Forum Komunitas Online Gunungkidul |
| | (Share) Pendidikan | |
|
+7gimbik dwikoe cah sokoliman japrax dewalangit madi Wonosingo Ngali Kidul 11 posters | |
Pengirim | Message |
---|
Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: (Share) Pendidikan Wed Jul 16, 2008 1:54 pm | |
| Bagi yang berkenan mari kita bahas tentang dunia pendidikan, entak itu untuk anak atau untuk diri kita sendiri. Yang mana posting ini bisa buat tanya jawab dan pembahasan yg layak.....
Masalah pendidikan bagi anak-anak tentunya selalu mendapat perhatian yang banyak bagi para orang tua, atau setidaknya para orang tua yang bertanggung jawab. Tentu setiap orang tua normalnya menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, bahkan banyak yang rela banting tulang peras keringat agar keturunannya dapat bersekolah dengan layak (karena di negeri ini, pendidikan yang layak memang ekivalen dengan biaya besar).
Dan untuk pendidikan yang berkualitas itu seperti apa??? Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan khususnya di Indonesia yaitu: * Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik. * Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Terus untuk persiapan sebelum ke bangku sekolah ada yang menawarkan berbagai invest.... Lihat http://www.perencanakeuangan.com/files/InvestasiPendidikanAnak.html.
Yang mau bergabung dan punya pengalamn mari share... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Jul 17, 2008 1:53 pm | |
| KEtika seorang anak memulai kehidupan mereka dengan mengenali hal-hal di sekitar mereka, seperti ibu, ayah, dan kerabat lainnya kemudian benda-benda lain yang tidak terhitung banyaknya. Mereka kemudian belajar membedakan benda-benda tersebut dan mencoba meniru suara atau tindakan, seperti berjalan. Pada tahap ini seorang anak belajar merangkak, berjalan dengan kedua tangan, merambat, dan akhirnya berjalan dengan kedua kaki dengan tegap. Ia kemudian siap memotong kue di ulang tahun pertama.
Tahap berikutnya adalah waktu-waktu dimana para orang tua harus benar-benar memperhatikan pertumbuhan anaknya. Pada masa ini seluruh anggota keluarga harus berhati-hati dalam bersikap dan berkata-kata. Karena seorang anak akan meniru setiap tindakan, ucapan, bahasa tubuh yang dilihatnya dari orang dewasa disekitarnya. Sekolah bagi seorang anak sesungguhnya dimulai di rumah. Tugas penting yang diemban orang tua selanjutnya adalah ''memilih sekolah''. Terkadang kita sebagai orang tua,khususnya par ayah, terlalu sibuk dengan urusan mencari nafkah, sehingga saat kita diharusnya memilih sekolah yang tepat bagi anak kita, kita lupa untuk memahami apa sebenarnya potensi yang dimiliki oleh anak. Kegemaran anak ataupun bakat yang mereka miliki seharusnya menjadi dasar bagi orang tua untuk memilih sekolah yang tepat. Orang tua seharusnya menyempatkan diri untuk mencari informasi (melalui internet) dan berkonsultasi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman sebelum memutuskan sekolah apa untuk anak-anak kita.
Pilihan yang terburu-buru akan menimbulkan permasalahan yang pelik. Anak akan terganggu jika ditengah-tengah proses belajarnya ia harus berpindah-pindah sekolah. Ia harus beradaptasi kembali dengan lingkungan, metode mengajar, dan teman-teman yang baru. Kita harus memilih dengan tepat sekolah apa untuk anak-anak kita setidaknya sampai ke jenjang Sekolah Menengah Atas. Hal ini menjadi poin penting pertama dalam memilih sekolah.Hal penting kedua adalah fasilitas dan biaya pendidikan yang disediakan sekolah. Penting bagi kita untuk mencari informasi yang jelas tentang biaya pendidikan yang harus dibayar dan fasilitas apa saja yang disediakan oleh sekolah.
Disarankan untuk bertanya kepada mereka yang sudah terlebih dahulu menyekolahkan anaknya disekolah tersebut sehingga orang tua dapat memiliki gambaran apakah sekolah tersebut benar-benar cocok.Hal penting lainnya adalah jarak. Anak tidak boleh terlalu lelah saat pulang sekolah sehingga ia masih waktu untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarga. Terakhir yang sama pentingnya adalah kualitas pendidikan. Saat syarat-syarat diatas sudah terpenuhi kita lupa mempertimbangkan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh sekolah. Masalah akan timbul dalam proses belajar ank jika sekolah yang kita pilih tidak memiliki kualitas pendidikan yang baik. Kita harus mengetahui metode apa yang digunakan oleh sekolah (apakah seperti Montessori yang menerapkan pembelajaran tanpa tekanan dan dalam suasana bermain atau metode lain). Kita juga harus melihat apakah pendidikan tersebut diselenggarakan oleh swasta atau pemerintah. Jika kita tidak memperhatikan hal ini, yakinlah kita akan menghadapi masalah dikemudian hari yang membuat anak kita harus pindah sekolah. Hal ini akan mengganggu perkembangan anak. Kita juga harus memperhatikan apakah sekolah menyediakan lapangan bermain atau olahraga bagi anak. Anak harus memiliki ruang untuk bermain dan mengadakan latihan fisik. Olahraga seperti berenang, sepak bola, basket, dsb, dan juga olahraga dalam ruangan seperti catur atau badminton juga baik untuk perkembangan anak.Kantin juga merupakan hal yang penting bagi sebuah sekolah. Tempat ini merupakah wadah untuk mengajarkan tata cara makan dan mengembangkan kesadaran anak untuk menerapkan pola hidup sehat. Anak-anak harus dihindarkan dari mengkonsumsi makanan cepat saji. Jika sekolah tidak memperhatikan kebersihan kantin, tempat ini akan memberikan kesempatan bagi bakteri untuk masuk ke dalam makanan anak-anak. Pihak sekolah damerintah yang menyelenggarakan pendidikan harus benar-benar memperhatikan hal ini.Saya ingin mengakhiri artikel ini dengan mengatakan bahwa setiap orang tua (ibu dan ayah) harus bisa membagi waktu dengan baik antara bekerja menafkahi keluarga dan memikirkan sekolah yang tepat bagi anak-anak sehingga mereka dapat tumbuh menjadi warga negara yang baik dan memiliki masa depan cerah. Jika ini telah berhasil dilakukan, anda akan memiliki kedamaian pikiran karena memberikan yang terbaik bagi anak-anak anda. | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Fri Aug 29, 2008 5:50 pm | |
| 5 Konsep Penting Motivasi Belajar
Pertama Motivasi belajar adalah proses internal yang mengaktifkan, memandu dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu. Individu termotivasi karena berbagai alasan yang berbeda, dengan intensitas yang berbeda. Sebagai misal, seorang siswa dapat tinggi motivasinya untuk menghadapi tes ilmu sosial dengantujuan mendapatkan nilai tinggi (motivasi ekstrinsik) dan tinggi motivasinya menghadapi tes matematika karena tertarik dengan mata pelajaran tersebut (motivasi intrinsik).
Kedua Motivasi belajar bergantung pada teori yang menjelaskannya, dapat merupakan suatu konsekuensi dari penguatan (reinforcement), suatu ukurankebutuhan manusia, suatu hasil dari disonan atau ketidakcocokan, suatu atribusi dari keberhasilan atau kegagalan, atau suatu harapan dari peluang keberhasilan. Ketiga Motivasi belajar dapat ditingkatkan dengan penekanan tujuan-tujuan belajar dan pemberdayaan atribusi. Keempat Motivasi belajar dapat meningkat apabila guru membangkitkan minat siswa, memelihara rasa ingin tahu mereka, menggunakan berbagai macam strategi pengajaran, menyatakan harapan dengan jelas, dan memberikan umpan balik (feed back) dengan sering dan segera. Kelima Motivasi belajar dapat meningkat pada diri siswaapabila guru memberikan ganjaran yang memiliki kontingen, spesifik, dan dapat dipercaya. Keenam Motivasi berprestasi dapat didefinisikan sebagai kecendrungan umum untuk mengupayakankeberhasilan dan memilih kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada keberhasilan/kegagalan. Siswa dapat termotivasi dengan orientasi ke arah tujuan-tujuan penampilan. Mereka mengambil mata pelajaran-mata pelajaran yang menantang. Siswa yang berjuang demi tujuan-tujuan penampilan berusaha untuk mendapatkan penilaian positip terhadap kompetensi mereka. Mereka berusaha untuk mendapat nilai baik dengan cara menghindar dari mata pelajaran yang sulit. Guru dapat membantu siswa dengan mengkomunikasikan bahwa keberhasilan itu mungkin dicapai. Guru dapat menunggu siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan dan sejauh mungkin menghindari pembedaan prestasi di antara para siswa yang tidak perlu. Kata kunci : Motivasi belajar, minat siswa, guru, motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik.
Terakhir diubah oleh madi tanggal Wed Jan 14, 2009 3:36 am, total 2 kali diubah | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Fri Aug 29, 2008 5:55 pm | |
| PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai faktor yang mempengaruhi dan menunjang keberlangsunganya. Bagi lembaga pendidikan, setelah menentukan program-progam dan kurikulum pendidikan, haruslah mempunyai prinsip dalam menentukan arah tekhnis pelaksanaan cita-cita dari progam dan kurikulum yang telah dicanangkan. Salah satu penunjang utamanya adalah, adanya motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruk dengan baik
Sebelum membahas tentang pengertian dan pembahasan motivasi belajar, kiranya kita perlu membahas terlebih dahulu tentang peninjauan sudut pandang motivasi itu sendiri. Ada dua macam tinjauan tentang motivasi. pertama motivasi dipandang sebagai suatu proses ilmu pengetahuan, dengan ini seorang guru bisa melakukan prediksi terhadap tingkah laku peserta didik, serta dapat diaplikasikan terhadap orang lain. Kedua, sebagai penentu karakteristik seseorang yang bisa menjelaskan karakteristik lainnya.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Urgensimya
Dalam kehidupan sehari-hari kita dapat mengambil sebuah contoh ; seorang petani yang mencangkul di sawahnya dari pagi sampai petang tanpa henti. Jika kita perhatikan si petani itu, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita, Mengapa si petani melakukan atau bekerja seperti itu? Atau dengan kata lain, Apakah yang mendorong si petani berbuat seperti itu? Atau Apakah motif si petani itu? [/url] Dari ilustrasi di atas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan motif adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Atau Motif adalah suatu pernyataaan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku/perbuatan ke suatu tujuan atau perangsang.
Pada umumnya suatu motivasi atau dorongan adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan, dan perangsang (incentive). Tujuan adalah yang menentukan dan membatasi tingkah laku organisme itu.
Sedangkan urgensi daripada motivasi adalah sebagai pendorong, pengerak, dan sebagai suatu pengarah terhadap tujuan. Dengan adanya motivasi, segala bentuk kesimpangsiuran dalam menjalankan suatu aktifitas akan bisa terminimalisir. [url=http://kangsaviking.wordpress.com/motivasi-belajar/#_ftn3]
Jenis Dan Sifat Motivasi
Para ahli psikologi berusaha menggolong-golongkan motif-motif yang ada dalam diri manusia atau suatu organisme, ke dalam beberapa golongan menurut pendapatnya masing-masing. Woodworth menggolongkan dan membagi motif-motif tersebut menjadi tiga jenis :
1. Kebutuhan-kebutuhan organis (Organic Motive)
Motif ini berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan bagian dalam tubuh (kebutuhan-kebutuhan organis), seperti : lapar/haus, kebutuhan bergerak dan beristirahat/tidur, dan sebagainya.
2. Motif-motif darurat (Emergency Motive)
Motif ini timbul jika situasi menuntut timbulnya tindakan yang cepat dan kuat karena perangsang dari luar yang menarik manusia atau suatu organisme. Contoh motif ini antara lain : melarikan diri dari bahaya, berkelahi dan sebagainya.
3. Motif-motif obyektif (Objective Motive)
Motif obyektif adalah motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya dorongan dari dalam diri kita (kita menyadarinya). Contoh : motif menyelidiki, menggunakan lingkungan.
Selain pengklasifikasian di atas, Burton menggolongkan/membagi motif-motif tersebut menjadi dua, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.
1. Motif Intrinsik
Motif intrinsik adalah motif yang timbul dari dalam seseorang untuk berbuat sesuatu atau sesuatu yang mendorong bertindak sebagaimana nilai-nilai yang terkandung di dalam obyeknya itu sendiri.
Motivasi intrinsik merupakan pendorong bagi aktivitas dalam pengajaran dan dalam pemecahan soal. Keinginan untuk menambah pengetahuan dan wawasan, keinginan untuk memahami sesuatu hal, merupakan faktor intrinsik yang ada pada semua orang .
2. Motif Ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah motif yang timbul dari luar/lingkungan. Motivasi ekstrinsik dalam belajar antara lain berupa penghargaan, pujian, hukuman, celaan atau ingin meniru tingkah laku seseorang.
Prinsip Motivasi Belajar
Belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang mantab serta diakibatkan oleh pengalaman. Belajar adalah suatu hal yang membedakan antara manusia dan binatang. Ada banyak perilaku perubahan pengalaman, serta dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar. Para ahli pendidikan dan psikolog sependapat bahwa motivasi amat penting untuk keberhasilan belajar.
