Menghidupkan Budaya Malu Demi Prestasi
25/04/2008 08:05:08 MADRASAH Tsanawiyah Negeri (MTsN) Gubugrubuh, Kamis (24/4) genap berusia 40 tahun. Pada usianya yang sudah memasuki usia dewasa ini MTsN Gubugrubuh bertekad untuk menempatkan diri sebagai sekolah pilihan, bukan tempat pelarian bagi lulusan SD/MI yang kemampuannya pas-pasan dengan modal menghidupkan budaya malu di kalangan sivitas akademika.
Meskipun sudah memasuki usia ke 40, namun peringatan ulang tahun baru kali pertama dilakukan pada Kamis (24/4) kemarin, dengan menghadirkan seluruh mantan Kepala MTsN Gubugrubuh, para pendiri sekolah termasuk para tokoh ulama dan masyarakat sekitar. Dalam kesempatan tersebut hadir pula mantan Kepala MTsN Gubugrubuh yang sekarang menjabat Kakanwil Depag DIY Drs H Affandi MPdI dan Kasi Mapenda Kandepag Gunungkidul Ahmad Fausi MSi mewakili Kakadepag.
Maksud diselenggarakan ulang tahun selain sebagai ungkapan syukur, juga sebagai bentuk penghormatan kepada para pendiri sekolah yang sebelum menjadi MTsN pada 24 April 1968 merupakan Pendidikan Guru Agama (PGANU). ”Juga memberikan motivasi kepada guru dan siswa untuk lebih serius dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar sekaligus untuk berdoa bersama menghadapi Unas 2008 nanti,” kata Kepala MTsN Gubugrubuh Arif Gunadi SAg MPdI ketika ditemui KR disela-sela upacara peringatan Ulang Tahun MTsN Gubugrubuh ke 40 yang terletak di Dusun Gubugrubuh, Desa Getas, Kecamatan Playen.
Kegiatan HUT MTsN Gubugrubuh di antaranya bhakti sosial di Dusun Ngronggo, Desa Getas dan jalan santai seluruh guru dan siswa pada Rabu (23/4). Juga dilaksanakan diskusi ilmiah dan lomba akademik dan non akademik yang diikuti siswa di sekolah ini. Sedangkan puncak acara selain upacara juga pemberian penghargaan kepada mantan Kepala MTsN Gubugrubuh, para pendiri dan ditutup mujahadahan dengan menghadirkan KH Drs A Kharis Masduki MSi.
Arif Gunadi yang baru menjabat sebagai kasek sejak 2007 lalu ingin menerapkan pendidikan ala pesantren. Yakni, para guru, karyawan terlebih para siswa hendaknya memiliki budaya malu, di antaranya malu jika tidak berprestasi, malu tidak disiplin, malu jika terlambat datang dan lainnya. Jika seluruh elemen di sekolah ini sudah bisa menerapkan budaya malu, maka akan berdampak pada kualitas kinerja dan semangat belajar.
Diakui, untuk bisa maju dan siap berkompetisi butuh sarana dan prasarana yang memadahi, namun di sekolah ini masih banyak keterbatasan di antaranya laboratorium komputer yang belum lengkap, belum ada laboratorium bahasa dan teknologi informatika yang bisa melihat dunia luar. Juga tanah yang ditempati masih sewa milik Desa Getas dan keterbatasan infrastruktur lainnya.
Kepala Kanwil Depag DIY Drs H Affandi MPdI dalam sambutannya menyatakan, menilai sudah banyak kemajuan di MTsN Gubugrubuh, selain kedisiplinan dan ketertiban sudah mulai nampak, juga potensi guru yang masih muda-muda diharapkan akan mampu mendidik siswa untuk lebih berprestasi.
Dijelaskan oleh Affandi, berdirinya Madrasah di DIY sebenarnya diilhami setelah MTsN Gubugrubuh berdiri. Madrasah di beberapa wilayah di DIY ini guru-gurunya sebagian berasal dari MTsN Gubugrubuh. ”Untuk itu para guru dan siswa di sekolah ini tidak perlu pesimis, jika memiliki tekad dan semangat pasti akan memperoleh prestasi yang gemilang,” katanya.
Fri Apr 25, 2008 7:14 pm
