FKOGK
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Forum Komunitas Online Gunungkidul
 
IndeksJual BeliPortal FKOGKLatest imagesPencarianPendaftaranLogin

 

 KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN

Go down 
PengirimMessage
dewalangit
Officer
dewalangit


Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta.
Reputation : 39
Join date : 20.07.08

KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Empty
PostSubyek: KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN   KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Icon_minitimeSun Jul 20, 2008 4:24 pm

kita majukan kesenian,kerajinan untuk memajukan ekonomi daerah....
Kembali Ke Atas Go down
http://www.saeahchim.co.kr/
dewalangit
Officer
dewalangit


Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta.
Reputation : 39
Join date : 20.07.08

KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Empty
PostSubyek: Re: KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN   KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Icon_minitimeSun Jul 20, 2008 5:31 pm

Gunungkidul, antara Kekeringan, Kemiskinan, dan Gantung Diri

APA yang menarik dari daerah Gunungkidul? Yang pasti ada sebuah kesenian yang memiliki nilai jual tinggi dari daerah ini yakni campursari.
Dengan musik yang merupakan gabungan antara keroncong, pop, bahkan dangdut, dan gamelan itu seolah membius masyarakat melupakan bahwa masih ada kisah getir abadi yang ada di Gunungkidul. Itulah kekeringan, kemiskinan, dan gantung diri.
Suara Ki Manthous, si raja campursari, ataupun puluhan sinden terkenal dari daerah ini memang bisa mengangkat nama Gunungkidul. Mereka bisa mewakili suara dari 752.000 penduduk yang berasal dari 114 desa dari 18 kecamatan di daerah pegunungan kapur selatan Daerah Istimewa Yogyakarta ini. Akan tetapi, kegetiran hidup itu masih saja menimpa masyarakat daerah ini setiap musim kemarau tiba.
Kekayaan yang ditabung pada musim penghujan karena panen, tiba-tiba harus rela dikeluarkan lagi untuk menyambung hidup. Untuk membeli air dan pakan ternak! Soal kekeringan itu sendiri warga Gunungkidul sudah berpengalaman puluhan tahun. Mereka telah memiliki cara untuk mensiasati bertahan hidup secara turun-menurun.
Kenapa mereka tidak pindah tempat dan tetap tinggal di daerah tandus yang setiap kemarau kesulitan air, itulah sebuah misteri tersendiri. Mereka rela membeli air ribuan rupiah untuk menyambung hidup setiap harinya.
Sepertinya, gaya hidup Wong Gunungkidul itu akhirnya seperti gaya orang kota besar yang membeli air mineral gara-gara air tanah mereka sudah tercemar limbah.
Bedanya, Wong Gunungkidul masih bisa menghirup udara bersih pedesaan. Mungkin itu salah satu kelebihannya. Dan itu pula tampaknya yang membuat angka usia harapan hidup penduduk di sini boleh dikata tertinggi di Indonesia.
”Usia harapan hidup untuk laki-laki mencapai 76 tahun dan perempuan 68 tahun,” demikian kata Subechi, Wakil Bupati Gunungkidul kepada SH, Rabu (20/3). Namun wajah Wakil Bupati ini langsung saja memancarkan kesedihan ketika ditanya soal jumlah angka bunuh diri di Gunungkidul.

