri
Imut, belum pernah dibacakan bagi dirinya.
Hingga suatu sore terdengar suara hentakan keras "Buukk!!" beberapa
tetangga melaporkan dengan histeris bahwa Jessica kecil terlindas
kendaraan seorang pemuda mabuk yang melajukan kendaraannya dengan
kencang didepan rumah Budi.

Tubuh Jessica mungil terhentak beberapa meter, dalam keadaan yang begitu panik ambulance didatangkan secepatnya.
Selama perjalanan menuju rumah sakit, Jessica kecil sempat berkata dengan begitu lirih
"Jessi takut Pa, Jessi takut Ma, Jessi sayang papa mama"

Darah segar terus keluar dari mulutnya hingga ia tidak tertolong lagi ketika sesampainya di rumah sakit terdekat.

Kejadian hari itu begitu mengguncangkan hati nurani Budi, Tidak ada lagi waktu tersisa untuk memenuhi sebuah janji.
Kini yang ada hanyalah penyesalan.
Permintaan sang buah hati yang sangat sederhana.. pun tidak terpenuhi.

Masih segar terbayang dalam ingatan budi tangan mungil anaknya yang
memohon kepadanya untuk membacakan sebuah cerita, kini sentuhan itu
terasa sangat berarti sekali
",...papa baca keras-keras ya Pa, supaya Jessica bisa denger"
kata-kata Jessi terngiang-ngiang kembali.

Sore itu setelah segalanya telah berlalu, yang tersisa hanya keheningan
dan kesunyian hati, canda dan riang Jessica kecil tidak akan terdengar
lagi, Budi mulai membuka buku cerita peri imut yang diambilnya perlahan
dari onggokan mainan Jessica di pojok ruangan.
Bukunya sudah tidak baru lagi, sampulnya sudah usang dan koyak.
Beberapa coretan tak berbentuk menghiasi lembar-lembar halamannya
seperti sebuah kenangan indah dari Jessica kecil.

Budi menguatkan hati, dengan mata yang berkaca-kaca ia membuka halaman
pertama dan membacanya dengan suara keras, tampak sekali ia berusaha
membacanya dengan keras, Ia terus membacanya dengan keras-keras halaman
demi halaman, dengan berlinang air mata.

"Jessi dengar papa baca ya"
selang beberapa kata,.. hatinya memohon lagi

"Jessi papa mohon ampun nak"
"papa sayang Jessi"
Seakan setiap kata dalam bacaan itu begitu menggores lubuk hatinya, tak
kuasa menahan itu Budi bersujut dan menangis memohon satu kesempatan
lagi untuk mencintai.



Seseorang yang mengasihi selalu mengalikan kesenangan dan membagi
kesedihan kita, Ia selalu memberi PERHATIAN kepada kita karena ia
peduli kepada kita.

ADAKAH "PERHATIAN TERBAIK" ITU BEGITU MAHAL BAGI MEREKA ?

BERILAH "PERHATIAN TERBAIK" WALAUPUN ITU HANYA SEKALI

Bukankah Kesempatan untuk memberi perhatian kepada orang-orang yang kita cintai itu sangat berharga ?

DO IT NOW

Berilah "PERHATIAN TERBAIK" bagi mereka yang kita cintai.

LAKUKAN SEKARANG !! KARENA HANYA ADA SATU KESEMPATAN UNTUK MEMPERHATIKAN DENGAN HATI KITA

Kisah ini pernah di Tulis dalam MAJALAH HATI BARU Vol. 3 No. 11, April 2001
Sumber : Sentuhan 9 menit Anthony Harton
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeMon Jun 16, 2008 1:23 pm

Menjemput Impian

Genggam tanganku dan tariklah nafas sedalam kau bisa
Ukirlah senyum termanismu dan hapus segala duka yang menahan langkahmu
Pandang mataku dan 'kan kautemui segenggam asa nan indah untukmu... Untuk kita
Usahlah kaugelengkan kepala tanda ragu dan marilah menuju cahaya nun jauh di sana
Lihatlah! Kutunjukkan padamu setitik cahaya gemerlap yang tampak samar
di ujung cakrawala itu

