Gogon dan Jambulnya
Salah satu perubahan menarik yang dialami para senior pemain Srimulat adalah dari sisi penampilannya. Sejarah mencatat, pada reuni Srimulat 1996, Gogon melakukan perubahan gaya penampilannya menjadi rambut ala Mohawk atau jambul yang begitu membuat penontonnya tertawa terbahak-bahak
“Asal muasal rambut ini, adalah ide Kadir. Saya ditakut-takuti beliau. Kadir bilang, Indosiar akan mengurangi jumlah pemain Srimulat karena sebagian dianggap tidak lucu!”
“Anda percaya dengan isu itu, mas?”
“Siapa yang tidak percaya? Kadir pada saat itu berposisi sebagai bos. Dia berhak menentukan siapa saja yang boleh ikut atau tidak! Dia meminta saya merubah penampilan. Lalu saya pilih model seperti ini!”
“Njenengan nyaman dengan gaya jambul, mas Gogon?”
“Wah, Alhamdulillah. Pilihan saya tidak salah. Justru dengan gaya jambul ini, saya punya karakter baru dan bisa membuat saya terkenal sampai sekarang, “ terang Gogon sambil mengelus-elus jambulnya yang lucu.
Soal jambul Gogon, ternyata ada pula senior Srimulat yang telah lebih dahulu mempunyi penampilan berjambul. Beliau dikenal dengan nama Didik Mangkuprojo, seorang pemain Srimulat dari era 70-an yang tinggal di Surabaya. Didik Mangkuprojo di masa era kejayaannya mempunyai penampilan jambul yang membuatnya dikenal di mana-mana. Jambulnya agak berbeda, Didik Mangkuprojo menyisakan sedikit jambul dibandingkan dengan jambul milik Gogon.
“Saya memilih tidak pindah ke Jakarta. Saya memilih tinggal di Surabaya,” ungkap pak Didik di suatu wawancara siang di Surabaya. Didik Mangkuprojo mungkin mewakili citra pemain Srimulat daerah yang tidak tertarik untuk membesarkan diri di Jakarta. Ia memilih lebih berada di Surabaya dan menjalani hidup dengan penuh kesederhanaan.
“Pada masa Srimulat masuk ke Indosiar, saat itu pemain Srimulat mencapai tingkat kesuksesan secara materi. Kita semua punya job panggilan tiada henti. Saya pernah menerima Job sebanyak 48 kali dalam sebulan!” Ujar Gogon dengan penuh semangat.
“48 kali dalam sebulan? Bagaimana cara membaginya?” kejar saya dengan rasa penasaran.
“Begini, pada masa jaya 1996-2003, kita pemain Srimulat hidup dari satu bandara ke bandara lain. Berpindah dari satu kota ke kota lain. Dari hotel ke hotel. Kami biasa pentas 2 kali dalam sehari. Saya yang hitungannya pemain muda saja sulit mengatur waktu.” Terang Gogon dengan semangat. “Tidak ada waktu untuk istirahat. Setiap hari kita harus membuat orang tertawa. Tapi kalau mereka tahu kondisi kita sebenarnya, wah kita ini stress banget, mas.”
“Tapi job yang banyak sebanding dengan honornya yang gede kan, Mas?” Kejar saya setengah bercanda. Gogon tertawa lepas mendengar komentar tersebut. Dari bayang di matanya, saya tahu ia sedang tenggelam dalam kenangan yang begitu membahagiakan.
Silaturahmi Presiden SBY dan Srimulat
Kembali ke soal Gogon, ada berbagai macam pengalaman aneh, unik dan tidak biasa yang sering dialaminya. Entah karena memang bakat atau kemampuan Gogon untuk meramal, ia kerap mengeluarkan pernyataan yang bisa terjadi di masa depan.
“Saya pernah ngomong ke Pak Nurbuat, bahwa suatu saat Srimulat akan dipanggil Presiden SBY! Dan itu kejadian. Grup Srimulat pernah diundang ke Cikeas untuk bertemu dengan SBY!”
Keterangan Gogon ini terbukti pada saat tahun 2006, kelompok besar Srimulat hadir di puri Cikeas, tempat kediaman presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka bersilaturahmi sekaligus bertukar pikiran tentang nasib kesenian Indonesia di layar kaca.
[ Srimulat di kediaman dan Presiden SBY – dokumentasi Eko Saputro]
“Usai sowan dari tempat pak Presiden, saya bersama Koko main ke Indosiar. Kita bertemu dengan produser di sana. Cerita banyak tentang pesan-pesan SBY ke Srimulat!”
“Lho? Pak Presiden pesan apa mas ke sampeyan?”
“Pak SBY menanyakan, kenapa Srimulat tidak ada lagi di televisi. Keprihatinan beliau saya sampaikan ke Indosiar. Saya berusaha membuat Srimulat bisa tayang lagi di Indosiar! “
“Lantas?”
“Saya ngomong apa saja. Koko tampak kaget dengan rencana mendadak yang saya presentasikan ke Indosiar. Kami saling menginjak kaki waktu presentasi. Hahahha...untungnya, manajemen produksi Indosiar menerima usulan kami berdua. Akhirnya kita punya program Srimulat 3G!”
Cerita Gogon tersebut diamini Mas Koko yang saat kejadian berlangsung merasa kaget dan tidak siap dengan rencana Gogon. Ia sama sekali tidak menduga bahwa Gogon ‘berani’ membawa nama Presiden untuk mempresentasikan rencana penayangan program Srimulat kembali. Mungkin baru pertama kali di dunia, sebuah program acara televisi terjadi karena usulan seorang Presiden. Yang awalnya dari sebuah guyonan dan obrolan, menjadi sebuah mata acara yang menampilkan Srimulat ke Indosiar kembali.
“Saya percaya Pak SBY tidak bakal marah. Lha, beliau kan senang dengan Srimulat. Wajar kan bila saya menyampaikan pesan beliau. Hehehehe..” Usul Gogon di pertemuan itu akhirnya membuat Indosiar memutuskan kembali menghadirkan tayangan Srimulat dengan nama Srimulat 3G. Sebuah strategi cerdas mengembalikan Srimulat kembali ke televisi. Semoga saja Pak SBY tidak tahu tentang hal ini ...