VIRUS B I A S A

Keluarga adalah pabrik besar dengan karyawan kecil. Ia memiliki seluruh kompleksitas persoalan yang gagal dan suksesnya bisa dicangkok sebagai ilmu kepemimpinan untuk berbagai skala mulai dari usaha rumahan, perusahaan besar sampai negara. Tentu saya belum pernah memiliki perusahaan besar apalagi pernah menjadi memimpin negara. Tetapi untunglah ada hukum prinsip. Hukum itu bekerja di atas skala apa saja: besar, kecil, berat, ringan.

Saya melihat, ujian kepemimpinan itu lengkap tersedia di sebuah keluarga. Pertama adalah ujian rutinitas. Ujian ini penting sekali. Kalau tak percaya lihat saja, sebagian romantika orang-orang top itu, yang dikagumi di luar itu, adalah pribadi yang tiba-tiba menjadi sangat biasa begitu di rumah. Sepertinya cuma orang lain yang kagum, tetapi keluarga tidak. Di luaran, orang-orang berebut foto dan tanda tangan, di rumah, anak-anaknya sendiri bahkan ogah diajak dolan. Anak-anak lebih gembira pergi bersama teman-temannya. Ujian pertama, di rumah, seberapapun tinggi sebuah prestasi angota keluarga, bisa terlihat sebagai soal yang biasa-biasa saja.

Virus biasa itu akhirnya akan menjalar ke mana-mana. Semuanya akan terancam tampak sebagai biasa. Suami menjadi biasa di mata istri, istri biasa di mata suami, anak biasa di mata orang tua, adik terlihat biasa di mata kakak dan sebaliknya, dan seterusnya. Karena semua terlihat sebagai biasa, makin lama makin merosot nilainya. Suami mulai bosan kepada istri, istri bosan kepada suami, adik bosan berteman dengan kakak dan seterusnya. Jadi rutinitas itu, jika tidak diwaspadai akan mengaburkan nilai-nilai yang sesungguhnya. Dan dari sekadar mengaburkan, rutinitas itu malah akan merusak nilai pada akhirnya.

Karena hanya cukup dengam membiarkan rutinitas itu menjadi kebosanan, sebuah keluarga bisa rusak nilai-nilainya. Lalu rumah tidak akan lagi menjadi pusat nilai karena nilai-nilai itu kemudian pergi keluar rumah. Anggota keluarga akhirnya hanya akan memakai rumah sebagai pusat kepulangan fisik, tetapi hati mereka tidak ada lagi di dalam rumah. Mereka hanya ramai di luar rumah tetapi seluruhnya menjadi pendiam ketika di dalam rumah. Mereka hanya ramai cuma kalau bertengkar saja.

Saya dan Anda, atau siapa dari kita yang berkeluarga memiliki potensi ancaman yang sama: rutinitas di dalam keluarga. Rutin ketemu, rutin bicara, rutin acara. Hanya karena rutin hal-hal luar biasa di dalam keluarga menjadi tampak biasa. Ini harus dicegah. Bayangkan, cuma karena rutinitas sebuah nilai yang begitu berharga bisa terbuang sia-sia. Padahal mengatasi rutinitas itu hanya sebagian kecil dari aspek kepemimpinan. Tugas pemimpin itu pasti tidak cuma harus mengatasi kejenuhan atas soal-soal yang rutin. Tetapi hanya dengan sukses mengatasi ancaman rutinitas ini saja akan mendatangkan hasil yang menakjubkan. Hal-hal yang biasa akan terasa sebagai luar biasa, hal-hal yang luar biasa akan semakin tampak luar biasa. Nilai yang satu menjadi dua dan nilai dua menjadi empat, delapan dan seterusnya.

Dan rumah adalah sebaik-baik tempat untuk berlatih lolos dari ancaman rutinitas ini. Jika sukses, seluruh nilai di rumah akan menarik kita untuk tinggal di dalamnya berlama-lama. Tak ada tempat sebaik dan senyaman rumah. Semakin jauh Anda pergi hanya semakin dalam tertarik untuk kembali menuju rumah. Maka benarlah kalau rumah sering disetarakan sorga karena nilai-nilainya yang lengkap. Karenanya, gagal mendapatkan nilai di rumah setara dengan kehilangan sorga yang begitu dekat, begitu nyata. Karenanya lagi, jika sorga yang dekat-dekat ini saja gagal kita dapatkan, agak sulit membayangkan untuk mendapat sorga yang ada jauh di sana itu. (Prie GS)