Indah, bukan? Itu untukmu!
Aku hanya menemanimu hingga ke gerbang harapan
Ketika sampai, berjalanlah kau seorang diri
Aku tak akan kau butuhkan di sana
Di sana akan kau temui kebahagiaan yang niscaya
Tak ada yang musykil
Ayo, siapkan segera kekuatan terbaikmu
Waktu kita hampir habis
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeFri Jul 04, 2008 12:04 pm

Cinta Bukan Romantisme: Mencintai Tak Cukup Dengan Sekuntun Bunga

Film, sinetron, iklan, dan semacamnya,
telah mendidik kita secara salah tentang cinta: seolah cinta cuma
persoalan “mendesain” romantisme, dan mencintai cukup dengan
menyerahkan sekuntum bunga. Beuh, anak kecil juga bisa!

Lebih konyol lagi, cinta juga seolah hanya urusan mendapatkan sesuatu.Lihatlah
hari valentin, saat ketika cinta dikerucutkan menjadi sekadar
romantisme, momen ketika kamu berharap dan mendapat sesuatu: seikat
mawar merah, atau jika cukup mujur (ditaksir orang tajir) dapat sebuah
cincin berlian. Atau bagi para cowok, ini mungkin saat, di mana pada
akhirnya kamu “diizinkan” untuk menyentuh bibirnya, dengan bibirmu. Dan
kalian pun berteriak dengan bangga ke ujung cakrawala… “Hei… lihatlah,
kami sedang jatuh cinta!”
ROMAN...ISME Bunga
Tapi benarkan cinta sesederhana itu? Hanya sekadar demam warna pink, cuma persoalan mendapatkan dan mendapatkan?
Rasanya kok nggak juga ya… Cinta bukan melulu persoalan kenyamanan,
keindahan, romantisme, atau bahkan terpenuhinya segala hasrat. Cinta justru persoalan memberi, tanpa syarat!
Mari menghitung, berapa gelintirlah manusia yang benar-benar mengerti
cinta jenis ini (tentu saja selain para orang tua yang dengan tulus
menyayangi anak-anaknya.)
Egosentris. Copernicus salah, apalagi Ptolomeus! Bumi bukan
mengelilingi matahari, tetapi matahari, bumi, dan segenap benda-benda
kosmos, beredar mengelilingi kamu. Kamulah pusat dari segala. Yang
penting buat kamu cuma hal yang bisa membuat kamu merasa lebih besar,
lebih baik, lebih berarti, lebih “lengkap”.
Padahal, jika kamu berani mengaku sedang mencintai, maka
gerakkanlah seluruh makro dan mikro kosmos untuk mengelilingi dia.
Perkara dia sempurna atau tidak, memenuhi kriteriamu atau tidak, wujud
dari fantasimu atau tidak, itu soal nanti. Cukup karena dia adalah dia!
ROMAN...ISME Modern-Romance-HW0_76139
Hal yang membuat kamu terlihat sungguh-sungguh indah adalah, ketika
kamu bisa menjadi diri kamu yang sesungguhnya, ketika hal-hal yang
paling natural, yang paling apa adanya dalam dirimu, kamu biarkan
keluar, terlihat dalam terang. Nggak seperti selama ini, sesuatu yang kamu banget itu, justru berusaha ditutupi sekuat tenaga, dengan kosmetik, fesyen, les kepribadian dan sebagainya. Kamu menjadi orang lain: and then, you’re just another woman, or an ordinary man or even worse than that. Nothing is special enough worth a true love.
Kegilaan, kekonyolan, ketidaksempurnaan, pokoke berbagai
“kekurangan” dalam dirimu, selama ini menumpuk di dalam sana,
terbungkus rapi. Padahal jika berani membiarkannya keluar, itulah
pesona kamu yang sesungguhnya, yang tak akan bisa didapatkan pada diri
