Karena jumlah kaum miskin di Belanda makin bertambah, ormas Islam Belanda tidak bingung mencari penerima daging qurban. Mereka siap menyalurkan daging Qurban
Hidayatullah.com--Muslim di seluruh dunia merayakan Idul Qurban Jumat (27/11). Mereka membagikan daging qurban kepada kaum duafa dan yang berhak.
Hingga beberapa tahun lalu, kaum muslim Belanda kebingungan mencari penerima daging qurban. Dulu nyaris tidak ada kaum miskin di Belanda, tapi sejak beberapa tahun ini organisasi Muslim di Belanda bisa menemukan kalangan miskin yang berhak menerima daging qurban.
"Kaum muslim Belanda, perlahan mulai menyadari bahwa di negeri ini ada orang miskin juga," kata Veyiz Gungor dari Organisasi Kerjasama Sumbangan Muslim (SMHO). "Tapi fakta di lapangan memang menunjukkan bahwa jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan mulai bertambah. Kita bisa lihat peningkatan jumlah bank-bank pangan dan warung murah," tambah Gungor.
Organisasi Kerjasama Muslim SMHO sejak beberapa tahun ini menyalurkan daging qurban untuk bank pangan Belanda. Sumbangan yang dimulai sejak empat tahun ini ternyata mendapat sambutan baik.
"Semakin banyak Muslim Belanda yang berqurban lewat organisasi kami," kata Gungor. "Pada tahun pertama kami menyalurkan 1000 kg daging dan tahun lalu 3000 kg, sementara tahun itu jumlahnya sudah 4 ribu kilogram daging yang kami salurkan."
Untuk itu ditunjuk beberapa tempat penampungan daging, biasanya pedagang daging halal. Daging itu kemudian diolah di pabrik menjadi sosis bumbu Turki. Sosis inilah yang kemudian disumbangkan kepada bank pangan Belanda.
Gagasan itu bermula dari kalangan Turks, namun akhirnya menyebar ke kalangan non-Turki. Kata Gungor, "Sebagian besar pemberi qurban adalah kalangan muslim Turki Belanda. Komunikasi dengan kalangan masjid Turki lebih mudah. Namun tahun-tahun belakangan juga semakin banyak muslim Maroko, Suriname, dan Indonesia yang berqurban lewat kami."
Beda Pandangan
Di Belanda, banyak juga umat Islam yang mengganti hewan korban dengan uang qurban. Mereka mengirimkan uangnya ke kaum duafa di negara asal. Muslim Indonesia di Belanda sudah terbiasa mengirim uang qurban ke tanah air.
"Uang qurban senilai dengan harga kambing, dikumpulkan di masjid, kemudian dikirimkan ke Indonesia. Selanjutnya disalurkan kepada kaum duafa di sana," sebut Firdaus Dahlan, Ketua Pengurus Masjid Indonesia Al Hikmah di Den Haag.
Veyiz Gungor tahu cara penyaluran seperti ini. Tetapi ia melihat sebagai perbedaan penafsiran soal qurban ini "Kebanyakan muslim meyakini bahwa wajib menyembelih hewan qurban."
Di negara mayoritas Muslim, penyembelihan hewan qurban biasanya dilakukan oleh kepala keluarga di hari pertama Ied Adha. Tetapi undang-undang Belanda melarang penyembelihan sendiri hewan qurban. Muslim di Belanda biasanya membawa hewan qurban langsung ke pejagalan.
Mereka mendapat daging dan kepala dombanya. Sementara bulu dan jeroannya ditinggal. Kebanyakan etnis Maroko tahun-tahun belakangan ini bahkan sudah tidak lagi pergi ke pejagalan sendiri. Mereka memesan domba lewat penjual daging. Penjual ini yang mengurusi penyembelihan di pejagalan.
"Kita bisa mengambil dagingnya langsung di toko daging setelah sholat Ied Adha," tutur Mohammed Amezian dari redaksi Arab Radio Nederland.
"Saya tidak perlu lagi hadir di pejagalan. Lagi pula saya tidak terlalu nyaman di sana. Tetapi banyak juga Muslim yang menjalankan aturan dengan ketat, yang meyakini harus tetap menyaksikan ketika hewan disembelih." tutupnya. [rnwl/www.hidayatullah.com)