Pembahasan motivasi belajar tidak bisa terlepas dari masalah-masalah psikologi dan fisiologi, karena keduanya ada saling keterkaitan. Yang perlu di pahami dalam Prinsip-prinsip motivasi belajar adalah sebagai berikut:
Memuji lebih baik daripada mencela. [/url] Perlu diketahui bahwa manusia cenderung akan mengulangi perbuatan yang mendapat pujian atau apresiasi dari pihak lain
Memenuhi kebutuhan psikologi
Motivasi intrinsik lebih efektif daripada ekstrinsik
Keserasian antara motivasi
Mampu manjelaskan tujuan pembelajaran
Menumbuhkan perilaku yang lebih baik
Mampu mempengaruhi lingkungan
Bisa diaplikasikan dalam wujud yang nyata.
Dalam proses pembelajaran, meningkatkan motivasi belajar melibatkan pihak-pihak sebagai berikut.
1. Siswa Siswa bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri untuk meningkatkan motivasi belajar pada dirinya agar memperoleh hasil belajar yang memuaskan. Motivasi berupa tekad yang kuat dari dalam diri siswa untuk sukses secara akademis, akan membuat proses belajar semakin giat dan penuh semangat.
2. Guru Guru bertanggungjawab memperkuat motivasi belajar siswa lewat penyajian bahan pelajaran, sanksi-sanksi dan hubungan pribadi dengan siswanya. Dalam hal ini guru dapat melakukan apa yang disebut dengan menggiatkan anak dalam belajar.[url=http://kangsaviking.wordpress.com/motivasi-belajar/#_ftn8] Usaha-usaha yang digunakan dalam mengiatkan adalah : a. Mengemukakan pertanyaan b. Memberi ganjaran c. Memberi hadiah d. Memberi hukuman/sanksi
Kreativitas serta aktivitas guru harus mampu menjadi inspirasi bagi para siswanya. Sehingga siswa akan lebih terpacu motivasinya untuk belajar, berkarya, dan berkreasi.
3. Orang tua atau keluarga dan lingkungan Tugas memotivasi belajar bukan hanya tanggungjawab guru semata, tetapi orang tua juga berkewajiban memotivasi anak untuk lebih giat belajar. Selain itu motivasi sosial dapat timbul dari orang-orang lain di sekitar siswa, seperti dari tetangga, sanak saudara, atau teman bermain.
Fungsi keluarga adalah sebagai motivasi utama bagi peserta didik, karena memiliki intensitas yang lebih tingi untuk menanamkan motif-motif tertentu bagi proses pembelajaran anak.
Hal paling mendasar yang digunakan sebagai motivasi dasar dalam islam adalah, pentingnya menanamkan unsur-unsur ideologi dalam proses pembelajaran, sehingga dalam proses perjalanan pembelajaran siswa tidak mengalami kegoncangan jiwa yang bisa menghambat hasil dari pendidikan itu sendiri.
problematika motivasi siswa dalam belajar Pemimpin adalah seorang yang mampu mempengaruhi orang lain, dengan beberapa persyaratan, antara lain, memiliki intelektualitas yang tingi, mampu melakukan hubungan sosial yang baik, kematangan emosional, fisik yang baik, imajiner dan mau berkerja keras. Akan tetapi dalam kenyataan di lembaga pendidikan kita jarang dijumpai seorang guru yang memiliki kriteria di atas.
Ada beberapa persyaratan yang harus dimaksimalkan dalam memecahkan problematika tersebut, karena dalam kenyataanya manusia selalu mengharapkan adanya nasehat dan petunjuk dari orang lain sebagai bentuk kebutuhan primer dari fitrah manusia itu sendiri. Diantara problematika yang perlu di antisipasi dalam lembaga pendidikan kita adalah: [/url] 1. kurangnya Memadukan motif-motif kuat yang sudah ada Misalnya motif untuk menjadi sarjana tidak dipadukan dengan motif untuk menonjolkan diri yang kebetulan ada pada diri siswa agar berhasil dalam belajar.
2. tidak adanya kejelasan tujuan yang hendak dicapai Semakin jelas tujuan belajar semakin kuat motif untuk mencapainya, setidak-tidaknya semakin efektif berbuat. Oleh karena itu sangat ideal apabila guru merumuskan dengan jelas tujuan belajar.
3. tidak adanya rumusan tujuan sementara Suatu kegiatan yang mempunyai tujuan yang jauh dapat dipenggal-penggal hingga didapat tujuan sementara atau tujuan jangka pendek.
4. kurangnya Merangsang pencapaian kegiatan Semakin dekat tujuan, semakin kuat motif untuk mencapainya. “Kedekatan tujuan” dapat dilakukan dengan membuat tujuan sementara, sebab mencapai tujuan sementara menyadarkan siswa dalam usaha mencapainya.
5. tidak adanya situasi persaingan Pada umumnya dalam diri setiap individu ada usaha untuk menonjolkan diri atau ingin dihargai. Kecenderungan ini dapat disalurkan dalam persaingan sehat di mana guru menciptakan suasana setiap siswa giat berusaha.
6. kurangnya menumbuhkan Persaingan dengan diri sendiri. Siswa diberi tugas yang berbeda sehingga siswa itu sendiri yang akan melihat tugas mana yang paling baik hasilnya. Dengan demikian dia dapat mempergunakan upaya yang digunakan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang paling baik hasilnya.
7. kurang maksimalnya laporan hasil yang dicapai Apabila telah selesai pekerjaan siswa maka beritahukan hasilnya sehingga dia semakin giat mencapainya lagi dengan lebih baik. Inilah keuntungan yang utama bila hasil pekerjaan diberitahukan pada setiap orang.
8. tidak adanya contoh yang positif dari pendidik Guru yang mengharapkan sesuatu dari siswanya harus juga memperlihatkan yang dimintainya itu terpancang dalam diri guru. Dengan demikian siswa menilai guru tersebut bekerja baik. Hal ini menimbulkan kegairahan belajar dalam diri siswa. Lebih jelasnya, seorang guru harus mempunyai strategi pendekatan yang mampu mempengaruhi siswa dalam belajar.[url=http://kangsaviking.wordpress.com/motivasi-belajar/#_ftn14]
SIMPULAN Lembaga pendidikan, sebagai wadah tempat berkumpulnya agen-agen perubahan sosial dan segala perangkatnya, haruslah memiliki prinsip kebersamaan atau kerjasama yang baik antar lembaga dan anggota serta orang-orang yang berkepentingan di dalamnya, tanpa kerjasama yang baik, semua cita-cita yang menjadi tujuan berdirinya lembaga pendidikan ibarat asap yang terlihat tebal akan tetapi mudah sirna dengan sendirinya. Pemerintah melalui Undang-undang Sisdiknasnya yang menitikberatkan cita-cita luhur pendidikan haruslah menjadi motivator pada pembentukan pribadi yang memiliki kecerdasan akal dan spiritual, dengan menjunjung tinggi prinsip kemanusiaan dan kerjasama yang baik dengan elemen-elemen pendidikan itu sendiri.
Di negara tercinta kita saat ini, Rasa kemanusiaan menjadi satu-satunya kebutuhan utama yang diharapkan mayoritas masyarakat, karena hak mendapat pendidikan yang layak adalah hak dari semua warga negara. Pemerintah kiranya perlu melakukan evaluasi ulang terhadap tumbuhnya lembaga-lembaga pendidikan yang terkesan ekslusif dan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang yang kaya saja, Sebagai bentuk rasa tanggung jawab dan kemanusiaan bagi seluruh warga. Wallohu a’lam bi as-showab
sumber ripun saking mriki, Hamalik, Umar2005 kurikulum dan pembelajaran, PT bumi aksara.jakarta cet 4 ____________2005perencanaan pengajaran berdasar pendekatan sistem. PT bumi aksara.jakarta cet 3 Uhbiyah.Nur 1997. ilmu pendidikan islam. Pustaka setia. cet 2. Bandung. Syalba.Ahmad 1994. at-tarbiyah wa at-ta’lim. Juz 5. maktabah nahdhoh misriyah.cet 10. Kairo. Fatah Nanang,2004,landasan manajemen pendidikan.PT remaja rosdakarya bandung. A. supratika.2006. mengugat sekolah. Universitas samanta dharma. an-Naqib Abdurahman.1994.at-tarbiyah islamiyah al-mu’ashiroh. Daar al-fikr ‘arodhi.cet Kairo. Ismail,Said 1992, al-ushul al-islami li at-tarbiyah, daar al-fikr al-‘aroby. Kairo. Muhib bin syah.2005.psiko pendidikan.PT remaja rosdakarya. Bandung | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sat Aug 30, 2008 8:53 am | |
| LANDASAN PENDIDIKAN
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 butir 6 yang mengemukakan bahwa konselor adalah pendidik, pasal 3 bahwa pendidik nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik, dan Pasal 4 ayat (4) bahwa pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, dan Pasal 12 ayat (1b) yang menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 5 s.d Pasal 18 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. 3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yang memuat pengembangan diri peserta didik dalam struktur kurikulum setiap satuan pendidikan difasilitasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan. 4. Dasar Standarisasi Profesi Konseling yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Tahun 2004 untuk memberi arah pengembangan profesi konseling di sekolah dan di luar sekolah.
B. PENGERTIAN
Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah/madrasah. Kegiatan pengembangandiri merupakan upaya pembentukan watak dan kepribadian peserta didik yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling berkenaan dengan masalah pribadi dan kehidupan social, kegiatan belajar, dan mengembangan karier, serta kegiatan ekstra kurikuler. Disamping itu, untuk satuan pendidikan khusus, pelayanan konseling menekannkan peningkatan kecakapan hidup sesuai dengan kebutuhan khusus peserta didik.
Kegiatan pengembangan diri berupa pelayanan konseling difasilitasi/dilaksanakan oleh konselor, dan kegiatan ekstra kurikuler dapat dibina oleh konselor,guru dan atau tenaga kependidikan lain sesuai dengan kemampuandan kewenangannya. Pengembangan diri dilakukan dalam bentuk kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstra kurikuler dapat mengembangkan kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Pengambangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik, dengan memperhatikan kondisi sekolah/madrasah.
2. Tujuan Khusus Pengambangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: a. Bakat b. Minat c. Kretivitas d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan e. Kemampuan kehidupan keagamaan f. Kemampuan social g. Kemampuan belajar h. Wawasan dan perencanaan karir i. Kemampuan pemecahan masalah j. Kemandirian
D. RUANG LINGKUP
Pengembangan diri meliputi kegiatan terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah/madrasah yang diikuti oleh semua peserta didik.
Kegiatan terprogram terdiri atas dua ( 2 ) komponen: 1. Pelayanan konseling,meliputi pengembangan: a. kehidupan pribadi b. kemampuan social c. kempuan belajar d. wawasan dan perencanaan karir 2. Ekstra kurikuler, meliputi a. marching band b. pramuka c. pencak silat d. kesenian; melukis dan angklung e. oleh raga futsal dan volley
E. BENTUK-BENTUK PELAKSANAAN
1. Kegiatan pengembangan diri sacara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau klasikal melalui penyelenggaraan: a. layanan dan kegiatan pendukung konseling b. kegiatan ekstra kurikuler
2. Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan sebagai berikut: a. Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti; upacara bendera, senam, ibadah, khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan. b. Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti; pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran). c. Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti; berpakaian rapi, berbahasa yang baik,rajin membaca, rajin beribadah, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, dating tepat waktu. [code] | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sat Aug 30, 2008 12:37 pm | |
| MENGGAPAI PRESTASI BELAJAR DENGAN DENGAN MELAKUKAN BIRUL WALIDAIN
1. Berbuat baik kepada orang tua merupakan salah satu syarat untuk memudahkan kitauntuk meraih prestasi dalam belajar! mengapa ? karena segala sesuatu itu tergantung Tuhanmu, dan Tuhanmu sangat menyukai anak yang menghormati dan memuliakan orang tua? lihatlah Nabimu dan Rosulmu dan sahabat nya bersikap kepada orang tua nya????????????????????
Faktor keberhasilan belajar di antaranya : Menurut salah seorang ahli yang tidak mau disebut namanya bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi keberhasilan dalam belajar adalah 80 % karna kemauan dari dalam diri anak itu sendiri ,yaitu : 1. Kemauan untuk berusaha belajar dengan giat dan tekun 2. Kemauan untuk berdo`a | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sat Aug 30, 2008 12:50 pm | |
| menurut fersi islam ada beberapa akhlak /adap
AKHLAK BAGI PENUNTUT ILMU. ADAB MENUNTUT ILMU
segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu terlimpah kepada Rasulullah, amma ba'du. Para pembaca yang budiman, menuntut ilmu agama adalah sebuah tugas yang sangat mulia. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka Allah akan pahamkan dia dalam hal agamanya." (HR. Bukhari) Oleh sebab itu sudah semestinya kita berupaya sebaik-baiknya dalam menimba ilmu yang mulia ini. Nah, untuk bisa meraih apa yang kita idam-idamkan ini tentunya ada adab-adab yang harus diperhatikan agar ilmu yang kita peroleh membuahkan barakah, menebarkan rahmah dan bukannya malah menebarkan fitnah atau justru menyulut api hizbiyah. Wallaahul musta'aan.