siapapun.
Defenisi keindahan, telah “diseragamkan” oleh iklan dan gemerlap
pemasaran produk-produk konsumerisme. Kulit putih, rambut legam
tergerai ringan dan enak jatuhnya, tubuh langsing, bahkan, maaf ni ye,
bokong berisi dan payudara kencang. Pokoknya hal-hal fisikal semacam
itu. Hal-hal yang hanya akan memesona lelaki untuk menikmati, bukan
untuk mencintai. Hal-hal yang memosisikan diri kamu sebagai objek!
“Topeng-topeng kecantikan” yang mengkilap itu, didesain untuk
memenuhi fantasi kolektif manusia tentang “kesempurnaan kecantikan”.
Padahal itu sama sekali ngga cantik. Sekali lagi, ngga cantik!
Kita sudah sekian lama menjadi korban dari kelihaian penjual
kecantikan yang seragam dan pasaran banget itu. Kita berburu
kebahagiaan-kebahagiaan buatan, yang dalam hitungan hari akan
menghempaskan kita pada realita yang menyesakkkan.
ROMAN...ISME Romance
Menjadi diri sendiri, berarti kesiapan untuk mengalami segalanya.
Kita harus merasakan tidak saja keindahan dan kebahagiaan, tetapi juga
kepedihan dan kesendirianan. Dan jika kamu sudah memutuskan untuk
mencintai seseorang, maka rubuhkanlah segala sekat antara kalian
berdua, biar dia bisa datang, dengan segala yang ada padanya. Kamu
membuka diri, tidak cuma untuk mendapat dekapan dan ciumannya, tetapi
juga menampung ketakutan dan kepedihannya. Itu deal-nya.
Masak kamu mau dapat satu darinya, tapi menolak hal lainnya. Mau mukanya yang baby face, tapi ogah sama sifat childish-nya. Mau kokohnya dekapan dan dada bidangnya, namun ngga terima kebiasaannya nongkrong dengan genk-nya? Menerima seseorang itu, harus sistem paket!
Bisa aja sih milih-milih, tapi maaf, itu pasti bukan cinta, tapi
cuma hubungan dengan syarat-syarat tertentu, dan akan berakhir begitu
syarat-syarat itu tak bisa dipenuhi.
Sebagian orang akan berusaha mencari cinta, memagut yang satu,
melepas yang lain, mengejar si Y, memutuskan si X. Seperti burung yang
sejenak bercinta di dahan cemara, untuk kemudian terbang ke belahan
langit yang berbeda. Sampai kapan, Bos? Nanti sayapmu keburu patah, dan
akhirnya mendarat dengan keras di kubangan kerbau. Bercinta dengan
kerbau? Cape deh…
Seseorang yang berkelana mencari cinta di banyak tempat, hanya akan menemui kekosongan dan kekosongan.
Cobalah mencintai seseorang, bukan sekadar mengharap kamu akan mendapat sesuatu dari dirinya. Cintailah dia karena dia.
Bukan sekadar karena bening matanya menenggelamkanmu dalam samudera
rasa tak terperikan, apalagi cuma karena bau tubuhnya membangkitkan
saraf-saraf birahimu. Tetapi dengan penerimaan pada kompleksitas dan
kerumitan dirinya, pada kekurangan dan ketidaksempurnaannya.
Mencintai berarti bersedia tenggelam pada kedalaman diri seseorang,
termasuk berdamai dengan masa lalunya, mendukung pilihan masa depannya.
Karena di bawah sana, pada kegelapan dan ketakutannya, pada kelemahan
dan ketidakpastian hidupnya, kamu mungkin akan menemukan dirimu sendiri.
Itu sebuah tempat yang jauh di seberang hasrat, nun di luar cuaca,
melayang meninggalkan derita, dan lupa, kapan bahagia itu ada.

