Universitas Gunungkidul Merasa ‘Dicebolkan’

WONOSARI : Seringnya tidak dilibatkan dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Universitas Gunungkidul (UGK) satu-satunya kampus di Kabupaten Gunungkidul merasa ‘dicebolkan’.
“Kami juga heran kenapa UGK ini tidak diapresiasi dan dilibatkan langsung dalam berbagai kebijakan pemkab Gunungkidul,” kata Drs A Pad Madyana MCRp selaku Kepala Penelitian dan Pengembangan UGK ditemui Harian Jogja, siang kemarin.
Menurut Madyana, dengan kondisi cuci tangan pemkab Gunungkidul ini membuat UGK pada posisi cebol dan tidak bisa bertambah besar. Padahal menurut Madyana, Pemkab Gunungkidul sebenarnya memiliki tanggungjawab dalam membesarkan kampus yang didirinya almarhum Prof. Kusnadi Hrajasumantri dan sejumlah mantan pejabat Gunungkidul seperti Dwi tunggal, Mantan Bupati Gunungkidul Drs .Yoetikno dan almarhum Drs Wasito Donosaroyo saat menjabat Ketua DPRD.
“Itu yang menjadi pertanyaan saya. Kok Pemkab tidak melibatkan kita sebagai akademi yang bercita-cita dalam upaya pengembangan Gunungkidul,” keluh mantan dosen STPMD APMd yang kini menjadi pioneer majunya UGK.
Dalam berbagai hal termasuk kebijakan pendidikan dan pembangunan Gunungkidul dalam arti luas, menurut Madyana, UGK telah mendekatkan diri dengan dinas instansi maupun pejabat. Namun hal itu tidak mengubah kondisi cebolnya UGK.
Sebagai contoh, Madyana menyebutkan beberapa program yang pernah ditawarkan diantaranya rencana rehabilitasi lahan krtitis Gunungkidul untuk kawasan kars di lokasi antara pantai Siung dan pantai Timang yang hingg akini tak kunjung mendapat respon. “Apalagi support anggaran, kita tidak pernah mendapat perhatian,” lanjutnya.
Padahal rencana rehabilitasi lahan kritis ini secara rinci akan menjadikan hutan lindung di alas Jurug dan alas Lenggoko yang selanjutnya akan diberi nama Pencananagan Hutan Alam Kusnadi. “Apa masalah yang menhambat UGk seperti akses, founding dan minimnya mahasiswa belum menyita perhatian pemkab,” tambahnya.
Secara prinsip, Madytana mengaku bahwa tidak ada ‘garis’ hubungan pemkab Gunungkidul dengan UGK, namun kebijakan yang ditelorkan eksekutif dirasa tidak menyentuh upaya mmebesarkan UGK di Gunungkidul. Demikain dengan beberapa peluang kemungkinan dilakukan kerjasama anatara pemkab dan UGK, lebih dulu UGK diklaim sebagai kampus yang belum mampu dan belum cukup mumpuni. “itu kenyataannya sehingga handarbeni UGK ini berakibat UGK harus mendiri.
Initerlihat dari persiapan pihak kampus yang melibatkan Badan Eksekitif Mahasiswa UGK untuk giat bersosialisasi kepada semua kalangan masyarakat untuk menjaring mahasiswa menjelang penerimaan mahasiswa baru bulan depan.
Enam Prodi Ditutup
Yang lebih ironis lagi, kondisi di Universitas Gunungkidul dipastikan enam program studi yang bias sebenarnya sebagai investasi SDM dalam upaya pembangunan Gunungkidulk justru resmi ditutup tahun ini.
Enam prodi yang sebenarnya turut menjadi kontribusi pemkab yang tahun ini hgarus tutup adalah Ilmu Kelautan, Teknik Geologi, Ilmu komunikasi, Ekonomi Pertanian, dan Perikanan. Ini lantaran dalam kurun waktu tertentu tidak mendapatkan mahasiswa.
Namun demikian, untuk tetap membawa UGK eksis, tutupnya enam program studi UGK tahun ini akan dibuka dua prodi baru diantaranya Ilmu Kesehatan terdiri dari jenjang D3 untuk Ilmu Kebidanan dan Strata-1 untuk Ilmu Keperawatan. Sedangkan untuk prodi Ilmu Keguruan di buka jurusan PGTK dan Paud (Pendidikan Anak Usia Dini), PGSD, PGIPA, dan PG Bahasa Daerah.
“Masyarakat tidak perlu kuatir UGK bakal dibekukan karena per semester kita aktif melaporkan Evaluasi Program Studi Berdasar Evaluasi Disi ke Kopertis V tidak seperti beberapa kampus di Jogja menunggu nasib akan dibekukan,” imbuh Madyana.

