Mengurangi Ketergantungan Pupuk Kimia Dengan Kompos Dari Daun Daunan

Pengalaman yang saya dapatkan dari berkebun pisang kepok dilahan pekarangan yang tadinya tandus dengan memakai rabuk kompos tanpa rabuk kimia dari pabrik ternyata membuat tanaman subur dan tanahnya juga kelihatan tambah gembur.Tanah dipekarangan rumah saya sebelumnya berbatu putuh yang mudah lapuk dan bila ditanamai tanaman kurang subur.Kedalaman 25 cm saja bila dicangkul sudah mendapatkan batu putih.Akhirnya tanah tersebut saya coba tanami dengan tanaman pisang Kepok dengan cara dicangkul yang dalam dan batunya dibuang kemudian kita beri sampah tanaman ,daun kering dan sebagainya, setelah itu sampah tadi saya urug dengan tanah yang ada sampai sekitar sebulan dengan disirami air limbah.Sebulan kemudian baru kita aduk dan kita tanami dengan pisang kepok .DEngan tanpa pupuk kimia dari pabrik ternyata tanamn pisang tersebut juga menjadi subur dan berbuah dengan baik walaupun tanah yang ditanami merupakan tanah tandus berbatuan.

Setiap ada daun kering yang jatuh kita kumpulkan kemudian dibenam disekitar pohon pisang tersebut dengan jarak 1 meter termasuk sampah tumbuhan yang lain.bebrapa bulan kemudian pisang berbuah dan masak ,pohon pisangnya setelah ditebang ditanam kembali di sekitarnya Alkhamdulillah tanah menjadi subur tanpa ketergantungan pupuk kimia dari pabrik.

Realita ini perlu digalakkan membuat subur tanah dengan pupuk organik ,sebab yang ada saat ini banyak daun kering dan sampah lainnya dibakar begitu saja sehingga selain menambah panas ,juga polusi asap , akan lebih baik bila ditanamn menjadi pupuk organik.

Semoga pengalaman ini ada manfaatnya.

Hikmah:"Barang siapa menyanyangi yang ada di bumi maka dia akan disayangi apa yang ada di langit"

Bravo Mas
Saya karangkobar, Salam kenal

Oh ya, saya pernah dengar dari seorang pakar tanaman pupuk organik (Bogor) katanya pupuk organik tetap dikombinasikan dengan anorganik (pabrik) namun setiap kali dosisnya diperkecil hingga nol.

Tapi ya yang demikian kan pilihan?

Salam,
Karangkobar

Terima kasih atas kunjungannya semoga menjadi saran komunikasi dan tukar pengalaman untuk menambah wawasan.Saya baru mencoba mungkin ada manfaatnya bagi pembaca yang lain.
-------------------------------------------------------------------
http://azzamudin.wordpress.com

wadiyo wrote:

"....................Kedalaman 25 cm saja bila dicangkul sudah mendapatkan batu putih.Akhirnya tanah tersebut saya coba tanami dengan tanaman pisang Kepok dengan cara dicangkul yang dalam dan batunya dibuang kemudian kita beri sampah tanaman ,daun kering dan sebagainya, setelah itu sampah tadi saya urug dengan tanah yang ada sampai sekitar sebulan dengan disirami air limbah.Sebulan kemudian baru kita aduk dan kita tanami dengan pisang kepok .DEngan tanpa pupuk kimia dari pabrik ternyata tanamn pisang tersebut juga menjadi subur dan berbuah dengan baik walaupun tanah yang ditanami merupakan tanah tandus berbatuan.
.............................."

Saya pernah baca utk buat kompos dari sampah dan atau kotoran ternak perlu waktu lk 3 bulan. Dan salah satu kerjaan "sela" ya yang telah Mas kerjakan, diaduk-aduk. Ada juga yang sebelum diaduk di tebari dulu NPK dan TSP/SP ala kadarnya. Menurut yang saya baca, hasilnya lebih baik.

Di pekarangan kami ada pohon pelem "liar" (dari biji, gak tahu asal-usulnya) yang setiap musim buahnya buaanyaaaak meski kecil. Pelem ini ga kenal pupuk. Lalu disebelahnya ada pohon lengkeng "diamond river", sengaja ditanam lk 12 th yl. Buahnya sedikit namun daunnya rimbun banget.
Biasanya kami buatkan lubang (cukup besar) yang isinya daun dari dedaunan kedua pohon ini. Sekarang ini musim hujan, aras-arasen buat lubang besar karena segera dipenuhi air dan lumpur bawaan. Sebagai gantinya tanah kami lubangi dengan "hole digger" dimana tanah bisa dilubangi dengan diameter "kecil" namun bisa dalam. Sampah dedaunan (+RT) kami jebloskan kedalamnya dan dikasih sedikit NPK-TSP. Kalau penuh, nanti di"gali" lagi didekatnya.
Kami akan perhatikan hasilnya setelah "banyak" lubang, gali-tutup.

Salam,
Karang kobar.

Terima kasih atas informasinya Insya Alloh menambah pengetahuan dan wawasan
--------------------------------------------------------------------------
http://azzamudin.wordpress.com/

Fermentasi dengan EM-4
Mas pernah-belum coba buat kompos dengan fermentasi EM-4? Dulu saya pernah "main-main" buat kompos dengan bakteri dari EM-4. Hasilnya lumayan. Namun ya itu, tetap pakai pupuk anorganik.
Sekarang sdh lama ga nyoba, kesed. Karung goni untuk alas proses lumayan mahal. Keuntungan pakai bokashi (EM-4) adalah pembuatan kompos yang super-cepat. 3X24 jam.

Kini banyak dikenal pupuk hayati yang biasanya cair. Katanya sih hasilnya bagus. Tapi ya saya belum pernah nyoba.

Oh ya, Pak Walikota Yogya sedang "bagi-bagi" drum utk buat "bokashi" fermentasi EM-4 berbahan baku sampah RT. Kel. kami yg tgl di Yogya dapat 1 drum, namun EM-4 nya belum.
Katanya yang diharapkan "final productnya" adalah pupuk cair.

Salam
Kk

Presudrnya gimana mas mungkin bisa saya informasikan ke masyarakat ,tapi saya di Gunungkidul je...

wadiyo wrote:

Presudrnya gimana mas mungkin bisa saya informasikan ke masyarakat ,tapi saya di Gunungkidul je...

Sama Mas. Saya juga ga di Kota Yogya.
Menurut kel. kami yg tinggal di Kota, dapatnya perlengkapan dari RT saat rapat. Gratis-tis. Hanya EM-4 nya belum dibagikan, kalik kelupaan. Tapi ya Kel. kami juga pelupa, disarankan cari sendiri EM-4 nya juga selalu lupa. Setahu saya (maaf, bukan promosi) biasanya yang menyediakan EM4 adalah toko2 pupuk. Kata brosurnya, EM-4 bisa juga dipakai utk menghilangkan bau "pupuk" kandang mbeeek & mboook, atau sampah.

Jadi mengenai prosedur, saya minta maaf. Ga tahu.

Mas bisa kan e-mail saya kan?

Wass.wr.wb
Kk

Note:
Kalau nanti buat kompos dg fermentasi EM-4, bahan dasarnya (salah 1) jangan pakai grajen gelugu. Pengalaman saya, ga jadi.