sumber: Klik Disini
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
gimbik
Pengawas
gimbik


Lokasi : Nori One
Reputation : 6
Join date : 04.03.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue Jul 08, 2008 3:00 pm

Romantis itu perlu
tapi kalo ga bisa romantis seperti aku memang terkesan menjadi dagelan
cewek mana yang ga suka romantis ya??
ada ga?
aku butuh
Kembali Ke Atas Go down
http://profiles.friendster.com/imbik
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeWed Jul 09, 2008 11:08 am

gimbik wrote:
Romantis itu perlu
tapi kalo ga bisa romantis seperti aku memang terkesan menjadi dagelan
cewek mana yang ga suka romantis ya??
ada ga?
aku butuh

Manusia itu pada dasarnya sama saja mas.....dan romantis maupun tidak itu tergantung manusianya juga.....
Dan ketika manusia ingin mendapatkan pasangannya memang di bilang susah ya memang susah...di bilang gampang ya memang gampang.....
Dan yg menjadi kendala kadang sikon.....

Begitu juga perempuan, bila menginginkan pria tidak harus yg romantis.....
Coba tanya saja sama perempuan manapun, menurut riset 70 % wanita memilih laki2 yg bisa bertanggung jawab dan bukan romantis.....

mungkin yg lain bisa nambahin.....trim's
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Jul 17, 2008 2:02 pm

Beberapa hari terakhir ini lagu Queen yang berjudul Good Old Fashioned Lover Boy sangat sering saya putar. Setelah
belasan kali mendengarkan lagu ini akhirnya saya memutuskan untuk
mencatat liriknya. Ternyata lagu ini sangat mencemirkan perilaku pria
(maaf bukan bermaksud membawa isu gender tapi memang dalam lagu itu
disebutnya lover boy) dalam berhubungan dengan orang yang
didekatinya. Pria punya kriteria tersendiri untuk disebut romantis.
Dalam lagu ini, pria yang bisa melakukan hal-hal (standar) romantis
diistilahkan sebagai good old fashioned lover boy.