akhmad subekti wrote:

WONOSARI : Seringnya tidak dilibatkan dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Universitas Gunungkidul (UGK) satu-satunya kampus di Kabupaten Gunungkidul merasa ‘dicebolkan’.
“Kami juga heran kenapa UGK ini tidak diapresiasi dan dilibatkan langsung dalam berbagai kebijakan pemkab Gunungkidul,” kata Drs A Pad Madyana MCRp selaku Kepala Penelitian dan Pengembangan UGK ditemui Harian Jogja, siang kemarin.
Menurut Madyana, dengan kondisi cuci tangan pemkab Gunungkidul ini membuat UGK pada posisi cebol dan tidak bisa bertambah besar. Padahal menurut Madyana, Pemkab Gunungkidul sebenarnya memiliki tanggungjawab dalam membesarkan kampus yang didirinya almarhum Prof. Kusnadi Hrajasumantri dan sejumlah mantan pejabat Gunungkidul seperti Dwi tunggal, Mantan Bupati Gunungkidul Drs .Yoetikno dan almarhum Drs Wasito Donosaroyo saat menjabat Ketua DPRD.
“Itu yang menjadi pertanyaan saya. Kok Pemkab tidak melibatkan kita sebagai akademi yang bercita-cita dalam upaya pengembangan Gunungkidul,” keluh mantan dosen STPMD APMd yang kini menjadi pioneer majunya UGK.
Dalam berbagai hal termasuk kebijakan pendidikan dan pembangunan Gunungkidul dalam arti luas, menurut Madyana, UGK telah mendekatkan diri dengan dinas instansi maupun pejabat. Namun hal itu tidak mengubah kondisi cebolnya UGK.
Sebagai contoh, Madyana menyebutkan beberapa program yang pernah ditawarkan diantaranya rencana rehabilitasi lahan krtitis Gunungkidul untuk kawasan kars di lokasi antara pantai Siung dan pantai Timang yang hingg akini tak kunjung mendapat respon. “Apalagi support anggaran, kita tidak pernah mendapat perhatian,” lanjutnya.
Padahal rencana rehabilitasi lahan kritis ini secara rinci akan menjadikan hutan lindung di alas Jurug dan alas Lenggoko yang selanjutnya akan diberi nama Pencananagan Hutan Alam Kusnadi. “Apa masalah yang menhambat UGk seperti akses, founding dan minimnya mahasiswa belum menyita perhatian pemkab,” tambahnya.
Secara prinsip, Madytana mengaku bahwa tidak ada ‘garis’ hubungan pemkab Gunungkidul dengan UGK, namun kebijakan yang ditelorkan eksekutif dirasa tidak menyentuh upaya mmebesarkan UGK di Gunungkidul. Demikain dengan beberapa peluang kemungkinan dilakukan kerjasama anatara pemkab dan UGK, lebih dulu UGK diklaim sebagai kampus yang belum mampu dan belum cukup mumpuni. “itu kenyataannya sehingga handarbeni UGK ini berakibat UGK harus mendiri.
Initerlihat dari persiapan pihak kampus yang melibatkan Badan Eksekitif Mahasiswa UGK untuk giat bersosialisasi kepada semua kalangan masyarakat untuk menjaring mahasiswa menjelang penerimaan mahasiswa baru bulan depan.
Enam Prodi Ditutup
Yang lebih ironis lagi, kondisi di Universitas Gunungkidul dipastikan enam program studi yang bias sebenarnya sebagai investasi SDM dalam upaya pembangunan Gunungkidulk justru resmi ditutup tahun ini.
Enam prodi yang sebenarnya turut menjadi kontribusi pemkab yang tahun ini hgarus tutup adalah Ilmu Kelautan, Teknik Geologi, Ilmu komunikasi, Ekonomi Pertanian, dan Perikanan. Ini lantaran dalam kurun waktu tertentu tidak mendapatkan mahasiswa.
Namun demikian, untuk tetap membawa UGK eksis, tutupnya enam program studi UGK tahun ini akan dibuka dua prodi baru diantaranya Ilmu Kesehatan terdiri dari jenjang D3 untuk Ilmu Kebidanan dan Strata-1 untuk Ilmu Keperawatan. Sedangkan untuk prodi Ilmu Keguruan di buka jurusan PGTK dan Paud (Pendidikan Anak Usia Dini), PGSD, PGIPA, dan PG Bahasa Daerah.
“Masyarakat tidak perlu kuatir UGK bakal dibekukan karena per semester kita aktif melaporkan Evaluasi Program Studi Berdasar Evaluasi Disi ke Kopertis V tidak seperti beberapa kampus di Jogja menunggu nasib akan dibekukan,” imbuh Madyana.