Adab Pertama
Mengikhlaskan niat untuk Allah 'azza wa jalla Yaitu dengan menujukan aktivitas menuntut ilmu yang dilakukannya untuk mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat, sebab Allah telah mendorong dan memotivasi untuk itu. Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Maka ketahuilah, sesungguhnya tidak ada sesembahan yang hak selain Allah dan minta ampunlah atas dosa-dosamu." (QS. Muhammad: 19). Pujian terhadap para ulama di dalam al-Qur'an juga sudah sangat ma'ruf. Apabila Allah memuji atau memerintahkan sesuatu maka sesuatu itu bernilai ibadah. Oleh sebab itu maka kita harus mengikhlaskan diri dalam menuntut ilmu hanya untuk Allah, yaitu dengan meniatkan dalam menuntut ilmu dalam rangka mengharapkan wajah Allah 'azza wa jalla. Apabila dalam menuntut ilmu seseorang mengharapkan untuk memperoleh persaksian/gelar demi mencari kedudukan dunia atau jabatan maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya hanya ditujukan untuk mencari wajah Allah 'azza wa jalla tetapi dia justru berniat untuk meraih bagian kehidupan dunia maka dia tidak akan mencium bau surga pada hari kiamat." yakni tidak bisa mencium aromanya, ini adalah ancaman yang sangat keras. Akan tetapi apabila seseorang yang menuntut ilmu memiliki niat memperoleh persaksian/ijazah/gelar sebagai sarana agar bisa memberikan manfaat kepada orang-orang dengan mengajarkan ilmu, pengajian dan sebagainya, maka niatnya bagus dan tidak bermasalah, karena ini adalah niat yang benar.
Adab Kedua
Bertujuan untuk mengangkat kebodohan diri sendiri dan orang lain Dia berniat dalam menuntut ilmu demi mengangkat kebodohan dari dirinya sendiri dan dari orang lain. Sebab pada asalnya manusia itu bodoh, dalilnya adalah firman Allah ta'ala yang artinya, "Allah lah yang telah mengeluarkan kalian dari perut-perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu apapun, dan kemudian Allah ciptakan bagi kalian pendengaran, penglihatan dan hati supaya kalian bersyukur." (QS. An Nahl: 78). Demikian pula niatkanlah untuk mengangkat kebodohan dari umat, hal itu bisa dilakukan dengan pengajaran melalui berbagai macam sarana, supaya orang-orang bisa memetik manfaat dari ilmu yang kau miliki.
Adab Ketiga
Bermaksud membela syariat Yaitu dalam menuntut ilmu itu engkau berniat untuk membela syariat, sebab kitab-kitab yang ada tidak mungkin bisa membela syariat (dengan sendirinya). Tidak ada yang bisa membela syariat kecuali si pembawa syariat. Seandainya ada seorang ahlul bid'ah datang ke perpustakaan yang penuh berisi kitab-kitab syariat yang jumlahnya sulit untuk dihitung lantas dia berbicara melontarkan kebid'ahannya dan menyatakannya dengan lantang, saya kira tidak ada sebuah kitab pun yang bisa membantahnya. Akan tetapi apabila dia berbicara dengan kebid'ahannya di sisi orang yang berilmu demi menyatakannya maka si penuntut ilmu itu akan bisa membantahnya dan menolak perkataannya dengan dalil al-Qur'an dan as-Sunnah. Oleh sebab itu saya katakan: Salah satu hal yang harus senantiasa dipelihara di dalam hati oleh penuntut ilmu adalah niat untuk membela syariat. Manusia kini sangat membutuhkan keberadaan para ulama, supaya mereka bisa membantah tipu daya para ahli bid'ah serta seluruh musuh Allah 'azza wa jalla.
Adab Keempat
Berlapang dada dalam masalah khilaf Hendaknya dia berlapang dada ketika menghadapi masalah-masalah khilaf yang bersumber dari hasil ijtihad. Sebab perselisihan yang ada di antara para ulama itu bisa jadi terjadi dalam perkara yang tidak boleh untuk berijtihad, maka kalau seperti ini maka perkaranya jelas. Yang demikian itu tidak ada seorang pun yang menyelisihinya diberikan uzur. Dan bisa juga perselisihan terjadi dalam permasalahan yang boleh berijtihad di dalamnya, maka yang seperti ini orang yang menyelisihi kebenaran diberikan uzur. Dan perkataan anda tidak bisa menjadi argumen untuk menjatuhkan orang yang berbeda pendapat dengan anda dalam masalah itu, seandainya kita berpendapat demikian niscaya kita pun akan katakan bahwa perkataannya adalah argumen yang bisa menjatuhkan anda. Yang saya maksud di sini adalah perselisihan yang terjadi pada perkara-perkara yang diperbolehkan bagi akal untuk berijtihad di dalamnya dan manusia boleh berselisih tentangnya. Adapun orang yang menyelisihi jalan salaf seperti dalam permasalahan akidah maka dalam hal ini tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk menyelisihi salafush shalih, akan tetapi pada permasalahan lain yang termasuk medan pikiran, tidaklah pantas menjadikan khilaf semacam ini sebagai alasan untuk mencela orang lain atau menjadikannya sebagai penyebab permusuhan dan kebencian. Maka menjadi kewajiban para penuntut ilmu untuk tetap memelihara persaudaraan meskipun mereka berselisih dalam sebagian permasalahan furu'iyyah (cabang), hendaknya yang satu mengajak saudaranya untuk berdiskusi dengan baik dengan didasari kehendak untuk mencari wajah Allah dan demi memperoleh ilmu, dengan cara inilah akan tercapai hubungan baik dan sikap keras dan kasar yang ada pada sebagian orang akan bisa lenyap, bahkan terkadang terjadi pertengkaran dan permusuhan di antara mereka. Keadaan seperti ini tentu saja membuat gembira musuh-musuh Islam, sedangkan perselisihan yang ada di antara umat ini merupakan penyebab bahaya yang sangat besar, Allah ta'ala berfirman yang artinya, "Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian berselisih yang akan menceraiberaikan dan membuat kekuatan kalian melemah. Dan bersabarlah sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar." (QS. al-Anfaal: 46).
Terakhir diubah oleh madiorg tanggal Sat Aug 30, 2008 12:55 pm, total 1 kali diubah | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sat Aug 30, 2008 12:52 pm | |
| Adab Kelima
Beramal dengan Ilmu Yaitu hendaknya penuntut ilmu mengamalkan ilmu yang dimilikinya, baik itu akidah, ibadah, akhlaq, adab, maupun muamalah. Sebab amal inilah buah ilmu dan hasil yang dipetik dari ilmu, seorang yang mengemban ilmu adalah ibarat orang yang membawa senjatanya, bisa jadi senjatanya itu dipakai untuk membela dirinya atau justru untuk membinasakannya. Oleh karenanya terdapat sebuah hadits yang sah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "al-Qur'an adalah hujjah untukmu atau untuk menjatuhkanmu".
Adab Keenam
Berdakwah ilallah Yaitu dengan menjadi seorang yang menyeru kepada agama Allah 'azza wa jalla, dia berdakwah pada setiap kesempatan, di masjid, di pertemuan-pertemuan, di pasar-pasar, serta dalam segala kesempatan. Perhatikanlah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau setelah diangkat menjadi Nabi dan Rasul tidaklah hanya duduk-duduk saja di rumahnya, akan tetapi beliau mendakwahi manusia dan bergerak ke sana kemari. Saya tidak menghendaki adanya seorang penuntut ilmu yang hanya menjadi penyalin tulisan yang ada di buku-buku, namun yang saya inginkan adalah mereka menjadi orang-orang yang berilmu dan sekaligus mengamalkannya.
Adab Ketujuh
Bersikap Bijaksana (Hikmah) Yaitu dengan menghiasi dirinya dengan kebijaksanaan, di mana Allah berfirman yang artinya, "Hikmah itu diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan barang siapa yang diberi hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang sangat banyak." (QS. al-Baqarah: 269). Yang dimaksud hikmah ialah seorang penuntut ilmu menjadi pembimbing orang lain dengan akhlaknya dan dengan dakwahnya mengajak orang mengikuti ajaran agama Allah 'azza wa jalla, hendaknya dia berbicara dengan setiap orang sesuai dengan keadaannya. Apabila kita tempuh cara ini niscaya akan tercapai kebaikan yang banyak, sebagaimana yang difirmankan Tuhan kita 'azza wa jalla yang artinya, "Dan barang siapa yang diberikan hikmah sungguh telah diberi kebaikan yang amat banyak." Seorang yang bijak (Hakiim) adalah yang dapat menempatkan segala sesuatu sesuai kedudukannya masing-masing. Maka sudah selayaknya, bahkan menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk bersikap hikmah di dalam dakwahnya. Allah ta'ala menyebutkan tingkatan-tingkatan dakwah di dalam firman-Nya yang artinya, "Serulah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasehat yang baik, dan debatlah mereka dengan cara yang lebih baik." (QS. an-Nahl: 125). Dan Allah ta'ala telah menyebutkan tingkatan dakwah yang keempat dalam mendebat Ahli kitab dalam firman-Nya, "Dan janganlah kamu mendebat ahlu kitab kecuali dengan cara yang lebih baik kecuali kepada orang-orang zhalim diantara mereka." (QS. al-'Ankabuut: 46). Maka hendaknya penuntut ilmu memilih cara dakwah yang lebih mudah diterima oleh pemahaman orang.
Adab Kedelapan
Penuntut ilmu harus bersabar dalam menuntut ilmu Yaitu hendaknya dia sabar dalam belajar, tidak terputus di tengah jalan dan merasa bosan, tetapi hendaknya di terus konsisten belajar sesuai kemampuannya dan bersabar dalam meraih ilmu, tidak cepat jemu karena apabila seseorang telah merasa jemu maka dia akan putus asa dan meninggalkan belajar. Akan tetapi apabila dia sanggup menahan diri untuk tetap belajar ilmu niscaya dia akan meraih pahala orang-orang yang sabar; ini dari satu sisi, dan dari sisi lain dia juga akan mendapatkan hasil yang baik.
Adab Kesembilan
Menghormati ulama dan memosisikan mereka sesuai kedudukannya Sudah menjadi kewajiban bagi para penuntut ilmu untuk menghormati para ulama dan memosisikan mereka sesuai kedudukannya, dan melapangkan dada-dada mereka dalam menghadapi perselisihan yang ada di antara para ulama dan selain mereka, dan hendaknya hal itu dihadapinya dengan penuh toleransi di dalam keyakinan mereka bagi orang yang telah berusaha menempuh jalan (kebenaran) tapi keliru, ini catatan yang penting sekali, sebab ada sebagian orang yang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain dalam rangka melontarkan tuduhan yang tak pantas kepada mereka, dan demi menebarkan keraguan di hati orang-orang dengan cela yang telah mereka dengar, ini termasuk kesalahan yang terbesar. Apabila menggunjing orang awam saja termasuk dosa besar maka menggunjing orang berilmu lebih besar dan lebih berat dosanya, karena dengan menggunjing orang yang berilmu akan menimbulkan bahaya yang tidak hanya mengenai diri orang alim itu sendiri, akan tetapi mengenai dirinya dan juga ilmu syar'i yang dibawanya. Sedangkan apabila orang-orang telah menjauh dari orang alim itu atau harga diri mereka telah jatuh di mata mereka maka ucapannya pun ikut gugur. Apabila dia menyampaikan kebenaran dan menunjukkan kepadanya maka akibat gunjingan orang ini terhadap orang alim itu akan menjadi penghalang orang-orang untuk bisa menerima ilmu syar'i yang disampaikannya, dan hal ini bahayanya sangat besar dan mengerikan. Saya katakan, hendaknya para pemuda memahami perselisihan-perselisihan yang ada di antara para ulama itu dengan anggapan mereka berniat baik dan disebabkan ijtihad mereka dan memberikan toleransi bagi mereka atas kekeliruan yang mereka lakukan, dan hal itu tidaklah menghalanginya untuk berdiskusi dengan mereka dalam masalah yang mereka yakini bahwa para ulama itu telah keliru, supaya mereka menjelaskan apakah kekeliruan itu bersumber dari mereka ataukah dari orang yang menganggap mereka salah ?! Karena terkadang tergambar dalam pikiran seseorang bahwa perkataan orang alim itu telah keliru, kemudian setelah diskusi ternyata tampak jelas baginya bahwa dia benar. Dan demikianlah sifat manusia, "Semua anak Adam pasti pernah salah dan sebaik-baik orang yang salah adalah yang senantiasa bertaubat". Adapun merasa senang dengan ketergelinciran seorang ulama dan justru menyebar-nyebarkannya di tengah-tengah manusia sehingga menimbulkan perpecah belahan maka hal ini bukanlah termasuk jalan Salaf.
Adab Kesepuluh
Berpegang teguh dengan Al Kitab dan As Sunnah Wajib bagi penuntut ilmu untuk memiliki semangat penuh guna meraih ilmu dan mempelajarinya dari pokok-pokoknya, yaitu perkara-perkara yang tidak akan tercapai kebahagiaan kecuali dengannya, perkara-perkara itu adalah : 1. Al-Qur'an Al-Karim Oleh sebab itu wajib bagi penuntut ilmu untuk bersemangat dalam membacanya, menghafalkannya, memahaminya serta mengamalkannya karena al-Qur'an itulah tali Allah yang kuat, dan ia adalah landasan seluruh ilmu. Para salaf dahulu sangat bersemangat dalam mempelajarinya, dan diceritakan bahwasanya terjadi berbagai kejadian yang menakjubkan pada mereka yang menunjukkan begitu besar semangat mereka dalam menelaah al-Qur'an. Dan sebuah kenyataan yang patut disayangkan adalah adanya sebagian penuntut ilmu yang tidak mau menghafalkan al-Qur'an, bahkan sebagian di antara mereka tidak bisa membaca al-Qur'an dengan baik, ini merupakan kekeliruan yang besar dalam hal metode menuntut ilmu. Karena itulah saya senantiasa mengulang-ulangi bahwa seharusnya penuntut ilmu bersemangat dalam menghafalkan al-Qur'an, mengamalkannya serta mendakwahkannya, dan untuk bisa memahaminya dengan pemahaman yang selaras dengan pemahaman salafush shalih. 2. As Sunnah yang shahihah Ia merupakan sumber kedua dari sumber syariat Islam, dialah penjelas al-Qur'an al Karim, maka menjadi kewajiban penuntut ilmu untuk menggabungkan antara keduanya dan bersemangat dalam mendalami keduanya. Penuntut ilmu sudah semestinya menghafalkan as-Sunnah, baik dengan cara menghafal nash-nash hadits atau dengan mempelajari sanad-sanad dan matan-matannya, membedakan yang shahih dengan yang lemah, menjaga as-Sunnah juga dengan membelanya serta membantah syubhat-syubhat yang dilontarkan Ahlu bid'ah guna menentang as-Sunnah.