Beberapa hari terakhir ini lagu Queen yang berjudul Good Old Fashioned Lover Boy
sangat sering saya putar. Tidak ada alasan khusus sebenarnya, cuma
karena seminggu ini saya berada penuh di kos saya di Depok dengan
fasilitas minim (belum ada tape untuk putar kaset) jadi saya cuma bisa
pasang lagu-lagu yang ada di laptop untuk menemani kesendirian saya di
tengah tumpukan tugas.
Setelah
belasan kali mendengarkan lagu ini akhirnya saya memutuskan untuk
mencatat liriknya. Ternyata lagu ini sangat mencemirkan perilaku pria
(maaf bukan bermaksud membawa isu gender tapi memang dalam lagu itu
disebutnya lover boy) dalam berhubungan dengan orang yang
didekatinya. Pria punya kriteria tersendiri untuk disebut romantis.
Dalam lagu ini, pria yang bisa melakukan hal-hal (standar) romantis
diistilahkan sebagai good old fashioned lover boy. Hal-hal standar yang
disebut dalam lagu ini antara lain menyanyikan lagu sendu, menciptakan
atmosfer penuh cinta, meyakinkan sang perempuan mengenai cintanya,
menulis surat cinta, memakai pola yang sama dalam komunikasi (aku
selalu merindukanmu dan mencintaimu walau kau tak ada di sampingku),
mentraktir sang perempuan makan di tempat mahal, menjadi supir pribadi,
serta memperhatikan hal-hal kecil dan menunjukkan keterpesonaan.
Yang
menarik bagi saya, memang sampai sekarang banyak sekali perempuan yang
masih tergila-gila dengan tindakan-tindakan gombal seperti itu.
Sepertinya kalau seorang pria melakukan hal-hal di atas saya jadi
berbunga-bunga dan terbang tinggi ke atas langit ke tujuh. Apalagi
kalau tindakan itu dilakukan dengan penjelasan akan alasannya. Saya
masih ingat ketika SMA berpacaran dengan ketua OSIS sekolah sebelah,
adik kelas kakak saya. Filsuf pecinta alam ini memberikan bunga-bunga
liar yang dipetiknya sendiri (tentunya dengan mempertimbangkan
keseimbangan ekosistem) untuk ulangtahun saya karena menurutnya bunga
berwarna kuning putih itu mencermikan diri saya (maksudnya saya liar
gitu??). Selain itu ia juga pernah memberikan satu pot kecil berisi
kaktus yang karakteristiknya (jarang disiram air) mencerminkan juga
jarangnya ia datang menemui saya karena kesibukannya (dan mungkin
sekaligus mencerminkan saya yang setajam duri kaktus??). orang yang
sama pernah menyanyikan lagu Leaving on a Jet Plane saat tahu
saya bertekad kuliah di Jakarta. Puncaknya adalah saat kami putus ia
datang ke rumah dengan semangat nekat mengambil resiko dicuekin oleh
seisi rumah saya lalu dengan wajah sendu meminta balik pacaran lagi
dengan mencontohkan asbak keramik (di rumah tidak ada vas bunga) yang
‘kalau pecah percuma disambung lagi, karena itu marilah kita meleburkan
semua cerita lama lau membentuknya kembali (jadi vas bunga??) agar
dapat menjadi lebih indah’. Aduh, anak SMA mana yang bisa menolak
rayuan macam itu? Hmm… saya lupa menyebutkan ada beberapa surat cinta
juga yang dikirimkannya serta waktu-waktu yang ia luangkan untuk
berlari ke sekolah saya dan menemui saya lima menit lalu kembali lagi
berlari ke sekolahnya dan memulai rapat OSIS. Belum lagi serangkai
bunga edelweis oleh-oleh pulang dari naik gunung.
Sayangnya
(bagi para pria dan untungnya bagi saya), saat mulai kuliah
tindakan-tindakan seperti ini tak lagi mengambil hati saya. Terkesan
memang, tapi tindakan-tindakan terencana dengan tujuan busuk (waduh!)
seperti itu tak lagi membuat saya jatuh menggelepar dalam lubang tak
berdasar. He he. Saya jadi ingat ulah beberapa pria yang mendekati
saya. Ada yang memainkan gitar dan menyanyikan lagu Jamrud untuk
menyatakan kekagumannya pada saya. Ada yang menelepon ke handphone
selama dua jam pada saat roaming masih berlaku dan saya sedang di Bali.
Ada yang ‘menculik’ saya dan membawa saya berkeliling kampus naik motor
lalu mampir untuk beli es degan. Ada juga yang mengajak saya pergi
menonton teater berdua, memberikan temapt duduk balkon khusus untuk
saya sendiri (ia harus ikut mengarahkan lampu walau sesekali mampir ke
tempat saya bertanya kabar), mengenalkan pada artis-artis pendukung
(Rieke Diah Pitaloka dan Ria Probo) dan ditutup dengan trakturan
martabak kubang dalam perjalanan pulang. Tentunya dengan banyak telepon
dan pertanyaan ‘sudah makan belum?’. Ironisnya, pria-pria ini tidak ada
yang nyantol di hati sehingga tindakan mereka berhenti sampai kenangan
di hati saja.Kenapa tidak ada yang nyantol? Kemungkinan besar
sih karena saya merasa itu direncanakan, jadi ada niatan tertentu.
Ekspresi cinta untuk orang terkasih kita seharusnya sesuatu yang
original, kalau bisa spontan. Selain itu, ekspresi cinta juga
seharusnya disesuaikan dengan karakteristik orang yang dicintai, tidak
sekedar sama dengan apa yang orang lain lakukan. Saya yang sekarang ini
lebih menghargai ekspresi cinta yang tidak direncanakan.
Celetukan-celetukan atau tindakan-tindakan yang bukan sekedar
romantisme normatif. Saya tertawa cukup puas ketika mendengar istilah shool of lover boys
dalam lagu Queen. Lulusan sekolah pria pecinta (beda donk sama pecinta
pria, he he) bisanya cuma romantisme normatif. Tidak original.
Ujung-ujungnya, sampailah mereka pada acara-acara semacam ‘Katakan
Cinta’ di RCTI. Acara-acara semacam ini (reality show yang terkait
dengan cinta) menurut saya seperti menurunkan arti cinta itu sendiri.
Obral ekspresi cinta. Obral romantisme. Cinta tak lagi tinggi
derajatnya karena di-share dengan ribuan (atau jutaan?) orang yang
menonton. Cinta tak lagi dalam maknanya. Dangkal.
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeWed Aug 20, 2008 2:53 pm

Yang punya cerita pendek..mari kita berbagi cerita2 pendek.... ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Sep 11, 2008 1:33 pm

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.

Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.

Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.

Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.

Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.

Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.

”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.

”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.

Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.

Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.

Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.

Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.

Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.

”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?

Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

For vieny, welcome to your husband’s heart.
*dikutip dari Aku ingin mencintaimu dengan sederhana karya Sapardi Djoko Damono.