dulu aku pernah "dipinang" disana namun karena tugas negara ( wuih sok yo) aku belum bisa memenuhinya, semoga saja UGK tetap hadir dan menjadi alternatif pilihan bagi warga GK dalam melanjutkan studi nya

berarti pimpinane awak dw kw urung siap otonomi. . .gur ngomonge thok
mosok sik jelas2 UGK kw aset daerah sing perlu dikei kesempatan kok mlh ora
yo paling ora ngen do pengalaman n kang go perjalanan sak lanjute ngunu u u

nanging yo oj trus mutung
sik palng penting , kipiye carane lulusan UGK nduweni kwalitas nasinal nek isi internasinal

sukses UGK

halah... sing penting sekarang ini kan ijazah toooooo. knp repot2????? :oops:

Hemmmmmmmmmmmmmmmmmm.........

Pendidikan maneh, Ning yo arep d kapake maneh. Aku yo biso ngurut dodo thok.
Mengko aku nek nulis sing njlenter maneh d arani sok keminter lan ngungkit2 masa lalu. Idem wae....

Kabeh iki mau gur lelakon........Sing penting kabeh sing podo ningendi wae ayo bebarengan golek kawruh budi kanggo mbangun Gk lan bongso.

Sabar sabar sabar...

sug3st wrote:

halah... sing penting sekarang ini kan ijazah toooooo. knp repot2????? :oops:

nanging mesakke lulusane UGK
nek ijazae ora payu trus piye , mosok arp dikilogke . .

madiorg wrote:

sug3st wrote:

halah... sing penting sekarang ini kan ijazah toooooo. knp repot2????? :oops:

nanging mesakke lulusane UGK
nek ijazae ora payu trus piye , mosok arp dikilogke . .

tidak terlalu masalah kok, UGK akan tetap eksis kemarin aku coba hubungi yang di kopertis V, dan juga temen temen di UGK, dan tidak terlalu dipermasalahkan

yang jadi masalah malah bagaimana menjaring lulusan-lulusan SMA/SMK agar kuliah di GK soalnya mahasiswanya masih sedikit jadi masih dipandang sebelah mata sama pemkab
ayo yang punya anak di GK, jangan khawatir masukin aja ke UGK

dexsa wrote:

madiorg wrote:

sug3st wrote:

halah... sing penting sekarang ini kan ijazah toooooo. knp repot2????? :oops:

nanging mesakke lulusane UGK
nek ijazae ora payu trus piye , mosok arp dikilogke . .