Bunuh Diri
Dari data yang ada di kepolisian Gunungkidul, pada tahun 2001 silam terdapat 14 angka bunuh diri dengan cara khas: gantung diri.
Jumlah korban gantung diri sebanyak itu ternyata sudah jauh menurun dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Oleh karena itulah dengan nada lega mantan Kapolres Gunungkidul AKBP Charles Maail mengaku lega bisa ikut menekan jumlah gantung diri itu. Ia mengakhiri tugas di Gunungkidul pada awal 2002 silam.
Sebagai contoh data tahun 1997. Kala itu yang menjabat sebagai Kapolres Gunungkidul adalah Letkol Pol Drs Dewan Hevriadi. Pada tahun itu jumlah gantung diri mencapai 20 orang. Jika dirunut jumlah kasus tersebut pada tahun-tahun sebelumnya angkanya justru di atas 20 kasus!
Pada bulan September 1997 itu, misalnya, ada lima kasus bunuh diri yang umumnya pelaku sekaligus korbannya rata-rata berusia di atas 60 tahun.
Mereka itu, misalnya, Warto Semito (60) warga Ngrapak, Semin; Penyo Sentono (80), Somorejo (62) dan Mujiyango (16) warga Tepus; serta Aman Sangidu (80) penduduk Paliyan.
Mereka melakukan bunuh diri dengan alasan putus asa karena sakit menahun yang tidak kunjung sembuh, ada pula putus asa karena putus cinta seperti pada kasus Mujiyango.
Untuk menekan angka kasus gantung diri itu, pihak kepolisian pada jaman Orde Baru sudah berusaha dengan cara memberikan penyuluhan lewat pentas ketoprak Bhayangkara.
Penyuluhan dilakukan dengan memasukkan pesan itu lewat alur cerita ataupun lewat lawakan. Sementara itu pada Orde Reformasi ini, pihak Pemerintah Kabupaten Gunungkidul juga terus giat menggembleng mental warganya lewat penyuluhan dalam pengajian dan pertemuan-pertemuan di desa.
”Terus terang, kami sangat malu jika ditanya soal gantung diri itu. Kami berusaha menghilangkan cara gantung diri itu lewat khotbah-khotbah para ulama, baik di pengajian maupun acara lainnya. Hasilnya cukup baik. Kami bisa menekan sekitar 30 persen. Kasus gantung diri memang belum bisa hilang secepat yang seperti kami inginkan. Bahkan penyuluhan lewat perangkat desa pun kami lakukan terus-menerus,” ujar Wakil Bupati Subechi.
Teori bunuh diri dari data yang ada, rata-rata jumlah gantung diri di Gunungkidul itu lebih dari 15 orang setiap tahunnya.

Apakah gantung diri itu ada hubungannya dengan kesulitan hidup berupa kekeringan dan kemiskinan, banyak teori yang mendasarinya. Dan itu belum selalu benar untuk kawasan Gunungkidul.
Bagi orang sana, gantung diri yang juga dikenal dengan istilah ”kendhat” akhirnya menjadi hal yang biasa. Aib, tapi ada dan masih terus dilakukan. Jika mau menengok sedikit teori soal bunuh diri dari sosiolog Emile Durkheim (1858-1917) dalam bukunya Suicide (1887); ia menjelaskan ada empat tipe bunuh diri. Semua tipe itu berkaitan erat dengan gejala sosial masyarakat.
Pertama adalah tipe bunuh diri dikarenakan ikatan kuat dalam sebuah kelompok masyarakat. Kasus bunuh diri ini bisa dijumpai pada peristiwa bunuh diri massal sebuah aliran kepercayaan di Guyana pada tahun 1990-an.
Kedua, yang biasa terjadi di kalangan masyarakat modern. Di dalam tipe ini Durkheim mengambil contoh kasus bunuh diri di kalangan Protestan di negeri Barat lebih besar dibandingkan dengan kalangan Katholik dan Yahudi. Itu terjadi, kata Durkheim, semata-mata karena sifat hidup individual kalangan Protestan lebih tinggi daripada kalangan Katholik.
Tipe ketiga adalah anomic suicide. Bunuh diri tipe ini terjadi ketika keadaan sosial berubah drastis. Sebagai contoh adalah ketika keadaan ekonomi di masyarakat kacau- balau, keamanan tidak terjamin. Pendek kata orang ingin melepaskan diri dari kekacauan itu dengan cara bunuh diri.
Sementara tipe terakhir adalah fatalstic suicide. Durkheim memberi contoh pada kasus bunuh diri para budak. Dari empat tipe itu dapat disimpulkan, kasus bunuh diri merupakan cara pembebasan dari penderitaan yang ada di dunia ini. Tampaknya teori itu bisa juga ditarik dan dibumikan di Gunungkidul. Dari banyak kasus yang terjadi, bunuh diri di Gunungkidul selalu berawal dari kesulitan hidup. Mulai dari sakit yang tidak kunjung sembuh, sampai dengan himpitan hidup yang lainnya. Yang pasti, meskipun setiap tahun angka gantung diri di daerah tandus itu membawa korban belasan orang; tetapi tidak ditemukan adanya bunuh diri massal. Kasus bunuh diri itu ternyata juga dijadikan bahan skripsi S1 oleh Darmaningtyas, seorang mahasiswa Fakultas Filasafat UGM. Dari hasil penelitiannya, gantung diri di Gunungkidul itu lebih disebabkan faktor kesulitan ekonomi. Dan pada tahun 2002 ini kasus itu kabarnya juga masih akan diangkat dalam penulisan tesis program S2 Sosiologi UGM.

