It's Real or....

Ketika saya sedang makan di kantin sekolah, di bangku sebelah saya ada sekelompok siswa yang sedang asyik menikmati makanannya di kantin sambil berbincang ringan. Saya pun tak sengaja mendengar omongan beberapa di antara mereka. Dengan biasa dan tanpa beban sedikit pun, salah satu diantara mereka berkata “Hei, calon-calon TKI, calon-calon SPG, kalian sudah mengerjakan PR belum?...)
Dan yang tak terduga, yang lain menyahutnya dengan, “ He…he…belum lah, Ibu calo TKI…”
Kontan saja setelah mendengar perbincangan itu saya terheran-heran, sedikit kaget dan ingin ketawa. Begitu lugukah dan sederhanakah harapan mereka itu? Dan saya langsung berpikir hal lain, “ Ah, biasa lah. Becandaan anak SMK, ga mungkin serius…”, (seraya dalam hati berkata, Yah semoga harapan dan cita-cita kalian tidak sesederhana itu. Semoga ini hanya sebatas “guyon” alias becandaan saja. )
Tapi bagaimana jika anggapan seperti itu sudah ada dan menjadi hal yang begitu familiar? (semoga tidak…)



Rhey_dicsi_UNY

TKI juga pekerjaan yg mulia kok..bahkan sekarang mereka berjuluk "Pahlwan Devisa"

Lihat saja disaat mereka pulang dg segepok Dollar, Ringgit, Yen, Dinar atau lainnya mereka disanjung2, bahkan tdk sedikit sampai kelewatan nyanjungnya sambil berharap dan setengah memaksa, recehan dolarnya jatuh (lihat saja oknum petugas imigrasi, oknum petugas dishub, or oknum petugas polisi) dan meski disaat mereka terkena kasus di negara mereka bekerja pemerintah dan oknum2 itu seolah tutup mata. Boro2 mau menolong menyelesaikan kasusnya. dan tidak sedikit yg harus menyerahkan harta,harga diri dan juga bahkan nyawa.

Namun,menurutku tidak ada salahnya jadi TKI atau bercita2 jadi TKI dari pada mereka2 yg hanya berpangku tangan mengharap belas kasihan orang tua, tetangga atau pemerintah, tanpa ada usaha apapun. Terlebih jika mereka musti mengorbankan rakyat jelata (contoh korupsi memakan hak orang, menginjak2 hak2 para buruh atau karyawannya dengan segala perilaku dan kekuasaannya serta keserakahannya (lihat oknum pengusaha yg semena2)., atau orang2 yg hanya menjadi sampah masyarakat.

Saya pikir menjadi TKI lebih mulia daripada yg disebut diatas.
Asal mereka mengerti benar tentang prosedurenya. Tidak sedikit setelah mereka pulang kini jadi orang "sukses" yg bisa berpatisipasi utk memajukan masyarakat sekitarnya.

Saya salut atas kerja keras dan usaha para TKI terutama member FKOG.

terima kasih mohon maaf bila tidak berkenan.
Regards,
Kandar ( dulu mo jadi TKI tapi ora duwe duwit nggo sangu lan ngurus Visa, Pasport dll).

ya... setuju karo kang kandar !!

TKI apa yang salah disana ? nothing !!

tinggal kita bagaimana memandang TKI tersebut, cobal lah pandangan di rubah dan mungkin pandangan ini di tularkan kepada adik2 kita yang masih di bangku sekolah, Jadilah TKI yang professional artinya, TKI yang berperan, selama ini kita terkurung pada pandangan bahwa TKI adalah pekerja kasar, PRT, buruh pabrik, sopir, dan lain sebagainya yang intinya pekerja rendahan. Coba pandangan itu di rubah dan di tanamkan ke "mereka" jadilah TKI yang professional, seperti orang asing yang datang ke Indonesia, orang korea, jepang, india, eropa, amerika, mereka datang ke indonesia blom tentu mereka lebih pinter lho, lebih bodoh iya, tapi mereka bisa jadi atasan di indonesia mereka tenaga asing, dan tentunya orang indonesia yang bekerja di luar negeri juga di anggap tenaga asing bagi negara tersebut.

sekarang semangatnya dirubah, janganlah menempatkan diri di pekerja rendahan bila jadi TKI. memang susah merubah pandangan tersebut, birokrasi juga bebelit, dan keahlian juga harus mumpuni biar tidak "ngisin-isini".

mari kita rubah cara pandang kita !!

jadikanlah bahasa jawa dan indonesia jadi bahasa tidak resmi dunia. [mimpi gak ya ini] ha ha ha....

matur tengkyu !

rhey wrote:

“Hei, calon-calon TKI, calon-calon SPG, kalian sudah mengerjakan PR belum?...)
Dan yang tak terduga, yang lain menyahutnya dengan, “ He…he…belum lah, Ibu calo TKI…”
Kontan saja setelah mendengar perbincangan itu saya terheran-heran, sedikit kaget dan ingin ketawa. Begitu lugukah dan sederhanakah harapan mereka itu? Dan saya langsung berpikir hal lain, “ Ah, biasa lah. Becandaan anak SMK, ga mungkin serius…”, (seraya dalam hati berkata, Yah semoga harapan dan cita-cita kalian tidak sesederhana itu. Semoga ini hanya sebatas “guyon” alias becandaan saja. )
Tapi bagaimana jika anggapan seperti itu sudah ada dan menjadi hal yang begitu familiar? (semoga tidak…)



Rhey_dicsi_UNY

sebenarnya mbak rhey coba mengangkat apakah sedemikian rendahnya idealitas para generasi bangsa ini???
dan harapannya semoga nggak sampai seperti itu...

lha monggo yang punya usul solusi atau opini tentang hal tersebut...
monggo selain mas kandar dan kang pardjimin...!!!

Beranikah Anda memiliki Cita-cita??


"Bahaya terbesar bagi sebagian besar dari kita bukanlah cita-cita yang terlalu tinggi dan kita gagal menggapainya, melainkan cita-cita itu terlalu rendah dan kita berhasil meraihnya." (Michelangelo)