tidak terlalu masalah kok, UGK akan tetap eksis kemarin aku coba hubungi yang di kopertis V, dan juga temen temen di UGK, dan tidak terlalu dipermasalahkan

yang jadi masalah malah bagaimana menjaring lulusan-lulusan SMA/SMK agar kuliah di GK soalnya mahasiswanya masih sedikit jadi masih dipandang sebelah mata sama pemkab
ayo yang punya anak di GK, jangan khawatir masukin aja ke UGK

Sebenarnya bukan masalah mahasiswa itu dari mana aja. Yang jadi masalah adalah Kampus itu seyogya sebagai padepokan atau kawahcandramuko/penggemblengan murid sedemikian mungkin untuk menjadi pelau generasi selanjutnya itu tidak terjebak oleh tatanan dan perkembangan jaman yang hedon.

Dan sekrang saatnya UGK mulai terjun kepada lapisan masyarakat menerapkan TRIDARMA Perguruan Tingginya, saya yakin UGK akan berkualitan dan mencetak sarjana2 yang paham akan visi dan misi daerahnya bahkan negaranya juga.

saktenane pemkab GK kw nyadari
nek gone dewe ono UGK . . .
opo gur ngen ketok ono wae . . .

:*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(:

madiorg wrote:

saktenane pemkab GK kw nyadari
nek gone dewe ono UGK . . .
opo gur ngen ketok ono wae . . .

:*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(:

Pemda GK reti lan paham sih, nek ono UGK. Ning APBD cukupe kuwi do dinggo memanganan lan nyekolahke anake dewe2 dadi yo nek nggo UGK rondo mengko disik....

Wong jaman sakiki wae arep dadi Bupati kuwi ngenteke dana jutaan tekan milyaran.....mesthine kan bali disik to yo dana kuwi.....

Ngono yo.....ben pemda GK moco tulisanku panas yo ben.......muring rep tantang gelut ae...

Wonosingo Ngali Kidul wrote:

madiorg wrote:

saktenane pemkab GK kw nyadari
nek gone dewe ono UGK . . .
opo gur ngen ketok ono wae . . .

:*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(: :*)0(:

Pemda GK reti lan paham sih, nek ono UGK. Ning APBD cukupe kuwi do dinggo memanganan lan nyekolahke anake dewe2 dadi yo nek nggo UGK rondo mengko disik....

Wong jaman sakiki wae arep dadi Bupati kuwi ngenteke dana jutaan tekan milyaran.....mesthine kan bali disik to yo dana kuwi.....

Ngono yo.....ben pemda GK moco tulisanku panas yo ben.......muring rep tantang gelut ae...

koyo yo bener kang g g
gur kesinge wae katon apik, tekone pejabat "tikus berdasi" thok k k
ora kabeh nanging kabeh kenek . .

mengembangkan perguruan tinggi apalagi di daerah tidak segampang membalikkan telapak tangan, apalagi wonosari dengan jogja letaknya juga tidak jauh jangkauan masyarakat untuk bisa ke Jogja juga mudah, disisi lain PEMDA tidak memiliki tangggunjawab secara garis tugas dan wewenang terhadap perguruan tinggi, karena hanya sebatas pendidikan dasar dan menengah terbukti bahwa PEMDA hanya memiliki Dinas Pendidikan Daerah (wewenang dan tugasnya hanya sebatas ngurusi TK hingga SLTA)...