Sebuah perenungan pribadi,...
Betapa menjadi hal yang luar biasa bagi saya, saat bisa berkumpul dengan keluarga..tetapi entah karena apa saat melihat mereka terasa berat senyum ini untuk mengembang, mungkin karena banyak hal dan tuntutan saya kepada keluarga saya sehingga dimata saya yang ada kurang ini kurang itu,..hingga pada suatu saat ketika saya menyadari sebuah kata "janganlah mencari kambing hitam disetiap permasalahanmu" saya baru belajar untuk selalu membawa hati dan senyum kehangatan serta perasaan bahagia ketika saya bersua dengan keluarga saya walau dengan keterbasan waktu yang saya punya...
menghargai arti sebuah pertemuan supaya tidak menjadi biasa, agar mendapatkan sebuah nilai nilai yang terkandung didalamnya...

barusan baca status d fb
katanya : mari membiasakan yang benar, jangan membenarkan yang biasa

Lanjoett

kinda wrote:

barusan baca status d fb
katanya : mari membiasakan yang benar, jangan membenarkan yang biasa

Setuju mbak Kinda,.. membiasakan yang benar itu luar biasa,..tetapi benar menurut anda belum tentu benar menurut saya...hehe
menyikapi sebuah moment ataupun kejadian dengan biasa maka akan mengurangi nilai  dari sebuah moment itu,
bagaimana menyikapi sebuah kejadian dengan sikap kita yang terbaik,.yang  mampu diusahakan.

leres mas mayansah
kebiasaan itu semacem simalakama terkadang
ga dibiasain kok ya ga bisa
tapi dibiasain feel nya jadi beda
mungkin memang perlu ganti suasana sesekali
atau paling tidak ganti cara pandang dan cara berpikirnya

Memang begitu seharusnya mbak kinda, bagaimana merubah pola pikir kita menuju kepada perubahan pribadi yang unggul...
‘lahir kuwi utusane batin’ apa yang terlihat lahiriah sebenarnya adalah perintah atau suatu perwujudan dari apa yang ada dalam batin / fikiran, jika anda selalu berfikir positif maka anda juga akan mendapatkan hal-hal yang positif demikian sebaliknya.

Nah, jika anda tidak puas dengan kehidupan anda sekarang ini maka mulailah

merancang seperti apa kehidupan yang anda inginkan dengan mengubah cara berfikir anda kemudian biarlah alam semesta merespon dan menciptakan situasi dan kondisi sesuai kehendak anda.

   

keluar dari zona nyaman itu memang sulit
memerlukan keberanian yang besar dan keikhlasan
terlalu banyak berpikir hanya jalan di tempat, kalo tidak di pikir secara masak2 resikonya besar juga

kenyamanan itu karena sudah menjadi rutinitas, tapi bagaimana membuat rutinitas menjadi moment yang special,  tiap hari kita selalu makan dengan nasi, karena saking biasanya makan nasi maka kita menganggap nasi itu bukan hal yang luar biasa,..tapi betapa luar biasanya nasi bagi mereka yang dalam kesulitan ekonomi sehingga harus berjuang untuk mendapatkan sesuap nasi...
Belajar menghargai dan mensyukuri dengan tidak memandang biasa akan sutau peristiwa mungkin itu cara yang paling efektif untuk keluar dari zona kenyamanan kita. Jika enkau bersyukur maka akan kutambah nikmatku...sego tiwul roso pandan wangi mergo kumpul kaleh keng istri..teh pahit roso susu nadyian urip pahit nanging tetep guyu...

Lanjoet

Masih ingatkah anda tentang kegiatan atau Upacara atau pun apa namanya itu adalah sebuah upaya dari para leluhur kita dulu, untuk merubah pola pikir kita yang negatif kepada pola pikir yang positif....
Sungguh luar biasa implementasinya dalam hidup didunia ini, lakukan perubahan dari cara pandang dan pola pikir.
Mungkin kita tak perlu meniru caranya dengan mengadakan ritual ritualnya, tapi bisa mengambil hikmahnya bahwasanya setelah pikiran kita disterilkan dari pikiran pikiran negatif, harus diisi dengan pikiran pikiran dan tindakkan yang bermafaat bagi diri dan lingkungan sekitarnya.