Adab Kesebelas
Meneliti kebenaran berita yang tersebar dan bersikap sabar Salah satu adab terpenting yang harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah tatsabbut (meneliti kebenaran berita), dia harus meneliti kebenaran berita-berita yang disampaikan kepadanya serta mengecek efek hukum yang muncul karena berita tersebut. Di sana ada perbedaan antara tsabaat dan tatsabbut, keduanya adalah dua hal yang berlainan walaupun memiliki lafazh yang mirip tapi maknanya berbeda. Ats tsabaat artinya bersabar, tabah dan tidak merasa bosan dan putus asa. Sehingga tidak semestinya dia mengambil sebagian pembahasan dari sebuah kitab atau suatu bagian dari cabang ilmu lantas ditinggalkannya begitu saja. Sebab tindakan semacam ini akan membahayakan bagi penuntut ilmu serta membuang-buang waktunya tanpa faedah. Dan cara seperti ini tidak akan membuahkan ilmu. Seandainya dia mendapatkan ilmu, maka yang diperolehnya adalah kumpulan permasalahan saja dan bukan pokok dan landasan pemahaman. Contoh orang yang hanya sibuk mengumpulkan permasalahan itu seperti perilaku orang yang sibuk mencari berita dari berbagai surat kabar dari satu koran ke koran yang lain. Karena pada hakikatnya perkara terpenting yang harus dilakukan adalah ta'shil (pemantapan pondasi, ilmu ushul) dan pengokohannya serta kesabaran untuk mempelajarinya. Dengan perantara nama-nama-Mu yang terindah dan sifat-sifat-Mu yang tertinggi ya Allah, ampunilah dosa-dosa hamba. Begitu banyak nikmat telah hamba sia-siakan. Umur, kesempatan, waktu luang, kesehatan dan keamanan. Semuanya telah Engkau curahkan, namun aku selalu lalai dan tidak pandai mensyukuri pemberian-Mu. Ya Allah bimbinglah hamba-Mu ini, untuk meraih kebahagiaan pada hari di mana tidak ada lagi hari sesudahnya, ketika kematian telah disembelih di antara surga dan neraka. Ketika para penduduk surga semakin bergembira dan para penghuni neraka bertambah sedih dan merana. Ya Allah, limpahkanlah kepada kami ilmu yang bermanfaat, dan lindungilah kami dari ilmu yang tidak bermanfaat. Ya Allah, kami mohon kepada-Mu hidayah, ketakwaan, terjaganya kehormatan dan kecukupan. Wa shallallahu 'ala Nabiyyinaa Muhammad, walhamdulillaahi Rabbil 'alamiin. Adab-adab ini disadur dari Thiibul Kalim al-Muntaqa Min Kitaab al-'Ilm Li Ibni Utsaimin karya Abu Juwairiyah, sumber e-kitab. | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sun Aug 31, 2008 6:18 pm | |
| harus kita sadari kita bisa seperti ini karena kita mendaptkan pebdidikan baik pendidikan formal maupun non formal.
dan kemajuan suatu daerah dapt diukur dari penguasaan iptek penduduk didaerah trsebut.
dengan demikian pendidikan mendomisili ,perkembangan dan kemajuan didearh kita.
mari kita bertukar pikiran atau sekedar masukan untuk dunia pendidikan
monggo monggo........ | |
| | | dewalangit Officer
Lokasi : Jl.jogja-wnsari km 20 Patuk.Dhaksinargha Bhumikarta. Reputation : 39 Join date : 20.07.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Sun Aug 31, 2008 9:50 pm | |
| sip,setuju.... lhayo ngene iki lagi postingan bermutu namanya,......berisi,berbobot,dan bermanfat,....... teruske kang ayo,..... | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Mon Sep 01, 2008 5:59 pm | |
| Setuju aku....Madi share apik tenan ki...mengko iso bagi2 ro liyane... | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:14 pm | |
| Motivasi Belajar Ditulis pada Juni 19, 2008 oleh wongkeban Pengertian motivasi belajar Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya penggerak, motivasi merupakan proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang kita inginkan (Atkinson, 1981). Selanjutnya Suryabrata (1998) mendefinisikan motivasi sebagai “suatu keadaan dalam diri pribadi seseorang atau individu yang mendorong individu tersebut melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan Haditono (1979) mengemukakan bahwa motivasi sering disamakan dengan motif. Motif adalah dasar komponen yang mendasari setiap tingkah laku seseorang (individu), motif merupakan disposisi laten yang mendorong dan mengarahkan prilaku setiap individu, proses pemunculan aktivitas atau perilaku sesuai dengan motifnya, motivasi merupakan proses dari adanya keinginan untuk melaksanakan sesuatu sampai pada tahap melakukan suatu aktivitas. Petri (1981) selanjutnya didukung oleh Steers dan Poter (1983) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu konsep yang dipakai untuk mendiskripsiksn daya-daya dalam diri individu yang menyebabkan timbulnya suatu perbuatan dan atau perilaku, sedangkan Winkel (1986) menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu daya penggerak yang telah menjadi aktif sebagai hasil interaksi antara kondisi internal dengan kndisi eksternal. Martaniah (1982) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan pengertian motif adalah suatu konstruksi yang potensial dan laten yang di bentuk oleh pengalaman yang secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada, dan berfungsi mengarahkan serta menggerakkan perilaku ketujuan tertentu. Sedangkan motivasi adalah keadaan yang timbul dalan diri subyek akibat interaksi antara motivasi dan aspek-aspek situasi yang di amati, yang relevan dan motif tersebut serta mengaktifkan perilaku. Nasution (1984) mengemukakan bahwa dalam motivasi ada hirarki artinya motivasi mempunyai tingkatan dari terendah meningkat kepada yang lebih tinggi, dan semua itu satu dengan yang lainnya terhubung erat. Surahmad (1979) mengemukakan hirarki tersebut sebagai berikut: 1. Motivasi yang berakar pada kebutuhan fisiologis, misalnya lapar, haus, dan sebagainya, 2. Motivasi yang berakar pada kebutuhan perlindungan untuk memperoleh rasa aman, bebas dari rasa takut dan cemas, 3. Motivasi yang berakar pada kebutuhan rasa kasih, rasa diterima pada kelompok seperti, keluarga, kawan sekolah dan masyarakat, 4. Motivasi yang berakar pada kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri adanya keperluan ingin mengembangkan diri sesuai dengan penambahan ilmu pengetahuan, status sosisal dan pembentukan pribadi. Motivasi diakui sebagai hal yang sangat penting bagi kegiatan belajar di sekolah, setidaknya anak harus mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, serta memberi arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang dikehendaki oleh siswa tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual, peranan motivasi yang khas ialah dalam hal kuat lemahnya semangat belajar siswa yang bermotivasi belajar kuat mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Winkel; 1983). Motivasi belajar bidang studi bahasa Inggris adalah keseluruhan daya penggerak yang dapat menimbulkan kegiatan belajar pada mata pelajaran bahasa Inggris yang memberi kelangsungan dan memberi arah pada kegiatan belajar tersebut. Untuk belajar bahasa Inggris diperlukan motivasi, hasil belajar banyak ditentukan oleh adanya motivasi yang dimiliki oleh siswa ,makin tepat motivasi yang diberikan oleh sang guru dan orang tua maka makin berhasil pula mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut, karena motivasi menentukan intensitas usaha anak (Nasution,1984). Motivasi terus-menerus diperlukan agar dapat membantu para siswa untuk memusatkan perhatiannya pada bahan-bahan pelajaran yang di berikan oleh para guru. Belajar yang efektif adalah belajar yang cukup memperoleh motivasi dari seorang guru yang mempunyai kepribadian yang dinamis yang tercermin dalam sikap dan minatnya. (Kasijian, 1984) Skinner (1958) menyatakan bahwa semua kegiatan belajar akan dipengaruhi oleh motivasi yang sifatnya intrinsik, bagi seorang siswa motivasi yang lebih baik adalah motivasi yang intrinsik sifatnya, salah satu bentuknya adalah motivasi belajar. Menurut Nasution (1984) motivasi belajar terbagi atas dua bentuk, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsic. Siswa yang didorong oleh motivasi intrinsic ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Di dalam belajar terkandung tujuan untuk menambah pengetahuan, sedangkan siswa yang didorong oleh motivasi ekstrinsic apabila dia belajar untuk mencapai tujuan-tujuan yang terletak diluar perbuatan itu sendiri. Siswa yang bermotivasi intrinsic mempunyai tujuan antara lain menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang ilmu tertentu, dan sebagainya. Satu-satunya jalan menuju tujuan yang ingin dicapai adalah dengan belajar, tanpa belajar tidak mungkin menjadi ahli, dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan hari ini berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan sebagainya. Siswa yang bermotivasi ekstrinsic juga mempunyai tujuan, tetapi bukan untuk menjadi orang yang berpengetahuan dan sebagainya, kegiatan belajar dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tetapi sebenarnya tidak mutlak belajar untuk mencapai tujuan tersebut. Sardiman (2001) mengatakan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri individu yang ditandai dengan munculnya perasaan (Feeling) dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan, sehingga motivasi lebih mengarah pada proses pembangkitan gerak dalam diri individu yang menyebabkan individu untuk melakukan suatu tindakan. Dalam hal ini, motivasi merupakan proses dalam upaya merespon tujuan tersebut. Menurut Winkel (1986) motivasi merupakan daya penggerak yang telah menjadi aktif sebagai hasil interaksi antara kondisi internal dengan kondisi eksternal. Selanjutnya Bathia (1977) mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu kekuatan dari dalam diri individu yang muncul dalam wujud atau bentuk keinginan untuk mencapai tujuan yang bersifat internal. Pencapaian tujuan merupakan sesuatu yang penting dan bersifat eksternal untuk meransang energi individu menetapkan suatu perilaku. Eggen (1997) mendefinisikan motivasi sebagai suatu kekuatan yang mendorong individu secara terus-menerus, mempertahankan serta mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan. Senada dengan itu Elliot et al. (1999) mengemukakan bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan yang membangkitkan, mempertahankan, mengarahkan, dan mengintegrasikan dengan perilaku tertentu. Sehubungan dengan itu Baron et al. (1980) mengemukakan bahwa motivasi merupakan proses internal yang memberikan energi terhadap perilaku dan mengarahkan perilaku tersebut menuju ke arah yang lebih spesifik. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi bisa bertambah, umumnya persoalan mengenai belajar adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan sehingga hasil belajar dapat dicapai secara optimal. Suryabrata (1985) menyatakan bahwa anak-anak dapat dimotivasi untuk bekerja lebih baik apabila digerakkan dengan sejenis hadiah yang dikemukakan terhadapnya daripada tidak ada penggerak sama sekali. Senada dengan itu (Kasijian, 1984) menyatakan bahwa motivasi yang diberikan melalui pemberian hadiah dapat memberikan kemajuan tertentu, akan tetapi dapat menjadi berbahaya jika hadiah-hadiah tersebut menjadi lebih penting daripada nilai yang dapat diperoleh dari hasil belajar. http://wongke ban.wordpress.com/2008/06/19/motivasi-belajar/ (diakses tanggal 26 Agustus 2008) | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:23 pm | |
| siapa yang jd guru????? KODE ETIK GURU INDONESIA Guru Indonesia menyadari pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu , guru Indonesia terpanggil untuk menaikkan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut : 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar. 5. Guru memelihara hubungan yang baik dengan orang tua murid, dan masyarakat sekitarnya. 6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. Kode Etik Profesi Keguruan 1. Pengertian Kode Etika. Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian : Pasal 28 Undang-undang ini dengan jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan” b. dalam Pidato pembukaan konggres PGRI ke XIII, Basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa Kode etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni : (1) sebagai landasan moral , (2) sebagai pedoman tingkah laku. 2. Tujuan Kode Etik Secara umum tujuan Kode Etik adalah sebagai berikut : a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya. c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. d. Untuk meningkatkan mutu profesi. e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. 3. Penetapan Kode Etik Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu konggres organisasi profesi. 4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik Sebagai contoh dalam hal ini jika seseorang anggota profesi sering bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika dianggap kecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. 5. Kode Etik Guru Kode etik guru di Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematis dalam suatu sistem yang uth dan bulat. | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:32 pm | |
| siapa jd guru? perhatikan!!!!!!!! Sikap Profesional Keguruan Pengertian Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kapada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Sasaran Sikap Profesional Sikap terhadap Peraturan Perundang-undangan Pada butir sembilan Kode Etik Guru Indonesdia disebutkan bahwa Guru melaksanakan segala kebijakan Pemerintah dalam bidang Pendidika. Sikap Terhadap Organisasi Profesi Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuanagan dan pengabdian. Sikap terhadap teman sejawat Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:40 pm | |
| - madiorg wrote:
- siapa jd guru?
perhatikan!!!!!!!!
Sikap Profesional Keguruan Pengertian
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kapada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuanagan dan pengabdian.
Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. Coba klo seluruh jajaran gur itu akan seperti itu....pasti anak bangsa ini tidak akan seperti ini... Memang sih klo ngomongin guru pun g ada habisnya.... Sip sharenya....malah aku rung nggawe jeekkk | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:45 pm | |
| untk yg ada dlingkngn penddkn? lihat,cermati PROFESI KEPENDIDIKAN 1. Mengajar adalah suatu kegiatan yang komplek, karena banyak mengandung unsur yang secara serempak harus dilakukan bersama-sama. Unsur tersebut teknologi,seni dan pilihan nilai. 2. Mengajar adalah suatu perbuatan yang komplek 9Drs.JJ. Hasibuan Dip.Ed.), dikatakan komplek karena dituntut suatu kemampuan personil, profesional dan sosial kultur secara terpadu dalam proses belajar mengajar integrasi penguasaan materi, metode dan praktek dalam integrasi siswa. 3. Penguasaan atas ketrampulan tersebut bersifat dinamik, oleh karena itu dikembangkan dari rentangan yang tidak sempurna. 4. Dalam KBM, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik akan memberikan dampak positif terhadap siswa. 5. Sesuai pepatah yang berbunyi malu bertanya sesat di jalan ( Drs. Ali Imron,M.Pd), mengisyaratkan bahwa bertanya itu sangat penting karena sama dengan berfikir. 6. orang yang banyak bertanya tentu harus didukung oleh suatu keyakinan, sehingga tidak merasa ragu untuk menyampaikan pertanyaan itu. 7. Orang yang banyak bertanya semakin membuat dirinya lebih matang dan dewasa, itulah dikatakan bahwa berbicara adalah berfikir. 8. Komponen-komponen dalam mengajukan pertanyaan meliputi 8 aspek (Turney) 9. Pengungkapan pertanyaan secara singkat dan jelas, karena bisa jadi ketidak mampuan siswa untuk menjawab pertanyaan bukan karena sulitnya pertanyaan tersebut atau karena tidak mengetahui jawabanya, melainkan karena pertanyaan yang tidak jelas. 10. Guru hendaknya dapat memilih kata yang tepat yang dapat dimengerti oleh siswa, pertanyaan itu dirumuskan secara singkat dan tidak berbelit-belit. 11. Pemberian acuan dalam pertanyaan sangat penting karena dengan acuan itu siswa akan dapat dituntut ke arah pemberian jawaban yang benar. 12. Acuan merupakan suatu petunjuk/informasi yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam memberikan jawaban. 13. Pertanyaan dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu pertanyaan luas (umum), dan sempit (khusus). 14. Pemakaian kedua pertanyaan ini tergantung pada tujuan dan pokok bahasan yang hendak ditanyakan. 15. Pertanyaan lazimnya dimulai dari yang luas(umum) dan kemudian diikuti dengan pertanyaan sempit (khusus). 16. Contoh pertanyaan luas: kemukakan faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang mengalami hipertensi! 17. Contoh pertanyaan sempit : diantara sebab-sebab tersebut manakah yang lebih sering menjadi penyebab dominan? 18. Pertanyaan yang sifatnya umum atau luas sebaiknya disampaikan kepada semua siswa untuk mendapatkan jawaban yang bervariasi karena tidak mungkin jawaban yang memadai hanya didapatkan dari salah seorang siswa saja, untuk itu perlu memindahkan giliran kepada siswa yang lain. 19. Jika sistem silih berganti (giliran) sering diadakan oleh guru maka proses inetraksi yang baik akan terjalin dalam kelas. 20. Pertanyaan yang dilontarkan oleh guru hendaknya dapat disebarkan secara merata untuk seluruh siswa, oleh karena itu pertanyaan yang dilemparkan kepada siswa sebaiknya menyebar, mulai dari depan, tengah sampai kebelakang. 21. Hindari pertanyaan berurutan tempat duduk, karena sistem ini membuat siswa tidak berperan aktif positif dalam memberikan jawaban. 22. Pertanyaan yang diajukan oleh guru kepada siswa, hendaknya memberi peluang atau kesempatan berfikir sebelum mereka memberikan jawaban. 23. Waktu atau kesempatan siswa untuk memikirkan jawaban tergantung dari jenis pertanyaan. Jika pertanyaan yang diajukan membutuhkan jawaban analisis atau pemahaman tentu membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan pertanyaan yang jawabanya hanyasekedar membutuhkan jawaban kemampuan mengingat saja. 24. Dalam mengajukan pertanyaan dan menerima jawaban dari siswa, guru perlu menunjukkan sikap hangat dan antusas. 25. Kehangatan sangat penting dalam meningkatkan partisipasi dalam proses belajar mengajar 26. Kehangatan dan keantusiasan guru dapat ditunjukkan dengan berbagai macam ekspresi. Ekspresi sangat penting karena ia banyak berbicara dalam pandangan siswa. Ekspresi verbal yang mungkin dapat ditunjukkan siswa adalah dengan kata , baik, bagus sekali, okey, so pasti dsb. 27. Kepada siswa yang daya tangkapnya rendah, guru harus berperan dalam memberikan tuntunan. Tuntunan dapat diberikan oleh guru dengan cara mengulangi pertanyaan, merumuskan kembali dengan menggunakan kalimat lain, menyerdahanakan pertanyaan sehingga siswa dapat menangkap makna pertanyaan dimaksud. 28. Dalam bertanya hendaknya guru menguasai 7 aspek dasar penting sebagaimana yang dikemukakan Drs. Mohammad User Usman. 29. Jenis pertanyaan menurut maksudnya: a. Pertanyaan permintaan yakni pertanyaan yang mengharapkan siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan, contoh dapatkah kamu tenang agar suara bapak dapat didengar oleh kalian semua. b. Pertanyaan retoris yt. Pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. c. Pertanyaan mengarahkan atau menuntun, yakni pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikirnya hal itu dimaksudkan jika guru menghedaki siswa memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau pokok inti pelajaran yang dianggap penting. d. Pertanyaan menggali yt pertanyaan lanjutan yang diharapkan dapat mendorong siswa agar lebih memahami dan mendalami jawabanya yang pertama. Dengan pertanyaan menggali ini siswa termotivasi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas jawaban yang diberikan pada pertanyaan sebenarnya. 30. Pertanyaan menurut Taksanomi Bloom: a. Pertanyaan mengetahui yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat hafalan atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan siapa dll. b. Pertanyaan pemahaman, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri misalnya, uraikan dan bandingkan, contoh jelaskan manfaat micro teaching. c. Pertanyaan penerapan, yakni pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengertahuan atau informasi yang diterima, contoh berdasarkan kriteria tertentu, cobalah anda merumuskan sebuah TIK. d. Pertanyaan analisis yakni pertanyaan yang menuntut jawaban dengan cara mengidentifikasi, mencari bukti-bukti dan menarik kesimpulan. e. Pertanyaan sintesis yt. Pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tidak tunggal tetapi lebih dari satu dan menuntut siswa untuk membuat ramalan/prediksi. f. Pertanyaan evaluasi yt. Pertanyaan yg menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya terhadap suatu isyu yang ditampilkan.` | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 12:57 pm | |
| - Wonosingo Ngali Kidul wrote:
- madiorg wrote:
- siapa jd guru?
perhatikan!!!!!!!!
Sikap Profesional Keguruan Pengertian
Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kapada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak.
Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuanagan dan pengabdian.
Sikap terhadap teman sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial.
Coba klo seluruh jajaran gur itu akan seperti itu....pasti anak bangsa ini tidak akan seperti ini...
Memang sih klo ngomongin guru pun g ada habisnya....
Sip sharenya....malah aku rung nggawe jeekkk
he2 sik penting postng aku dewe yo ra tumlong op kw........ tak tunggu kang ....postng mu | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 1:06 pm | |
| HUBUNGAN KOMUNIKASI maksud ekologi media komunikasi?Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mengkaji organisme dengan lingkungannya. Media, secara konseptual dapat dianggap sebagai suatu organisme dalam arti sesuatu yang “hidup dan berkembang” dalam suatu ruang, waktu, serta berinteraksi dengan lingkungan. hubungan media dengan waktu? Audiovisual,transmisi,reproduksi menyampaikan informasi tidak ber-ubah dari aslinya, sementara pengi-riman yang panjang atau lama tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. TV dapat hadir kapan saja, di mana saja, secara cepat, tepat, sebab TV dapat memberikan pengalaman yang mengasikan dan luar biasa seketika, TV membuat perasaan kita lupa waktu lalu. Sepanjang waktu dan ruang di sini dan sekarang dapat membuat konfrontasi. hubungan media dengan ruang? Dengan kecepatan informasi yang ber-gerak dari segala arah menjadikan dunia semakin kecil. Seakan-akan kita tinggal dalam sebuah desa yang mengglobal. Media elektronik dapat menciptakan desa yang mendunia meskipun dikeli-lingi batas di antara orang, seni, dan kebudayaan dapat berubah. TV tidak hanya memberikan informasi tetapi dapat mempengaruhi psikologis keterlibatan me-dia? Literasi dan kehadiran teknologi akan meningkatkan sikap dan tujuan yang kuat. Rangkaian elektrik mempunyai pengaruh yang berlawanan ke dalam dan menyatukan individu dengan lingkungan. Lingkungan kita yang baru (lingkungan informasi) akan mendorong komitmen dan partisipasi, Hal tersebut tidak dapat ditarika kembali dan kita juga bertanggung jawab un tuk yang lain. Jika media ketentuannya tinggi, maka partisipasi rendah, tapi jika media intensitasnya rendah partisipasinya tinggi. hubungan antara media dan masyarakat? Surat kabar memberikan pembelajaran tentang demokrasi, begitu juga TV memberi pengaman demokrasi Video secara alami akan membuat kita terlena. TV membuat kita sadar bahwa kita adalah satu, semua yang ada di dunia ini. Banyak keistimewaan dari kehidupan Amerika hari ini yang terpuji, kepedulian yang baru dari kata hati kita, pengalaman dunia yang menakjubkan, tukar menukar pengalaman yang luar biasa, tidak diharapkan datang dari TV. hubungan media dan belajar? Saat ini banyak terjadi pembelajaran di luar kelas. Informasi yang disampaikan melalui TV, radio, media, majalah lebih banyak daripada informasi yang disampaikan lewat pembelajaran dan tulisan di sekolah. Informasi yang menyesatkan akan mendukung perbedaan mendasar antara pendidikan dan entertaiment. Setiap menit program TV yang komersial, entertaiment, berita-berita mengajarkan kita sesuatu, TV adalah media tetap pembelajaran yang kuat,TV tidak melakukan perco-baan tetapi hanya hiburan Media teknologi elektronik memola ulang dari saling ketergantungan sosial dan setiap aspek dari kehidupan pribadi kita. Anak banyak menghabiskan pembe-lajaran tentang dunia di depan TV daripada banyak menghabiskan waktu di bangku kulian untuk mendapatkan gelar dan master. Media akan bertindak sebagai kekuatan sosial, budaya, dan pendidik-an dan di luar jalur sekolah. Pengaruh media lebih tinggi daripada guru dan siswa. Banyak interaksi antara belajar dan media, belajar dengan mdeia, tentang media, menggunakan media, peraturan media, kekuatan media, dan pengaruh dari media. | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 1:26 pm | |
| BAGAIMANA DENGAN PENILAIAN ,TERHADAP ANAK APAKAH BERPENGARUH?????? COBA KITA LIHAT Penilaian sebagai salah satu komponen kegiatan pelaksanaan program berfungsi memberikan informasi tentang bagaimana kegiatan yang telah dilakukan dan kegiatan yang akan dilakukan. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan ketercapaian setiap anak dalam mengikuti pelaksanaan program dan keberhasilan dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan informasi tersebut, guru menentukan kegiatan pelaksanaan program berikutnya baik untuk semua anak atau secara perorangan. Dengan demikian, penilaian merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya dibanding dengan komponen lainnya seperti kegiatan, tema dan subtema kegiatan, media dan pelaksanaan program. Karena begitu pentingnya peranan penilaian dalam kegiatan pelaksanaan program, guru harus benar-benar mencermati komponen penilaian seperti halnya komponen lainnya. Guru harus memahami konsep penilaian dalam kegiatan pelaksanaan program. Guru juga harus dapat menetapkan kapan saat yang tepat untuk melaksanakan penilaian. Cara dan alat apa yang paling tepat digunakan untuk melaksanakan penilaian. Penilaian adalah?Berbagai pengertian yang berkenaan dengan penilaian dikemukakan oleh para ahli, salah satu dari para ahli tersebut adalah Ralph Tyler. Menurut Ralph Tyler seperti dikutip oleh Anita Yus penilaian merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Sedangkan Griffin mengatakan bahwa penilaian kegiatan untuk menentukan nilai suatu program termasuk program pendidikan. Pengertian penilaian yang lebih lengkap diungkapkan oleh Astin. Menurutnya penilaian merupakan suatu proses pengumpulan informasi secara sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Keputusan yang diambil berdasarkan informasi yang diperoleh berdasarkan aturan tertentu. Dari pendapat para ahli tersebut dapat penulis simpulkan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan informasi atau data mengenai keterampilan, kemampuan, potensi diri individu yang dilakukan secara sistematis untuk membuat suatu keputusan tentang individu tersebut. Penilaian dapat bermanfaat bagi individu yang bersangkutan dan juga bagi yang lain seperti guru dan orang tua. Dengan demikian, penilaian itu berkaitan dengan informasi tentang diri seseorang dalam suatu kegiatan, waktu atau stimulan tertentu. Informasi berdasarkan aturan tertentu dan menyeluruh. Dalam konteks pembelajaran terutama keberhasilan pembelajaran, melalui penilaian, guru mengetahui sejauhmana ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut. Dari informasi yang diperoleh dapat diambil suatu keputusan apakah anak tersebut berhasil atau tidak, mana anak yang berhasil dan mana anak yang belum berhasil. Juga diputuskan pembelajaran itu dilanjutkan atau diulang. Penilain yang berkenaan dengan anak usia dini lebih banyak