Sumber : Majalah Ummi, edisi 12/XIII/2002
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeMon Sep 22, 2008 6:34 pm

aku ingin mencintaimu dengan sederhana

dan aku juga ingin dicintai dengan sederhana...

mari kita men-cinta dengan sederhana
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
madi
Koordinator
madi


Lokasi : cijantung
Reputation : 2
Join date : 24.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue Sep 23, 2008 8:32 am

ngelmune rung tekan ......
tak melu moco wae
Kembali Ke Atas Go down
http://www.min18jakarta.blogspot.com
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue Sep 23, 2008 4:34 pm

ayo di, nek arep melu....

tak enteni wis....kanthi sabar...=))
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
giadi_pcs
Camat
giadi_pcs


Lokasi : sudirman jakpus
Reputation : 3
Join date : 14.07.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue Sep 23, 2008 8:09 pm

iki malah enten2an to, bubar2 bandare urik ngakakk ngakakk
Kembali Ke Atas Go down
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeTue Sep 23, 2008 8:15 pm

dalam kesendirian yang tercipta
samar kutangkap sosok bayangmu
hadir dan mengusik
mencoba memberi warna baru

kamu datang
kamu hadir dan menjelang

belajar mengenal lebih dirimu
itu yang kumau
mencari keberadaan sisi gelapmu
itu yang tertuju

keraguan itu belum tertepis
kamukah lelaki itu..
setelah beberapa menjelang
kau muncul dan menganti sosoknya

sosok baru...ditempat baru
namun hadirmu beri warna beda

namun...
aku takut rasa itu berpaling darinya
setelah aku mengenalmu
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
madi
Koordinator
madi


Lokasi : cijantung
Reputation : 2
Join date : 24.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeWed Sep 24, 2008 11:26 am

dwikoe wrote:
dalam kesendirian yang tercipta
samar kutangkap sosok bayangmu
hadir dan mengusik
mencoba memberi warna baru

kamu datang
kamu hadir dan menjelang

belajar mengenal lebih dirimu
itu yang kumau
mencari keberadaan sisi gelapmu
itu yang tertuju

keraguan itu belum tertepis
kamukah lelaki itu..
setelah beberapa menjelang
kau muncul dan menganti sosoknya

sosok baru...ditempat baru
namun hadirmu beri warna beda

namun...
aku takut rasa itu berpaling darinya
setelah aku mengenalmu

mugo2 wae ......
yo kw sosok barumu
Amiiiin Amiiiin Amiiiin Amiiiin Amiiiin


lha sopo tho.....?
lha mbokyo crito....?
Kembali Ke Atas Go down
http://www.min18jakarta.blogspot.com
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeWed Sep 24, 2008 11:40 am

Balada Gadis Desa

Kenapa mengambil judul balada seorang gadis, berawal dari kejadian tempoe doeloe hehehe.... di jaman antah berantah hiduplah seorang gadis kecil ciee..dimana menurut penialaian ortunya tuh gadis imut banget (kalo skrang amit-amit kali yee..kekekeke) yang berasal dari suatu dusun kecil, didaerah malang. kemudian dibawalah gadis kecil itu ke kota dengan harapan agar dapat bersekolah lebih baik lagi 'n memperoleh penghidupan dan kasih sayang yang layak dari orang tuanya, waktu berjalan dari TK, SD, SMP, sampai SMU kehidupan si gadis selalu memberikan cerita tersendiri mulai dari kisah yang sedih hingga senang, dari crita yang rame..ampe cerita yang kesepian, 'n etc..

sambil berjalannya waktu menginjak dewasa dan masuk bangku kuliah masuklah dia disalah satu PTS dengan jurusan yang salah menurutnya kesalahan terbesarnya karena informasi yang kurang didapatkan. Tapi tetep aja dengan giat, dan dijalanin kelar juga kuliah S1 dengan lama kuliah 3,5 taon, selain pelajaran yg didapat sewaktu kul ada lagi pelajaran yang tidak bisa terlupakan menurutnya..yaitu pelajaran hidup.

Dari yang mulai kerja Part time karena gak bisa bayar kuliah, mencoba buat jadi guru tari (lumayan kan dikampus ikut UKM Tari jadi diluar kampus bisa dapet duit) ampe dikibulin ama temen, joint buat depot lesehan waktu itu..hehehe..trus gak dapet apa" coz dibawa lari duitnya kekeke...
Yah itulah hidup..intinya selamat berjuang girls pelajaran hidup sangat berarti buat kita melangkah kedepan untuk meraih cita & cinta dalam hidup ini. kata orang tua nehh.."hidup akan lebih berarti kalo banyak rasa asam, asin, manis, pahit (hehehe..emang mo masak sayur asem)" ok cayo!!!!cayo!!! buat menapaki hidup ini....