Satu hal yang bisa dilaksanakan PEMDA untuk bisa dan mau peduli dalam mengembangkan perguruan tinggi yang ada didaerah sehingga akan menjadi salah satu kebanggaan daerah itu juga adalah, memberikan peluang dan kesempatan kepada Perguruan Tinggi tersebut untuk terus mengembangkan diri dengan adanya kerjasama dalam hal penelitian dan pengabdian masyarakat, dana penelitian tersebut tentunya diselaraskan dengan program kerja daerah yang dimasukkan dalam APBD, nah yang menjadi pertanyaan adalah program studi dan jurusan yang ada di Universitas Gunungkidul saat ini selaras dan sejalan nggak dengan Rentra Kab Gunungkidul, dan tentu saja PEMDA tidak akan tinggal diam jika ada proaktif dari perguruan tinggi, jadi harus bisa berjalan se-iring antara perguruan tinggi dengan PEMDA, dosen dan mahasiswa di perguruan tinggi tersebut dapat mengajukan proposal penelitian, proposal kegiatan dan proposal pengabdian masyarakat kepada PEMDA khan.. !!! maaf itu pengalaman saya berkecimpung pada salah satu perguruan tinggi di Jawa Timur...

Sebenarnya masih banyak yg bisa dilakukan UGK,masak kalah ma jaringan komunitas yg bisa berjejaring dengan banyak pihak untuk berpartisipasi memajukan Gunungkidul, masak akademisi kok mengeluh, justru akademisi harus jadi pioneer pola pikir "out of the box". Wong kita jg gak pernah dengar UGK kritis terhadap kebijakan Gunungkidul kok. Pernah sekali ato dua kali itupun mesti karena ada project dibelakangnya, tp yg reguler dan voluntary ? Pola perguruan tinggi di Indonesia tuh masih sama. Gak pernah berpikir "out of the Box". Eman-eman mas kalo energi UGK hanya untuk'nggresulo" lebih baik dekatlah pada jaringan masyarakat yg ada, bantu mereka menyusun logika berpikir ilmiah yg menjadi kelemahan mereka dan UGK juga jangan malu belajar pada jaringan komunitas yg riil telah bisa berjejaring di tingkat nasional bahkan internasional. Mereka sudah sampai pada taraf itu mas meski mereka tidak bergelar sarjana atau pasca sarjana sekalipun. Kalo pengalaman dicebolkan, tidak dianggap dsb, rakyat lebih sering mas mengalaminya namun rakyat tidak pernah surut semangat.silakan cek di google prestasi rakyat Gunungkidul,dengan segenap kebodohannya namun pandai bertingkah strategis dan mampu berprestasi. Lha monggo UGK sekarang mau gimana? sebelum jaman meneggelamkanmu.

Lha trus piye nek pemda ne ora tau mikirke pendidikan?
Berarti ono seng ra beres tho?

Ojo meneh mikirke pendidikan kanggo wong akeh.... wong pendidikane deweke wae pas-pasan kok..hehehe. :roll:
Makane ora iso tekan nek kon mikir seng koyo ngono.

aku kok lagi rungu iki........nek GK ono unipersitas............kampuse neng ndi?....gek statuse opo?.......gek opo gurune yo pinter tenan yo?..........

kampuse arep menempati gedung bekas smu bina karya jalan .nusantara ledoksari

Quote :