ditekankan untuk menggambarkan ketercapaian perkembangan anak pada semua aspek perkembangan. Dengan adanya penilaian dapat diketahui dan ditetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan yang belum. Penilaian pada anak usia dini dapat menggunakan tes dan pengukuran. Namun demikian, lebih banyak disarankan dan sering digunakan adalah pengukuran atau nontes. Pelaksanaan penilaian akan menghasilkan nilai. Nilai yang diberikan dapat berupa angka dan huruf, kuantitatif atau kualitatif. Namun yang lebih disarankan yang berupa penjelasan atau deskr PENTINGNYA PENILAIAN UNTUK USIA DINIPendidikan usia dini disusun sebagai bentuk pendidikan awal menyediakan berbagai program. Program-program yang disusun ini dimaksudkan untuk membantu anak mencapai pertumbuhan dan perkembangan diri yang optimal. Program yang telah dirancang direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar mengajar.Efektivitas kegiatan yang telah dilaksanakan harus diketahui. Untuk menentukan efektivitas itu perlu informasi tentang rancangan kegiatan yang digunakan dan pelaksanaannya. Informasi itu dapat diketahui dengan adanya bentuk penilaian. Komponen penilaian dalam pembelajaran memeiliki fungsi antara lain : (1) untuk memberikan informasi tentang rancangan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. (2) Penilaian digunakan sebagai patokan untuk mengambil keputusan. Keputusan itu berkaitan dengan anak, program atau kurikulum secara keseluruhan. (3) penilaian dapat diperkirakan seorang siswa mengalami kesulitan atau tidak. Nilai yang diberikan berguna bagi berbagai pihak baik itu guru, anak dan orang tua. Bagi guru sebagai masukan dalam merancang kegiatan belajar selanjutnya untuk setiap anak. Bagi orang tua dapat menentukan langkah atau upaya apa yang dapat dilakukan untuk membantu perkembangan anak. Dan bagi anak itu sendiri sebagai dorongan atau motivator dalam mengembangkan diri berikutnya.Sasaran PenilaianMenurut Suharsimi seperti dikutip Anita Yus menyatakan bahwa yang dimaksud sasaran atau objek adalah penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi pusat pengamatan karena penilaian menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut. Suharsimi mengidentifikasi sasaran penilain meliputi unsur input, transformasi, dan output. Aspek input meliputi potensi yang ingin dikembangkan pada diri anak yang meliputi: fisik, kognitif, bahasa, seni, sosio-emosional, dan moral dan nilai-nilai agama. Aspek-aspek tersebut menjadi sasaran penilaian atau aspek yang harus dinilai dalam kegiatan pelaksanaan program. Penilaian perkembangan fisik meliputi motorik kasar, motorik halus. Penilaian aspek perkembangan kognitif meliputi sains, matematika. Penilaian aspek sosio-emosional secara lebih rinci dikemukakan sebagai berikut; a. Tanggung jawab terhadap orang lain b. Bekerja sama dengan teman c. Mudah bergaul dan berinteraksi dengan orang lain d. Dapat berkomunikasi dengan orang yang sudah dikenalnya e. Meniru kegiatan orang dewasa f. Mau berbagi dengan teman g. Dapat mengikuti aturan h. Tolong menolong sesama teman i. Dapat mematuhi peraturan yang ada j. Dapat memisahkan diri dengan orang tua k. Dapat mengendalikan emosi l. Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar m. Dapat memusatkan perhatian n. Dan lain-lain. Aspek transformasi terdiri dari materi, metode, dan media pembelajaran, sistem administrasi dan guru serta personilnya. Aspek ini dinilai untuk mengetahui efektivitas pemanfaatannya dalam kegiatan pelaksanaan program. Sedangkan aspek Output meliputi seberapa jauh anak mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau seberapa jauh anak memiliki dasar-dasar untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Prinsip PenilaianSupaya mendapat nilai yang benar-benar menggambarkan kemampuan yang sesungguhnya dari anak, guru hendaknya memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) menyeluruh, (2) berkesinambungan, (3) berorientasi pada proses dan tujuan, (4) objektif, (5) mendidik, (6) kebermaknaan, dan (7) kesesuaian. Di bawah ini akan penulis uraikan secara singkat prinsip tersebut. Penilaian secara menyeluruh maksudnya adalah penilaian dilakukan baik terhadap proses maupun hasil kegiatan anak. Penilaian proses adalah penilaian pada saat kegiatan berlangsung. Penilaian terhadap hasil adalah penilaian tentang hasil kerja anak. Juga dimaksudkan yang dimaksud menyeluruh adalah penilaian menyangkut seluruh aspek perkembangan anak. Yang dimaksud prinsip kesinambungan adalah bahwa penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus. Prinsip ini dilakukan agar informasi yang diperoleh benar-benar menggambarkan kemampuan anak yang ssungguhnya dari hasil kegiatan pelaksanaan program. Penilaian dapat dilakukan secara harian, mingguan, atau bulanan maupun tahunan. Dengan prinsip ini akan dapat diketahui anak yang mengalami kesulitan atau permasalahan dalam perkembangannya. Penilaian hendaknya berorientasi pada tujuan dan proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan yang ditetapkan disesuaikan dengan perkembangan anak. Penilaian objektif adalah penilaian yang dapat memberikan informasi yang sesungguhnya atau mendeteksi tentang kemampuan atau perubahan perkembangan yang dialami anak. Dalam hal ini guru harus mengenyampingkan perasaan suka dan tidak suka, keinginan dan prasangka-prasangka yang tidak ada kaitannya dengan perkembangan anak. Selain itu, guru juga harus memperhatikan perbedaan perkembangan anak. Dalam arti, guru tidak memberikan interpretasi yang sama pada setiap perilaku anak yang sama atau bersamaan. Perilaku yang sama mungkin saja terjadi akan tetapi memiliki makna yang berbeda sesuai dengan karakteristik perkembangan anak. Hasil penilaian harus dapat membina dan mendorong timbulnya keinginan anak untuk meningkatkan perkembangannya. Selain itu, hasil penilaian harus memiliki makna bagi orang tua, anak didik, dan pihak lain yang berkepentingan dengan perkembangan anak. Penilaian akan lebih bermakna jika penilaian dapat menggambarkan ketercapaian kemampuan anak yang ssungguhnya. Terakhir, penilaian harus menunjukkan kesesuaian antara hasil yang diperoleh anak dengan apa yang dilakukan atau diajarkan guru. Dalam arti, nilai yang menggambarkan perkembangan anak benar-benar didapatkan dari kegiatan pelaksanaan program yang dilakukan guru. Fungsi Penilaian Tujuan penilaian adalah untuk mengetahui ketercapaian perkembangan yang telah ditetapkan sesuai dengan rancangan kegiatan pelaksanaan program. Penilaian memiliki fungsi sebagai berikut: a. Memberikan umpan balik kepada guru untuk memperbaiki rancangan kegiatan pelaksanaan program b. Memberikan informasi kepada orang tua tentang ketercapaian perkembangan anak agar dapat memberikan bimbingan dan dorongan yang sesuai untuk memperbaiki dan meningkatkan perkembangan anak. c. Sebagai bahan pertimbangan guru untuk menempatkan anak dalam kegiatan pelaksanaan program yang dilakukan sesuai denganminat dan kemampuan anak yang memungkinkan anak dapat mencapai kemampuan optimal. d. Sebagai bahan masukan bagi pihak lain yang memerlukan dan berkepentingan memberikan pembinaan selanjutnya demi pengembangan semua potensi anak. Metode dan Alat PenilaianPenilaian dilakukan dengan berbagai cara. Secara garis besar metode penilaian dibagi dua yaitu tes dan nontes. Penentuan metode penilaian yang akan digunakan selalu diiringi dengan penentuan penggunaan alat pengumpul data. Metode tes digunakan dengan alat penilaian berbentuk tes. Akan tetapi untuk anak usia dini, metode ini jarang digunakan. Namun tidak tertutup kemungkinan metode ini dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Metode nontes digunakan dengan menggunakan alat-alat penilaian nontes. Alat-alat nontes ini dapat berupa: (1) pemberian tugas, (2) interview atau wawancara, (3)observasi, dan (4) portofolio. 1. Pemberian Tugas. Pemberian tugas adalah suatu cara penilaian yang dilakukan degan memberikan tugas-tugas tertentu sesuai dengan kemampuan yang akan diungkap. Penilaian dengan cara ini dapat digunakan dengan cara melihat hasil kerja anak dan cara anak mengerjakan tugas tersebut. Jika guru hanya melihat hasil, guru harus yakinbahwa tugas tersebut dikerjakan oleh anak. Data penilaian yang diperoleh dengan pemberian tugas dapat direkam dengan menggunakan format, daftar ceklis, dan skala penilaian. 2. Interview. Interview atau wawancara adalah penilaian yang dilakukan melalui percakapan atau cerita antara anak dengan guru atau antara anak dengan anak. Percakapan dalam rangka penilaian dapat dilakukan guru dengan sengaja dan topik yang dibicarakan sesuai dengan tema kegiatan pelaksanaan program pada saat itu. Ada dua macam wawancara dalam rangka penilaian, yaitu penilaian wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara hendaknya dilakukan secara alamiah, misalnya pada saat anak bermain. 3. Observasi. Observasi atau pengamatan merupakan alat pengumpulan data penilaian yang dilakukan dengan merekam atau mencatat secara sistematik gejala-gejala tingkah laku yang tampak.Hasil pengamatan sangat ditentukan oleh keterampilan guru melakukan pengamatan dan merekam data yang diperoleh dari hasil pengamatan. Guru sebelum melakukan pengamatan harus berlatih membuat alat pengamatan yang sesuai dengan keperluan pengamatan. Alat tersebut bisa berbentuk ceklis , anekdot, atau skala penilaian. 4. Catatan anekdot (anecdotal record). Merupakan salah satu bentuk pencacatan tentang gejala tingkah laku yang berkaitan dengan sikap dan perilaku khusus, baik yang positif maupun yang negatif. 5. Skala Penilaian. (rating scale). Skala sikap memuat daftar kata-kata atau pernyataan mengenai tingkah laku, sikap dan kemampuan anak. Skala penilaian ada yang berbentuk bilangan, huruf, dan ada yang berbentuk uraian. Skala berbentuk bilangan terdiri dari penyataan yang disebelahnya disediakan bilangan tertentu, misalnya 1-5. Pengamat tinggal memberi tanda cek pada kolomyang telah disediakan. Skala penilaian berbentuk uraian terdiri dari pernyataan atau bentuk kemampuan di satu sisi dan di sebelahnya disediakan kolom titik untuk diisi pengamat dalam bentuk uraian atau kalimat, misalnya lamban, cekatan, sangat lamban, dll. 6. Portofolio adalah pengumpulan pekerjaan seseorang secara sistematik. Portofolio dapat berupa kumpulan hasil kerja anak. Portofolio digunakan untuk mengukur prestasi anak yang bertumpu pada perbedaan individual. | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Wed Sep 03, 2008 2:14 pm | |
| Teori Belajar September 22nd, 2007 | Uncategorized Beberapa teori belajar yang akan di bahas antara lain : Teori belajar Skinner “Operant Conditioning” Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget Teori Belajar Sosial Albert Bandura Teori Belajar Orang Dewasa Teori Pembelajaran Orang Dewasa a) Teori Operant Conditioning Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya. Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur. Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu : Discriminative stimulus (SD) Response Reinforcement (penguatan) - penguatan positif - penguatan negative b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne Teori ini ditemukan oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari : 1. Stimulus dan lingkungan 2. proses kognitif Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut : 1) Verbal information (informasi verbal) 2) Intellectual Skill (skil Intelektual) 3) Attitude (perilaku) 4) Cognitive strategi (strategi kognitif) Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi. Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how” Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”. c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory) Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas. Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu : 1) lingkungan fisik 2) kematangan 3) pengaruh sosial 4) proses pengendalian diri (equilibration) (Piaget, 1977) Tahap perkembangan kognitif : 1) Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun) 2) Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun) 3) Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun) 4) Periode operasi formal Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis. d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory) Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas. P B E Tingkah laku dihadirkan oleh model Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar) Pemrosesan kode-kode simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku, (Bandura, 1976). Skema Proses Kognitif Pembelajar Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku Performance/unjuk kerja Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting. Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi). Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku. Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar. Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut : No Strategi Proses 1 Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri : a. Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif? b. Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut? c. Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut? 2 Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model. a. Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction) b. Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting? c. Apakah model harus hidup atau simbol? Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku. d. Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih? 3 Pengembangan sekuen instruksional a. Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”. Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan 4 Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi. a. motor skill 1) hadirkan model 2) beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secarasimbolik 3) beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual b. proses kognitif 1) Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh 2) Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary 3) Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif 4) Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi. Dari uraian tentang teori belajar sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar. 2. komponen-komponen belajar terdiri dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses kognitif pembelajar. 3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel). 4. dalam perencanaan pembelajaran skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory” pembelajar. 5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu. Ahli lain yaitu Bloom dkk, menjelaskan domain tujuan pendidikan ada tiga ranah yaitu : 1) kognitif, yang berhubungan dengan ingatan, pengetahuan, dan perkembangan kemampuan dan skill intelektual, 2) afektif yang menjelaskan tentang perubahan dalam minat, perilaku (attitudes), nilai-nilai dan perkembangan dalam apresiasi dan penyesuaian , dan 3) psikomotor. 2. Teori Belajar Orang dewasa Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili : a. conditioning b. modelling c. kognitif Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ; a. teori stimulus-respon b. teori medan Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili : a. teori asosiasi atau behaviorisme b. teori organismik, gestalt dan teori medan Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928. Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey. Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut : 1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan 2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter. 3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning). 4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur. 5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar. Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu : 1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya. 2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya 3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan 4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah : 1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa 2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy” Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri. Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan. « Teori Belajar Orang dewasa | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Fri Sep 05, 2008 9:29 am | |
| Mengajarkan sopan santun Semua orangtua pasti senang melihat “perilaku manis” anaknya. Tetapi, sikap sopan dan santun tidak dibawa sejak lahir. Orangtualah yang wajib mengajarkannya sejak dini.Apa yang akan Anda lakukan saat si kecil mengeluarkan kata-kata yang kurang pantas pada orang lain? Mencubitnya, mendiamkannya, atau memarahinya saat itu juga?Semua orangtua tentu berharap anak mereka bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun.Mulailah sejak dini, yaitu segera setelah anak lahir. Pada mulanya, sikap sopan dan santun yang dilakukan anak hanya sebuah pola meniru apa yang dilakukan orangtua. Ini adalah hal yang wajar karena anak masih berpikir konseptis. Tetapi jika anak sudah semakin besar ia akan menyadari bahwa sopan santun sangat penting. Tidak hanya bagi orang lain tetapi juga bagi dirinya. Anak yang santun biasanya akan disenangi dan mendapatkan tempat di lingkungannya.Memang, tidak mudah menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun ini.Dengan membekali anak pengetahuan bagaimana bersikap santun, maka pada akhirnya anak akan kembali pada pendidikan yang telah diberikan orangtuanya. Secara spesifik, berikut kiat mengajarkan sopan santun pada anak yang dapat segera diterapkan sejak anak lahir. Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam “bahasa dan bentuk” yang lain. Sangatlah tepat ungkapan “anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya” Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun. Waspadalah pada setiap tindak tanduk yang Anda lakukan. Si kecil senantiasa mengintai gerak gerik Anda. Ajarkan 3 kata penting “Terima kasih”, “Tolong”, dan “Maaf” adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata “Tolong” jika ingin meminta bantuan anak. Ucapkan “Terima kasih” bila si kecil melakukan sesuatu untuk Anda, dan jangan segan berkata “Maaf” jika Anda berbuat salah.Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain. Latihan sambil bermain Mungkin Anda sudah berusaha mengajarkan sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika anak berhadapan dengan orang lain ia melakukan perbuatan yang kurang santun. Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan santun dengan mengajak anak bermain peran.Coba minta si kecil menjadi tamu dan Anda tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya. Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan minta si kecil berperan sebagai tamu yang sopan. Biasanya, saat berperan anak akan menjadi “aktor” yang baik sehingga ia akan melakukan skenario yang sudah disepakati. Saat anak bersikap santun dalam peran yang dimainkannya pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa Anda sangat menghargai sikap positif ini. Harus konsisten Anak sering lupa bagaimana bersikap baik, sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan tindakan kurang sopan. Jangan langsung memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, “Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya…”Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi. Jangan dijadikan lelucon Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan si kecil saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila Anda atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat si kecil semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekannya. Tunjukkan perhatian Anda Si kecil sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun Anda di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan Anda, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika si kecil menunjukkan perilaku yang sopan dan santun. Apa yang perlu Anda lakukan jika si kecil mendapatkan perlakuan yang tidak sopan atau melihat tindakan yang tidak santun? • Sebaiknya Anda segera memberitahukan si kecil bahwa tindakannya itu tidak baik dan ia tidak boleh menirunya. • Berikan teguran yang sopan pada orang yang telah berlaku tidak santun pada anak Anda. Ini akan menunjukkan bahwa Anda konsisten dan bahwa siapapun yang melakukan sikap tidak santun tetap tidak baik. • Akan sangat baik jika anak yang melakukan teguran tersebut. Akan terasa lebih menyentuh. Kalimat yang keluar dari mulut si kecil mungkin adalah “Tante…kata Mama kalau lewat harus bilang permisi | |
| | | madi Koordinator
Lokasi : cijantung Reputation : 2 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Mon Sep 08, 2008 4:11 am | |
| | |
| | | japrax Presidium
Lokasi : pelukan hangat luna maya Reputation : 29 Join date : 11.04.08
| | | | cah sokoliman Koordinator
Lokasi : tangerang Reputation : 0 Join date : 06.08.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Mon Sep 08, 2008 12:26 pm | |
| :cyclops: tas moco..senut2 ndas'ku... | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Mon Sep 08, 2008 10:28 pm | |
| SEDIKIT YANG AKU TAHU ADALAH.....
ALAM RAYA INI SEKOLAHKU.. DAN PROSES KEHIDUPAN ADALAH GURUKU...
kami adalah anak merdeka tak berpunya tapi merasa kaya semua didunia milik bersama tuk dibagi sama adil dan merata
pertanyaan singkat...: GURU ITU MENDIDIK ATAU MENGAJAR YAAA......??????? | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Sep 11, 2008 12:08 pm | |
| Guru dan Kurikulum dalam Sistem Pendidikan Nasional Guru dan kurikulum adalah komponen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Keberhasilan atau kegagalan dari suatu sistem pendidikan sangat dipengaruhi oleh dua faktor tersebut. Sertifikasi tenaga pendidikan dan pengembangan kurikulum yang belakangan ini tengah dilakukan adalah upaya untuk memperbaiki sistem pendidikan melalui dua aspek di atas. Dalam tulisan ini, penulis ingin menyoroti peran guru dan kurikulum dalam sistem pendidikan nasional. Di sini penulis akan memaparkan kondisi yang ada dan perlunya dilakukan usaha untuk memperbaikinya. Analisis yang dilakukan di sini berdasarkan pengalaman penulis dalam pengajaran dan pengembangan buku pelajaran berbasis kurikulum. Dicari, Guru yang Profesional Guru adalah komponen penting dalam pendidikan. Di pundaknya siswa menggantungkan harapan terhadap pelajaran yang diajarkannya. Benci atau sukanya siswa terhadap suatu pelajaran bergantung pada bagaimana guru mengajar. Saya katakan bahwa guru adalah ujung tombak dalam sistem pendidikan. Sebagai ujung tombak, tentu kita sangat berharap kepada peran guru dan kharismanya di hadapan siswa. Sekarang, mari kita tengok bagaimana peranan guru di kelas. Kita harus berani mengakui bahwa guru berperan besar dalam menjadikan sebuah pelajaran di sekolah sulit dan tidak menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Fakta ini didukung oleh pendapat banyak siswa sekolah yang pernah penulis temui dan pengalaman penulis saat sekolah dulu. Dari pengalaman siswa tersebut, penulis mendapati banyak guru yang tidak punya motivasi dan semangat untuk mengajar di kelas. Entah karena malas atau kurang menguasai materi pelajaran, sering guru tidak hadir di kelas dan kalaupun hadir tidak memberikan pelajaran sesuai dengan waktu yang tersedia. Sering waktu pelajaran di kelas diisi dengan mencatat ataupun mengerjakan tugas tanpa siswa diberi wawasan secukupnya tentang materi tersebut. Ada juga guru yang untuk menutupi kemalasannya dan ketidakmampuannya menguasai materi memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi pelajaran atau membuat makalah dengan topik materi pelajaran yang akan diajarkan. Dengan siswa telah membuat rangkuman atau makalah guru menganggap siswa sudah mempelajari materi tersebut dan menganggap siswa sudah mampu menjawab semua pertanyaan yang berkaitan dengan materi tersebut. Wow, hebat sekali ya! (Jadi, ngapain aja tuh guru?) Guru yang lainnya, untuk menutupi kemalasannya dan kekurangannya, ada yang memanfaatkan otoritasnya dengan bersikap galak kepada siswa. Ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diajarkannya sehingga guru akan lebih leluasa mengajarkan materi pelajaran. Tetapi, sikap ini malah menambah kebencian siswa kepada guru sekaligus juga terhadap pelajarannya. Tidak heran ada istilah guru killer untuk menyebut guru yang mempunyai sikap seperti ini, galak, kurang jelas dalam menerangkan materi, dan otoriter. Apakah seperti ini sikap guru yang sesungguhnya? Wajar saja kalau kegiatan belajar di kelas menjadi kurang menarik dan sulit lha wong gurunya saja tidak pernah memberikan pelajaran sama sekali dan lebih suka marah-marah ketimbang mengajar. Dari mana siswa mendapat tambahan pengetahuan kalau bukan dari guru? Padahal guru bertanggung jawab untuk mengantarkan siswa memahami pelajaran dan membimbing siswa untuk menerapkan pelajaran yang diajarkannya. Berdasarkan pengalaman penulis, sebenarnya banyak cara, metode, dan sarana yang bisa dijadikan bahan dalam mengajarkan suatu materi sehingga dapat menjadi lebih mudah. Sebagai contoh, ketika mengajarkan materi termodinamika dalam pelajaran fisika (kebetulan penulis berlatar belakang fisika) seorang guru dapat menganalogikan hukum termodinamika I dengan krupuk yang sedang digoreng. Krupuk yang digoreng (diberi panas) akan mengalami perubahan volume (membesar) dan kenaikan suhu. Ini sesuai dengan hukum termodinamika I bahwa Q = ΔU + P.ΔV (panas Q mengakibatkan kenaikan suhu (energi dalam) ΔU dan pertambahan volume P.ΔV). Bukankah cara ini lebih efektif? Dan banyak lagi contoh yang bisa dipakai. Tidak pantas bagi seorang guru yang membiarkan siswanya tidak mendapat tambahan pengetahuan. Dan, kebanggaan bagi guru yang mampu menanamkan pengetahuan kepada siswanya dan pengetahuan itu bermanfaat bagi kehidupan di masa yang akan datang. Jadi, kepada guru marilah kita perbaiki sikap dan metode pengajaran yang selama ini kita jalankan dalam mengajarkan satu pelajaran. Dengan memperbaiki sikap dan metode pengajaran kita adalah salah satu jalan untuk membuat pelajaran itu lebih disenangi dan mudah bagi siswa. Kurikulum yang Tidak Membumi Tidak salah lagi, kurikulum adalah salah satu penyebab suatu pelajaran menjadi sangat sulit dan berat untuk dipelajari dan karenanya kurang disukai siswa. Di sini penulis mengambil contoh pelajaran fisika dan kurikulumnya sebagai studi kasus. Kurikulum fisika yang ada tidak seharusnya diberikan pada tingkatan sekolah menengah. Karena menurut kurikulum ini materi pelajaran yang harus diberikan sangat banyak dan terlalu sulit jika dilihat bahwa jam pelajaran yang tersedia sangat terbatas dan siswa pun tidak hanya belajar fisika. Siswa juga harus belajar matematika, biologi, kimia, agama, ekonomi, sejarah dan lain-lain. Jadi, sangat tidak bijak apabila siswa dipaksakan (dijejali) untuk memahami semua materi yang ada di kurikulum. Materi yang harus dipelajari oleh siswa tentang fisika begitu banyak dan mendetail yang masih perlu dipertanyakan haruskah materi ini diajarkan pada tingkat sekolah menengah. Perubahan kurikulum pada dasarnya tidak banyak mengubah materi pelajaran fisika ini karena hanya mengubah susunan atau struktur materi pelajaran. Perubahan kurikulum tidak pernah sama sekali menyentuh hal apakah materi ini layak dan harus diajarkan pada tingkat sekolah menengah. Pelajaran fisika yang selama ini kita pelajari di tingkat sekolah menengah seharusnya dipelajari di tingkat yang lebih tinggi (apa karena ini siswa kita banyak yang menggondol medali emas olimpiade fisika?). Kurikulum yang ada selama ini hanya mampu diikuti oleh segelintir siswa saja yang mampu sedangkan sebagian besar