Pulung Gantung
Boleh saja para pakar ilmiah menyimpulkan bahwa gantung diri itu karena faktor kesulitan ekonomi. Akan tetapi bagi warga Gunungkidul, gantung diri itu seolah kodrat, nasib, ataupun suratan takdir yang tidak dapat dielakkan. Di sana ada istilah ”pulung gantung”. Pulung itu sendiri bisa diartikan sebagai wahyu. Seperti pada pemilihan lurah, di sana ada istilah pulung juga.
Bedanya, pulung untuk calon lurah terpilih itu berupa cahaya biru dari langit yang jatuh ke tempat calon lurah dan kemudian memang akhirnya memenangkan pemilihan lurah; sementara pulung gantung berupa cahaya bola api berwarna merah api - lebih kecil daripada bolah voli - yang jatuh ke rumah calon korban.
Orang Gunungkidul percaya penghuni rumah yang didatangi pulung gantung itu akan melakukan bunuh diri dengan cara gantung diri. ”Semasa saya kecil, kepercayaan terhadap pulung gantung itu hidup di tengah masyarakat. Saya sendiri pernah menyaksikan adanya cahaya merah dari langit dan terbang sekitar 50 meter dari atas tanah menuju salah satu rumah di kampung saya. Kami percaya, itulah pulung gantung,” ujar Amirudin warga Dusun Jlantir, Gedangrejo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul, Kamis (21/3).
Soal bunuh diri itu, Amirudin mempunyai cerita. ”Sewaktu masih kecil, saya ingat ada saudara jauh yang berkali-kali mencoba bunuh diri dengan berbagai macam cara. Pernah ia sengaja memakan benguk, buah beracun yang bisa dijadikan tempe, namun gagal karena ketahuan saudara-saudaranya. Akhirnya ia meninggal dengan gantung diri,” katanya. Akan tetapi Amirudin ternyata tidak begitu percaya kepada pulung gantung meskipun kepercayaan itu masih banyak melekat di kalangan orang-orang sedesanya. Ia tetap melihat bahwa bunuh diri itu dikarenakan karena kesulitan ekonomi.
”Jika kemudian ada yang percaya pulung gantung itu memang benar-benar ada tuahnya, itu biasanya menghinggapi orang yang sedang kosong. Yang imannya tidak kuat. Orang yang sedang kosong itu memang bermacam-macam penyebabnya. Mulai dari kesulitan ekonomi sehingga menjadi bingung tidak tahu mencari jalan keluarnya, sampai dengan sakit yang tidak sembuh sehingga bingung mengobatinya. Saya kira pulung gantung itu tidak akan memakan korban bagi orang yang sehat dan beriman kuat ,” tutur Amirudin.
Dilihat dari cara bunuh diri yang dipilih adalah gantung diri; setidaknya alasan ekonomi jauh lebih masuk akal dibandingkan dengan alasan lainnya. Gantung diri tidak membutuhkan biaya banyak; misalnya dibandingkan dengan minum cairan pembunuh hama. Gantung diri hanya menggunakan tali - sembarang tali asalkan kuat; bisa pula dengan setagen (sabuk panjang dari kain yang biasa dikenakan perempuan berkain panjang), ataupun sarung.
Gantung diri juga lebih pasti membebaskan diri dari segala masalah di dunia karena cara ini jarang ada yang mengetahuinya. Cara mati gantung diri tidak lebih dari lima menit. Itu berbeda dengan menenggak racun serangga ataupun semacam harakiri a la orang Jepang. Teori karena kesulitan ekonomi yang melandasi gantung diri bisa juga ada benarnya.
Dengan usia harapan hidup di Gunungkidul yang demikian tinggi, maka beban ekonomi juga makin berat di dalam keluarga. Ketika di usia lanjut seseorang digerogoti penyakit, sementara untuk membeli obat jelas membutuhkan biaya mahal; di samping itu masih ditambah dengan kendala medan yang berat karena di pedesaan bergunung-gunung; maka jalan pintas gantung diri merupakan pilihan terdekat yang praktis.
Jika kemudian ada kepercayaan soal pulung gantung, maka setiap peneliti pun bisa menyikapi dengan berbagai sudut pandang. Bahkan peneliti bisa juga terbengong-bengong jika selalu mendudukkan masalah pada segi ilmiah melulu. Kaum urban sadar bahwa daerah Gunungkidul tandus, tidak semua penduduknya bertahan hidup di sana untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Dari 752.000 penduduknya, sekitar 100.000 lebih memilih hidup sebagai kaum urban. Mereka menjadi buruh pembangunan di kota-kota Yogya, Solo dan sekitarnya. Mereka juga banyak yang berprofesi sebagai penjual bakmi dorong, tukang becak hingga penjual dawet di kota-kota di DIY dan Jawa Tengah. Kaum urban ini jelas meningkatkan pendapatan keluarga.