WONOSARI : Seringnya tidak dilibatkan dalam kebijakan pemerintah Kabupaten Gunungkidul, Universitas Gunungkidul (UGK) satu-satunya kampus di Kabupaten Gunungkidul merasa ‘dicebolkan’.
“Kami juga heran kenapa UGK ini tidak diapresiasi dan dilibatkan langsung dalam berbagai kebijakan pemkab Gunungkidul,” kata Drs A Pad Madyana MCRp selaku Kepala Penelitian dan Pengembangan UGK ditemui Harian Jogja, siang kemarin.
Menurut Madyana, dengan kondisi cuci tangan pemkab Gunungkidul ini membuat UGK pada posisi cebol dan tidak bisa bertambah besar. Padahal menurut Madyana, Pemkab Gunungkidul sebenarnya memiliki tanggungjawab dalam membesarkan kampus yang didirinya almarhum Prof. Kusnadi Hrajasumantri dan sejumlah mantan pejabat Gunungkidul seperti Dwi tunggal, Mantan Bupati Gunungkidul Drs .Yoetikno dan almarhum Drs Wasito Donosaroyo saat menjabat Ketua DPRD.
“Itu yang menjadi pertanyaan saya. Kok Pemkab tidak melibatkan kita sebagai akademi yang bercita-cita dalam upaya pengembangan Gunungkidul,” keluh mantan dosen STPMD APMd yang kini menjadi pioneer majunya UGK.
Dalam berbagai hal termasuk kebijakan pendidikan dan pembangunan Gunungkidul dalam arti luas, menurut Madyana, UGK telah mendekatkan diri dengan dinas instansi maupun pejabat. Namun hal itu tidak mengubah kondisi cebolnya UGK.
Sebagai contoh, Madyana menyebutkan beberapa program yang pernah ditawarkan diantaranya rencana rehabilitasi lahan krtitis Gunungkidul untuk kawasan kars di lokasi antara pantai Siung dan pantai Timang yang hingg akini tak kunjung mendapat respon. “Apalagi support anggaran, kita tidak pernah mendapat perhatian,” lanjutnya.
Padahal rencana rehabilitasi lahan kritis ini secara rinci akan menjadikan hutan lindung di alas Jurug dan alas Lenggoko yang selanjutnya akan diberi nama Pencananagan Hutan Alam Kusnadi. “Apa masalah yang menhambat UGk seperti akses, founding dan minimnya mahasiswa belum menyita perhatian pemkab,” tambahnya.
Secara prinsip, Madytana mengaku bahwa tidak ada ‘garis’ hubungan pemkab Gunungkidul dengan UGK, namun kebijakan yang ditelorkan eksekutif dirasa tidak menyentuh upaya mmebesarkan UGK di Gunungkidul. Demikain dengan beberapa peluang kemungkinan dilakukan kerjasama anatara pemkab dan UGK, lebih dulu UGK diklaim sebagai kampus yang belum mampu dan belum cukup mumpuni. “itu kenyataannya sehingga handarbeni UGK ini berakibat UGK harus mendiri.
Initerlihat dari persiapan pihak kampus yang melibatkan Badan Eksekitif Mahasiswa UGK untuk giat bersosialisasi kepada semua kalangan masyarakat untuk menjaring mahasiswa menjelang penerimaan mahasiswa baru bulan depan.
Enam Prodi Ditutup
Yang lebih ironis lagi, kondisi di Universitas Gunungkidul dipastikan enam program studi yang bias sebenarnya sebagai investasi SDM dalam upaya pembangunan Gunungkidulk justru resmi ditutup tahun ini.
Enam prodi yang sebenarnya turut menjadi kontribusi pemkab yang tahun ini hgarus tutup adalah Ilmu Kelautan, Teknik Geologi, Ilmu komunikasi, Ekonomi Pertanian, dan Perikanan. Ini lantaran dalam kurun waktu tertentu tidak mendapatkan mahasiswa.
Namun demikian, untuk tetap membawa UGK eksis, tutupnya enam program studi UGK tahun ini akan dibuka dua prodi baru diantaranya Ilmu Kesehatan terdiri dari jenjang D3 untuk Ilmu Kebidanan dan Strata-1 untuk Ilmu Keperawatan. Sedangkan untuk prodi Ilmu Keguruan di buka jurusan PGTK dan Paud (Pendidikan Anak Usia Dini), PGSD, PGIPA, dan PG Bahasa Daerah.
“Masyarakat tidak perlu kuatir UGK bakal dibekukan karena per semester kita aktif melaporkan Evaluasi Program Studi Berdasar Evaluasi Disi ke Kopertis V tidak seperti beberapa kampus di Jogja menunggu nasib akan dibekukan,” imbuh Madyana.

siplah.....

oya kyaknya aku dah pernah ketemu ma bapak Akhmad Subekti kalo ngak salah pas
aku PKL di wonosari(Taman Bunga) sempet aku ngetikan brosurnya....
kalo ngak salah..... :P :P