siswa tidak dapat mengikuti apa yang ada di kurikulum. Seharusnya kurikulum dibuat untuk dapat diikuti oleh semua siswa, tidak hanya oleh segelintir siswa yang pintar saja. Berdasarkan pengalaman penulis untuk menjelaskan satu bagian (misalnya, hukum termodinamika I) saja dibutuhkan waktu yang cukup lama. Dan belum tentu bisa dipahami oleh semua siswa karena kemampuan masing-masing siswa berbeda-beda. Akibatnya, tidak cukup waktu yang tersedia untuk menyelesaikan seluruh materi yang ada dalam kurikulum. Akan tetapi, karena kurikulum telah dijadikan pedoman dan bahkan seolah-olah bagaikan kitab suci yang wajib digunakan, kekurangan-kekurangan yang ada dalam kurikulum tidak bisa diganggu gugat. Ini menjadi beban tersendiri buat guru dan siswa. Menurut pandangan penulis, pelajaran fisika seharusnya diarahkan untuk dapat membantu memecahkan masalah yang sering timbul dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran fisika bukan sekedar membahas seluruh aspek dari hukum-hukum fisika secara detil sekaligus menyelesaikan semua perhitungan yang berkaitan dengan hukum tersebut tanpa siswa mengetahui apa manfaat yang nyata dari hukum-hukum tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Bisa dikatakan kurikulum yang ada kurang membumi yang membuat siswa kurang berminat mempelajarinya. Kurikulum yang terlalu padat dan kurang membumi diperparah oleh ketersedian buku sebagai pegangan guru dan siswa dalam pengajaran fisika di sekolah. Ya, harus diakui bahwa buku pelajaran adalah salah satu elemen penting dalam proses pendidikan di sekolah tak terkecuali dalam pelajaran fisika. Di atas telah disebutkan bahwa buku fisika sebagai pengantar memahami pelajaran fisika yang ada tidak representatif. Ini bukan berarti penulisnya yang salah ataupun penerbit yang tidak bertanggung jawab. Penulis maupun penerbit merasa mereka telah membuat buku sesuai dengan kurikulum yang terbaru (kurikulumnya aja ngga jelas!). Dan mereka beralasan buku yang tidak sesuai kurikulum (walaupun lebih membumi dan lebih bisa dibaca (ada ngga ya!)) tidak akan laku dijual. Buku yang sedianya menjadi salah satu elemen penting dalam pendidikan telah terperangkap dalam bisnis semata dan seolah-olah mengabaikan aspek pendidikan. Praktik bisnis ini membuat tidak ada penerbit yang berani membuat buku yang lepas dari pakem dan belenggu kurikulum sehingga buku tersebut bisa lebih membumi dan mudah dipahami. Salah satu ganjalan lain berkaitan dengan kurikulum yang membuat pelajaran fisika menjadi terlihat sulit adalah adanya ujian nasional (UN) sebagai standar kelulusan. Pelajaran fisika (atau sains pada umumnya) yang sedianya dapat dieksplorasi menjadi lebih menarik terbentur oleh batasan-batasan standar ujian nasional. Dengan adanya batasan-batasan ini guru menjadi terbelenggu dan membatasi pengajarannya hanya pada materi yang diprediksi akan keluar dalam UN. Pengajaran fisika yang dapat diarahkan agar lebih menarik digantikan oleh pembahasan soal-soal untuk menghadapi UN. Keindahan ilmu dan penerapan fisika serta merta akan tertutup oleh kekhawatiran bagaimana menyelesaikan soal UN dengan benar. Tentu saja siswa akan merasa bosan dengan metode pengajaran seperti ini tapi apa boleh buat daripada tidak lulus UN bisa berabe. (Mau ditaruh di mana muka gue kalo ngga lulus UN!) Penutup Dengan argumen yang telah dipaparkan di atas, akankah kita diam saja membiarkan praktik semacam ini berlangsung terus? Penulis yakin apabila setiap pelajaran baik fisika maupun pelajaran lain bisa diarahkan agar lebih membumi dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari akan lebih mudah untuk memahami suatu pelajaran. Dengan demikian, guru juga lebih mudah untuk mengajarkan materi pelajaran kepada siswa di kelas. Dan, pada saat itu tidak akan ada lagi yang mengeluh saat mengikuti suatu pelajaran di kelas. foto: glensold.com sumber:http://netsains.com/2008/08/menyoroti-peran-guru-dan-kurikulum-dalam-sistem-pendidikan-nasional/ | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Sep 11, 2008 12:12 pm | |
| Kurikulum Beridentitas Kerakyatan "Kurikulum memang bukan satu-satunya penentu mutu pendidikan. Ia juga bukan perangkat tunggal penjabaran visi pendidikan. Meskipun demikian, kurikulum menjadi perangkat yang strategis untuk menyemaikan kepentingan dan membentuk konsepsi dan perilaku individu warga," kata panelis Agus Suwignyo. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, pada rentang waktu tahun 1945-1949 dikeluarkan Kurikulum 1947. Tahun 1950-1961, ditetapkan Kurikulum 1952. Kurikulum terakhir pada masa Orde Lama adalah Kurikulum 1964. Masa Orde Baru lahir empat kurikulum. Kurikulum 1968 ditetapkan dan berlaku sampai tahun 1975. Selanjutnya muncul Kurikulum 1975. Pada tahun 1984 dibuat kurikulum baru dengan nama Kurikulum 1975 yang Disempurnakan dengan pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pada tahun 1994 dikeluarkan kurikulum baru, yakni Kurikulum 1994. Kurikulum itu menjadi kurikulum terakhir yang dikeluarkan oleh rezim Orde Baru. Pada era reformasi muncul Kurikulum 2004 yang dikenal dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang pada tahun 2006 dilengkapi dengan Standar Isi dan Standar Kompetensi (Sisko) yang memandu sekolah menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Apabila dicermati, penyusunan kurikulum yang silih berganti di Indonesia itu menunjukkan betapa kekuasaan yang berlaku menancapkan kukunya dalam penentuan isi kurikulum. Menurut Bourdieu, setiap tindakan pedagogis yang bertujuan untuk mereproduksi kebudayaan dapat disebut kekerasan simbolis yang sah. Kekuatan kekerasan ini berasal dari hubungan kekuasaan sesungguhnya yang disembunyikan oleh kekuatan pedagogis. Kurikulum yang berlaku dalam suatu negara, termasuk Indonesia, sering digunakan sebagai sarana indoktrinasi dari suatu sistem kekuasaan. Umumnya para pendidik dan masyarakat luas tidak menyadari apa sebenarnya peranan kurikulum di dalam proses pembelajaran peserta didik. Dunia pendidikan memang sering kali menganggap bahwa kurikulum adalah soal teknis belaka. Namun, sebenarnya, berbicara tentang kurikulum adalah berbicara tentang sumber-sumber kekuasaan dalam dunia pendidikan. Kurikulum adalah program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi ilmu pengetahuan antargenerasi dalam suatu masyarakat. Dalam sebuah masyarakat yang homogen, masalah kurikulum tidak terlalu merisaukan. Namun dilihat dari konteks masyarakat yang majemuk seperti Indonesia, kurikulum adalah pertarungan antarkekuasaan yang hidup dalam suatu masyarakat. Kelompok masyarakat yang dominan akan mempertahankan kurikulum untuk mempertahankan dominasinya melalui sistem persekolahan. Sampai sejauh ini pendidikan di Indonesia menggunakan satu kurikulum, yaitu Kurikulum Nasional yang dipakai sebagai acuan tunggal. Semua lembaga pendidikan formal di negeri ini, baik di kota besar, pelosok gunung, maupun di pinggiran pantai, punya kurikulum sama. Dengan demikian, proses pendidikan yang diterapkan adalah dalam upaya membentuk keseragaman berpikir. Melalui proses pendidikan nasional, generasi muda Indonesia dibentuk oleh sistem pendidikan yang mengacu kepada politik etatisme. Melalui Kurikulum Nasional, pendidikan di Indonesia telah menjalani proses yang amat berlainan dengan perkembangan kebudayaan sehingga pendidikan di Indonesia bukan lagi sebagai persoalan kebudayaan, melainkan lebih sebagai kepentingan politik di satu sisi, dan kepentingan ekonomi di sisi lain. Dengan demikian, jika orang masuk ke lorong pendidikan di Indonesia, ia tidak menemukan proses berpikir kritis, tetapi justru menjadi terasing dari lingkungan sosialnya. Identitas kerakyatan Munculnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tampaknya menunjukkan bahwa politik kebijakan pemerintah dalam pengembangan dan operasionalisasi kurikulum mulai desentralistis, akomodatif, dan terbuka. Meskipun demikian, efektivitas perubahan politik kebijakan tersebut dalam menjawab problem fungsional kurikulum masih harus dibuktikan. Melalui kebijakan KTSP, sekolah-sekolah diberi kebebasan menyusun kurikulum sendiri sesuai dengan konteks lokal, kemampuan siswa, dan ketersediaan sarana-prasarana. Kebebasan semacam itu tentu dilatari semangat pembaruan dalam bidang pendidikan yang selama ini dinanti. Pemberian kebebasan kepada sekolah dan guru ini bukan tanpa persoalan. Umumnya para guru yang memang tidak dipersiapkan untuk menyusun kurikulum, tidak cukup memiliki kompetensi dan kreativitas dalam menyiapkan kurikulum dan segenap perangkat pembelajaran. Belum lagi masih ada tuntutan ujian nasional di tengah disparitas mutu, kualitas guru, dan sarana-prasarana belajar yang sangat tajam antardaerah. Bagaimana KTSP menjadi kurikulum yang berfungsi sebagai pedoman dan sarana pencerdasan peserta didik? Menurut seorang pakar pendidikan dari Malanag, T Raka Joni, ketersampaian pesan pada kurikulum bukan bergantung pada materi pesan yang ingin disampaikan, melainkan lebih pada cara menyampaikan pesan (the process is the content, the medium is the message). Dia mengatakan, dampak proses penyampaian pesan itulah yang dimanfaatkan untuk menyampaikan sisi-sisi pesan pendidikan lain—humanisme, kerakyatan, nasionalisme, kebangsaan—yang juga penting dalam kerangka tujuan utuh pendidikan. Akan tetapi, ini justru tidak tepat apabila disampaikan hanya dalam kerangka pikir content transmission model. Sebaliknya, sasaran-sasaran pembentukan seperti kebiasaan bekerja secara sistematis, kepekaan sosial, dan tanggung jawab harus diwujudkan sebagai dampak pengiring (nurturant effects) dari keterlibatan siswa dalam berbagai kegiatan dan peristiwa pembelajaran yang dialami siswa. Berdasarkan dampaknya kepada siswa, kurikulum dibedakan menjadi lima tataran, yaitu kurikulum ideal, formal, instruksional, operasional, dan eksperiensial. Kurikulum eksperiensial adalah makna dari pengalaman belajar yang terhayati oleh siswa sementara mereka terlibat dalam berbagai kegiatan dan peristiwa pembelajaran yang dikelola oleh guru dan sekolah. Oleh karena itu, kurikulum eksperiensiallah yang membuahkan dampak, dalam bentuk perubahan cara berpikir dan bertindak para siswa yang bersangkutan. Oleh karena itu, dilihat dari sudut pandang keberdampakan kurikulum terhadap tingkah laku siswa, pada dasarnya yang eksis hanyalah kurikulum lokal—yang bisa dimanifestasikan dalam KTSP—yang berupa pengalaman belajar yang di- gelar oleh guru dari hari ke hari. Ini berarti, kurikulum formal "tidak banyak bicara" tanpa penerjemahan yang setia di lapangan. KTSP sangat berpeluang untuk mewujudkan kurikulum sekolah yang beridentitas kerakyatan, artinya kurikulum yang benar-benar berpihak kepada khalayak—dalam hal ini anak didik—dalam konteks sosial-budaya dan kehidupan sehari-hari. Identitas dapat dicapai dengan penyusunan pengalaman belajar yang dikontekstualisasi dengan kebutuhan setempat. Dalam konteks Asmat yang berawa, misalnya, tentu pelajaran yang paling berguna adalah penguasaan alam, khususnya sungai serta pengelolaan sumber daya air dan laut. Anak-anak di Langsa, Aceh Timur, perlu belajar mengolah hasil laut, khususnya ikan dan rumput laut, yang selama ini belum tergarap, sedangkan anak-anak Halmahera sangat perlu mengembangkan kesenian tradisional dan bahasa yang beraneka ragam, penyelidikan flora dan fauna. Anak-anak di tempat lain pun mengembangkan pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhan hidupnya dan masyarakatnya. Di sini kreativitas dan keberpihakan guru menjadi sangat penting. Sekolah bisa menjadi arena (field) anak-anak untuk membentuk habitus (kebiasaan) baru tanpa didominasi kepentingan sentralistis yang sebenarnya secara diam-diam masih ditengarai termuat dalam standar isi, standar kompetensi, dan kompetensi dasar yang disusun secara terpusat. Dengan demikian, kebebasan mengembangkan pengalaman belajar itu sungguh terjadi. Tujuan pendidikan yang sesuai kerangka Visi Indonesia 2030—menciptakan masyarakat maju, sejahtera, mandiri, dan berdaya saing tinggi—dapat diarahkan. sumber:kompas.com | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Sep 11, 2008 3:42 pm | |
| bagaimana dgn masa kanak2 yang krn tuntutan sudah dijejali dgn macem2 pelajaran.. sehingga mereka kehilangan kesempatan bermain serta hak2 nya...??? | |
| | | Wonosingo Ngali Kidul Pengawas
Lokasi : Gunungkidul Reputation : 20 Join date : 06.05.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Thu Sep 11, 2008 5:14 pm | |
| - dwikoe wrote:
- bagaimana dgn masa kanak2 yang krn tuntutan sudah dijejali dgn macem2 pelajaran..
sehingga mereka kehilangan kesempatan bermain serta hak2 nya...??? Untuk anak2 yg sudah d jejali dengan berbagai pelajaran itu g maslah. Dan pelajran bukan berarti akan merampas hak bermain anak2. Untuk kondisi d jkt dan daerah, anak2 banyak bermain itu di daerah perkotaan sehingga menyebabkan anak2 tersebut menjadi tidak punya aturan. Tapi anak2 yg ada di daerah, tingkat untuk bermain berkurang, karena ortunya sudah mengajarai berbagai pekerjaan kepada anak sepeerti ngarit, angon dll. Pola pikir anak2 yg bebas bermain dengan anak2 yg d beri pelajaran bekerjapun akan berbeda...Rasa tanggung jawabnyapun anak2 yg di belajari bekerja dari kecil akan penuh tanggung jawab, Di banding mereka yg bebas bermain.... | |
| | | dwikoe Camat
Lokasi : cedak kebun Raya Bogor Reputation : 1 Join date : 19.06.08
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan Fri Sep 12, 2008 3:42 pm | |
| anak punya dunia sendiri... biarkan anak tumbuh dan berkembang sesuai dgn kepribadiannya..
kita tdk boleh memaksa dan mendidik anak sesuai yg kita inginkan, karena anak juga punya hak...
kita hanyalah orang yg terlahir lebih dulu dari mereka.. | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: (Share) Pendidikan | |
| |
| | | | (Share) Pendidikan | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|