Mandi Uang
Secara periodik, sepekan atau dua pekan sekali kaum urban ini pulang ke Gunungkidul. Bahkan, jika masa panen tiba; mereka rela berlama-lama di kampungnya untuk memanen dan kemudian mengerjakan ladangnya untuk ditanami kembali. Sumarno asal Paliyan, penjual bakmi dengan gerobak dorongnya, misalnya sudah menggeluti profesi itu sejak 10 tahun silam. Merasa berpendapatan lebih besar daripada bertani di desanya, maka ia mengajak dua saudaranya berjualan bakmi itu di kota Yogya.
”Lumayan, Mas, bisa untuk tambah-tambah biaya sekolah anak-anak,” ujarnya merendah. Lain lagi kisah perantau asal Gunungkidul yang berjumlah sekitar 70.000 orang. Mereka yang bekerja di Jabotabek (50.000) dan 20.000 lainnya berada di Bandung, Jawa Timur, dan luar Jawa bisa pulang bersama pada saat Lebaran. Uang yang dibawa pemudik ini benar-benar banyak.
Pada Lebaran tahun 2001 lalu diperkirakan uang yang beredar di bank-bank di Gunungkidul seperti BRI, BCA, BNI, dan BPD mencapai Rp 25 - Rp 30 miliar. Sementara uang kiriman melalui pos wesel lewat jasa Kantor Pos mencapai Rp 3,5 miliar. Bahkan Bupati Gunungkidul Yoetikno sempat berseloroh, setiap lebaran rakyat Gunungkidul pasti ”mandi uang”. Apakah uang dari para pemudik dan urban itu bisa menekan angka kasus gantung diri; hingga kini belum ada kesimpulan yang pasti. Yang jelas kasus gantung diri terjadi merata di seluruh wilayah Gunungkidul.
Daerah yang terbanyak memiliki kasus gantung diri memang yang berada di kawasan tandus pantai selatan seperti Tepus. Sementara itu jika ditilik dari sudut pertanian, Wong Gunungkidul seharusnya tidak pernah mengalami paceklik di musim kemarau. ”Sebab produksi padi sawah sekarang mencapai 45.000 ton dan padi gaga mencapai 120.000 ton,” ujar Kepala Dinas Pertanian Gunungkidul, Ir Adi Warsito. \
Luas lahan padi sawah di Gunungkidul 5.000 - 8.000 hektare, sementara pagi gaga seluas 35.000 - 40.000 hektare, sedangkan untuk palawija berkisar antara 45.000 - 50.000 hektare. Oleh karena itu jika untuk jatah makan sehari-hari saja sebenarnya Gunungkidul sudah surplus beras. Masalah baru akan muncul jika hasil panen ternyata juga untuk biaya sekolah dan pada musim kemarau untuk membeli air dan pakan ternak.
Di sektor pengairan, Gunungkidul memiliki 234 telaga penampung air hujan dengan luas genangan sekitar 4.986 hektare itu. Akan tetapi pada musim kemarau, telaga yang tersisa tidak lebih dari 37 buah, itu pun airnya sudah susut sangat jauh. Sisanya, telaga itu mengering. Bahkan ada beberapa desa yang hanya menikmati musim hujan itu hanya dalam waktu tiga bulan, sisanya adalah kemarau dan kemarau.
Oleh karena itu bisa dimengerti bila akhirnya hasil panen itu kembali habis untuk menyambung hidup. Tidak ada yang tersisa selain berupa bekas kubangan lumpur yang mengering dan keras. Oleh karena itu jangan dibandingkan hidup di Gunungkidul dengan hidup gaya orang kota Yogyakarta. Jika di musim kemarau orang Kota Yogya masih bisa mencuci mobil dengan satu tong air bersih yang berisi 50 liter, maka air itu bisa untuk hidup satu minggu bagi sekeluarga di Gunungkidul.
Maka dari itu, bagi para petinggi di Gunungkidul yang benar-benar mencintai rakyatnya, masalah klasik yang harus dihadapi mereka adalah menghadapi kemarau panjang yang jelas berhadapan dengan penyediaan air bersih, kemudian usaha memerangi kemiskinan, serta yang paling akhir adalah menekan jumlah kasus gantung diri.
Bila menyimak istilah mandi uang pada masa Lebaran, tampaknya keadaan itu hanya dinikmati oleh sebagian warga Gunungkidul. Apalagi jika melihat kasus gantung diri dikaitkan dengan keterbatasan kamampuan ekonomi. Jadi, kemiskinan memang masih akrab di Gunungkidul jika indikator dilihat dari kasus gantung diri. Dan tentu saja kemiskinan itu terlihat nyata jika indikatornya ditambah dengan masih banyaknya kaum urban dan perantau. (SH/su herdjoko)
Kembali Ke Atas Go down
http://www.saeahchim.co.kr/
dewalangit
Officer
dewalangit


Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta.
Reputation : 39
Join date : 20.07.08

KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Empty
PostSubyek: Re: KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN   KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Icon_minitimeSun Jul 20, 2008 5:39 pm

Lintas Handayani

21/05/2008 05:27:39 5 SMK Gunungkidul Ikut Expo WONOSARI: Lima SMK dari Gunungkidul, masing-masing SMKN 1 dan SMKN 2 Wonosari, SMKN 1 Tanjungsari, SMK Muh 1 Playen, SMK Pembangunan Karangmaja, menyemarakkan Expo Kebangkitan Teknologi Nusantara 2008 di BLPT Yogyakarta Jalan Kyai Mojo, 17-20 Mei. Menurut Drs Sangkin Kepala Sekolah SMKN 1 Wonosari didampingi Drs Hardiyanto, kegiatan terselenggara berkat kerja sama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Gunungkidul. Dalam pameran Expo Kebangkitan Teknologi Nusantara 2008 stand dari Gunungkidul mendapat perhatian pengunjung. (Tds)-z UASBN SD Selesai Lancar WONOSARI: Ujian Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Sekolah Dasar (SD) di Gunungkidul sudah selesai dan berjalan lancar. Baik, kelengkapan soal dan pelaksanaan tidak ada hambatan, kata Kabag TU Dinas Pendidikan Gunungkidul Drs Eko Sumar Sri Wibowo kepada KR Kamis (15/5). Dari pantauan lapangan agaknya para siswa tidak banyak menghadapi kesulitan. Pada hari kedua, mata pelajaran matematika, peserta mengaku tidak banyak kesulitan. Awalnya memang berdebar, tetapi ternyata tidak sesulit yang dibayangkan. Mudah-mudahan semua peserta lulus," tambah Tiara seorang siswa di Karangmojo. (Ewi)-z Gebyar Karang Taruna Getas WONOSARI: Dalam rangka menyongsong Seratus Tahun Kebangkitan Nasional, Keluarga Besar Karang Taruna Herjuno, Desa Getas Kecamatan Playen, menggelar Gebyar Pemuda Bersatu Karang Taruna, ditandai berbagai kegiatan Minggu (18/5). Selain diisi mujahadah dan pengajian akbar oleh KH Drs Yusup MPdI dan Drs Arief Gunadi MPdI juga diisi dengan lomba kreativitas anak dibuka Kepala UPT Dinas Pendidikan Playen H Mursidi SPd. Sementara di hari yang sama juga dilangsungkan jalan sehat dibuka Camat Drs Widakdo MSi. Menurut keterangan Ketua Panitia Sarpan SPdI kepada KR, dalam lomba jalan sehat memperebutkan empat buah hadiah masing-masing pesawat televisi, seekor kambing, sepeda dan VCD payer. (Bmp)-z Lingkungan Xaverius Ziarah WONOSARI: Umat Katolik Lingkungan Xaverius Siyono, Paroki Bandung Minggu (18/5) mengadakan ziarah ke Goa Lourdes Puhsarang Kediri, Jawa Timur. Ziarah dalam rangka Bulan Suci Maria ini diawali dengan doa rosario di depan patung Bunda Maria dilanjutkan dengan doa jalan salib di puncak Golgota yang letaknys satu kompleks dengan Goa Lourdes Puhsarang. Ziarah diikuti 25 orang dipimpin P Sukirjo. (Awa)-z Sosialisasi Kebijakan di Ponjong PONJONG: Kantor Informasi dan Komunikasi (Inkom) Gunungkidul melakukan sosialisasi kebijakan pemerintah di Kecamatan Ponjong beberapa hari lalu. Tim yang dipimpin Kepala Kantor Inkom CB Supriyanto SIP ini menyampaikan beberapa kebijakan pemerintah kepada jajaran kepala desa, pamong, tokoh masyarakat, pemerintah kecamatan. Hadir dan menyampaikan informasi jajaran dinas/instansi terkait. Termasuk di antaranya drh Krishna Berlian dari Dinas Peternakan Gunungkidul menyampaikan beberapa informasi pengembangan peternakan dan kendalanya. Salah satu hambatan pengembangan populasi ternak di Gunungkidul, karena lambatnya adopsi teknologi di kalangan peternak. (Ewi/Mdk)-z Panen Kedelai 90 Persen WONOSARI: Meski belum terkumpul data lengkap, tetapi secara global tingkat keberhasilan panen kedelai mencapai 90 persen. Hal yang sama juga terjadi pada panen kacang. Sedang yang 10 persen karena penanamannya terlambat. Hanya untuk kacang cara memanen memang ada kendala, karena tanah sudah telanjur kering, kata Kabid Produksi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Gunungkidul Supriyadi STP kepada KR Kamis (15/5). Sementara harga kacang dan kedelai juga cukup bagus. Bahkan paling murah kacang gelondongan mencapai Rp 4 ribu satu kilo. Yang bagus dapat sampai Rp 7 ribu. "Harga palawija ini sangat menguntungkan petani," tambahnya. (Ewi)-z Lomba Perpustakaan di Gunungkidul WONOSARI: Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Gunungkidul, menyelenggarakan Lomba Perpustakaan untuk SD hingga SMA/SMK. Lomba dimulai Senin (26/5). Hal tersebut dikatakan Sugiyanto SIP MM Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Gunungkidul, Senin (19/5) di ruang pertemuan Perpustakaan. Selain lomba Perpustakaan Sekolah, juga diselenggarakan Lomba Bercerita untuk siswa SD yang digelar 29 dan 31 Mei di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Wonosari. Lomba ini sekaligus untuk memilih duta di tingkat Propinsi. (Tds)-z
Kembali Ke Atas Go down
http://www.saeahchim.co.kr/
Sponsored content





KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Empty
PostSubyek: Re: KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN   KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN Icon_minitime

Kembali Ke Atas Go down
 
KESENIAN UNTUK PEREKONOMIAN
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Kesenian Reog Biworo Loka
» latihan mbudayak'e kesenian
» Pentas Kesenian Lebaran
» kesenian reog dan jathilan
» KESENIAN KETROPRAK WERDHO BUDOYO

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FKOGK :: ALL ABOUT GUNUNGKIDUL :: Kesenian Daerah-
Navigasi: