Di Filiphina, negara yang terletak di daerah sub tropis, badai sering terjadi dan menerjang. Memporak-porandakan siapa saja yang dengan “kerendahan hati” mempersilahkannya lewat. Dan, section ramalan cuaca di stasiun televisi lokal maupun nasional menjadi sarana “kampanye” akan kedatangannya. Persis para caleg yang tak tau juntrungannya tiba-tiba menghiasi layar televisi.
Namun yang mengherankan (bagi saya,entah anda), masyarakat malah adem ayem tanpa kepanikan menyambut kedatangan badai. Kenapa..? karena mereka menyadari bahwa badai adalah fenomena alam yang tidak dapat dicegah, paling tidak dengan teknologi masa kini….,entah esok hari….entah lusa nanti…entah…(kata bang Iwan Fals).
Badai sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Filiphina, kedua belah pihak sudah meneken perjanjian “gencatan senjata”, dalam artian masyarakat dengan “rela” menerima kehadiran badai namun disertai usaha untuk meminimalkan dampak kerugian karena polahnya “sang sahabat”, dengan membangun rumah dan bangunan-bangunan lain yang tahan badai.“mau gimana lagi Prof, mo pindah, pindah kemana..?? pindah ke sono, listrik sering mati meski taripnya tinggi,harga tanah ke-mahal-an, sembako mahal, BBM mahal, uang kontrakan naek turus kagak karuan”, ungkap seorang warga saat diwawancara. Weleh…weleh…kok mirip keluhan rakyat Indonesia ya….batin Prof, berbisik.
Seperti halnya di atas, masyarakat Jepang pun sudah berdamai dengan gempa yang datang silih beganti hampir setiap hari. Gempa malah memicu kreasi para creator bangunan (baca:arsitek) untuk merancang bangunan tahan gempa. Kreasi yang telah mereka bagi untuk masyarakat Djogja dalam rangka antisipasi agar tragedi 27 Mei 2006 tak terulang lagi.
Badai dapat juga terjadi dalam kehidupan individu maupun perusahaan, hubungan social maupun komersial (baca:bisnis). Tetangga sebelah rese’, kagak mau kerja bakti, tidak mau ikut ronda, stel musik keras-keras bikin kuping jebol. Mau diusir, rumah2nya sendiri, rekening listrik dibayar sendiri….., yo wislah “ben dosa dewe” kata Den Bagus’e Ngarso. Atau di perusahaan ada orang yang gak qualified? Ibaratnya satu jeruk busuk di antara sekeranjang jeruk. Dipecat dianya masih famili big bos. Ya udah, batasi ajah kewenangannya sehingga efek buruk keberadaannya bisa dikurangi. Meski idealnya orang seperti itu harusnya DIBUANG. Bagaimanapun perusahaan tetep harus jalan kan…? Ntar juga bosen sendiri……mengundurkan diri sendiri…..bayar pesangon sendiri…xixixi….
Sebagai penutup, Jadikan BADAI sebagai penghias hidup…….Indahnya hidup berdampingan…..meski dengan orang yang membuat perut mual mo muntah…HUekkk……Nikmati ajah….!
Sumber : Dibungkus dari RUMAH