Budayawan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun menyinyalir adanya kepentingan kapitalisme nasional dan global dibalik polemik Rancangan Undang-undang Keistimewaan DIY antara pemerintah pusat dan masyarakat Yogyakarta.
Kepentingan kapitalisme tersebut menurut Emha, terkait perebutan saham penambangan pasir besi di wilayah Kabupaten Kulonprogo. “Kalau boleh teman-teman wartawan mencari sisi lain karena itu juga hanya output ketidakadilan global. Ada juga tema-tema kapitalisme di belakang itu. Ada urusannya sama pasir besi, perebutan saham dan seterusnya,” terangnya.
Diakui Emha, polemik tentang keistimewaan DIY itu semuanya bermuara pada saham industri pasir besi tersebut. “Semuanya urusan saham. Urusan pasir besi lah, yang omzetnya sangat besar, maka tidak dibiarkan Jogja ini kaya sendiri harus ada yang tanda tangan saham dari Jakarta kan gitu dan seterusnya,” tandasnya, dikutip Republika Online.
Karena itu Emha berharap selain keistimewaan, masyarakat Yogyakarta juga bisa menunjukkan keistimewaan tersebut berupa mengetahui “hal-hal di balik layar”.
Pasir Besi Kulon Progo
Pasir besi yang ada disepanjang pesisir selatan Kulonprogo ternyata bukan hanya pasir besi biasa saja yang hanya mengandung titanium, namun juga mengandung vanadium. Di dunia ini pasir besi yang punya kandungan vanadium secara baik hanya di Meksiko dan Indonesia di Jogja. Vanadium sering digunakan untuk memproduksi logam tahan karat dan peralatan yang digunakan dalam kecepatan tinggi. Foil vanadium digunakan sebagai zat pengikat dalam melapisi titanium pada baja, seperti dalam pembuatan tank anti roket atau pembuatan pesawat ulang alik, karena punya sifat baru akan mencair jika terkena gesekan panas 2.000 derajat celcius. Dengan demikian pasir besi di pesisir selatan dapat dikatakan emas hitam, karena harganya bisa lipat seribu dibanding besi biasa.