Link: Klik
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Sep 25, 2008 6:10 pm

sajak'e pengalaman pribadi kie...???
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
giadi_pcs
Camat
giadi_pcs


Lokasi : sudirman jakpus
Reputation : 3
Join date : 14.07.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Sep 25, 2008 10:11 pm

waduh jan apik ki
Kembali Ke Atas Go down
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeFri Sep 26, 2008 10:31 am

dwikoe wrote:
sajak'e pengalaman pribadi kie...???

Nek reti ki ra sah d omongke.... ;) ;) ;)
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeFri Sep 26, 2008 1:50 pm

ojo nesu tho kang....

jan nek sampeyan nesu kie, aku dadi piye ngunu.....
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
Hendrix
Koordinator
Hendrix


Lokasi : JogJakarta,
Reputation : 0
Join date : 18.04.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeSat Oct 11, 2008 12:55 am

WAH IKI TEGESE PRIPON MBK DWIK....
Kembali Ke Atas Go down
http://profiles.friendster.com/35129720,multiply.vasilizalitev.c
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Oct 16, 2008 11:50 am

Sebuah film yang mengharukan.

Dikisahkan ada seorang pemuda desa yang datang ke kota, yaitu ke rumah pamannya untuk bekerja karena dia telah lulus dari sekolah yang ada di desanya. Ia pun akhirnya Betul, betul2 tinggal di rumah pamannya itu. Wah, mudah ditebak ya..

Pria desa itu ternyata mencintai putri pamannya yang seusia. Kehidupannya di rumah pamannya itu dirasakan begitu berbeda dengan hidup di desa. Dulu ia bersekolah di sekolah yang dipisahkan antara pria dan wanitanya, bahkan antara kaum adam dan hawanya tak memiliki kesempatan untuk saling bertatap muka dan bertemu.

Begitulah. Di rumah pamannya, ia tak hanya bertemu dengan seorang gadis, malah tinggal dalam satu atap rumah. Pria desa ini merasakan kebaikan dari keluarga pamannya yang hangat, termasuk putrinya yang cantik juga baik hati. Sambil bekerja di kota tempat tinggal pamannya itu, ia pun hampir setiap hari membantu pekerjaan rumah tangga di rumah pamannya yaitu membantu mengurusi kebun bunga di pekarangan rumahnya yang luas.

Di saat itulah tak jarang ia bertemu dan ngobrol-ngobrol dengan putri pamannya itu yang sangat menyukai bunga mawar putih. Putri pamannya itu adalah seorang wanita yang ceria, agak manja namun baik hati. Ia banyak bercerita dengan pria desa itu. Tentang kuliahnya, temannya dan sebagainya. Dari pertemuan dan perbincangan itulah, sang pria desa tercuri hatinya. Ia kagum dan mencintai putri pamanya itu.

Namun di suatu hari, putri pamannya itu bercerita tentang hal yang malah membuat hatinya terluka. Gadis itu ternyata bercerita tentang teman kuliahnya yang disukainya yang juga mencintainya. Wah, bagaimanakah perasaan sang pemuda desa ini?

Hancur, lebur, pecah berkeping-keping..
Hiks.. hiks..

Aku terharu pada saat sang pemuda desa itu menitikkan air matanya sambil tersenyum dengan matanya yang berbinar-binar kepada seorang gadis yang sedang bercerita dengan gembiranya itu..

Setelah gadis itu pergi, pemuda desa itu hanya bisa memandangi bunga-bunga mawar putih yang disukai gadis yang dicintainya itu. Lalu ia memandanginya satu dengan mata yang masih berkaca-kaca. Hanya satu. Dan dia pun tak berani memetiknya.
Adegan ini adalah analogi dari kisah cinta sang pemuda desa. Ia sudah terlanjur mencintai tuan putri. Ia sudah memlihara bunga, merawat cintanya, cinta pertamanya. Dan, ia akan selalu setia pada cintanya. Sepertinya, cintanya sudah mendarah daging dalam jiwanya. Ia tak sanggup mencintai lagi. Yang bisa ia lakukan kini adalah menunggu bunga itu untuk dipetik oleh orang lain.

Benarlah, ini memang cinta mati. Cinta hanya pada satu orang dan sampai kapan pun akan selalu mencintainya walau tak berbalas, walau ia tak dicintai juga. Yang penting bagi dirinya adalah, asalkan orang yang dicintainya bahagia, maka ia pun akan turut bahagia. Subhannallah, cinta yang begitu tulus..

Akhirnya, putri pamannya itu tak lama kemudian menikah dengan pria yang dicintainya. Dan bagaimanakah dengan pemuda itu? Ya, di akhir pelaksanaan upacara pernikahan, pemuda desa itu berpamitan pulang. Di hari yang berbahagia bagi gadis itu, tanpa di duga sebelumnya, sahabatnya pergi. Mungkin bagi gadis itu, hari itu adalah hari yang paling bahagia sekaligus paling berduka. Tahulah ia, saat pemuda desa itu berbicara untuk terakhir kalinya dengan dirinya, bahwa pemuda desa itu pun mencintainya. Sang gadis pun terharu dan tak bisa berbuat apa-apa setelah mendengar penjelasan dari pemuda desa itu tentang kepergiannya yang mendadak.

Pemuda desa itu pun pergi sambil membawa perasaan cintanya. Pergi dengan harapan bisa melupakan gadis itu yang sebenarnya tak kan bisa ia lupakan. Dan kata-kata terakhir dari sang pemuda kepada yang dicintainya itu :

”saya senang bisa bertemu denganmu,
membuatku bahagia dan menyayangimu..
Sampai kapan pun akan selalu mencintaimu..
Hanya kau yang pertama dan terakhir bagiku..
Untuk itu, ada baiknya aku pergi, bukan karena tidak suka.
Tapi sungguh, aku pun bahagia, karena kau pun bahagia. Hanya saja,
aku pergi karena justru ingin tetap memelihara cinta ini dengan cara menebarkannya pada orang2 yang akan ku jumpai nanti.
Ya, aku berkelana untuk menebarkan cinta.. Terima kasih sahabatku, kau telah membuatku menjadi seorang pecinta..
Selamat tinggal..”

Hiks, hiks.. bener-bener cinta mati..
Sahabat, apakah Anda termasuk orang yang punya pengalaman seperti ini atau ada teman Anda yang seperti ini?? Atau Anda juga memegang prinsip; yang pertama dan yang terakhir?
Memang tidak banyak kasus bertemakan cinta mati di dunia ini. Tapi, cukup membuat kita untuk memahami tentang artinya kesetiaan, kepercayaan dan ketulusan… Walau terkesan konyol dan bodoh, tapi cinta mati ini benar-benar tuluuuuuuuuus..
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Oct 16, 2008 3:38 pm

weehhh....

cinta yo cinta....

ning nek sing di cintai wis dadi duwek'e liyan, yo coba di ikhlaske wae...

mesti bakal ketemu cinta liyane....!!!!!!!!
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
Wonosingo Ngali Kidul
Pengawas
Wonosingo Ngali Kidul


Lokasi : Gunungkidul
Reputation : 20
Join date : 06.05.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Oct 16, 2008 6:27 pm

Hemmmmm.......
Kembali Ke Atas Go down
https://www.facebook.com/mahesatunggalika
dwikoe
Camat
dwikoe


Lokasi : cedak kebun Raya Bogor
Reputation : 1
Join date : 19.06.08

ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitimeThu Oct 16, 2008 7:00 pm

YAKIN, MESTI BAKAL ONO TRESNO LIYANE....!!!!!!!!!


ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929 ROMAN...ISME 193929
Kembali Ke Atas Go down
http://www.elsppat.or.id
Sponsored content





ROMAN...ISME Empty
PostSubyek: Re: ROMAN...ISME   ROMAN...ISME Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
ROMAN...ISME
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 4Pilih halaman : 1, 2, 3, 4  Next

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FKOGK :: LOUNGE 'N CHIT-CHAT :: Teras Nongkrong-
Navigasi: