Coretan-coretan dalam menggapai cahaya Ilahi dengan jalan spiritual

Dijaman sekarang ini masih banyak sebagian orang yang sudah merasa cukup atau puas atas pekerjaan dan penghasilan yang mereka dapat, dipihak lain sebaliknya tidak pernah kunjung puas atas segala yang diraihnya. Tetapi diantara sebagian orang banyak bergelut dengan kegelisahan, kekhawatiran dan kebingungan bagaimana mendapatkan penghasilan hanya sekedar untuk makan apalagi untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Apapun kondisinya sedikit sekali yang memberikan perhatian kepada Spiritual. Spritual itu sendiri akan dijelaskan lebih jauh di coretan berikutnya agar lebih jelas dan mendalam. Karena siapapun mereka dan apapun yang melatar belakangi mereka baik terlihat dipermukaan konsepsi Spritual tersebut bias saja muncul sewaktu-waktu.
Dipihak lain ada yang beranggapan Tuhan itu ada hanya sebagai pelengkap dari kemunafikan karena dianggap suatu ilusi serta di pihak lain masih tetap mempercayai kebenaran abadi akan kemungkinan hati akan Tuhan. Sehingga apapun yang menjadi suatu perwujudan tidak ada nilai apapun karena kebenaran abadi adalah Tuhan pencipta semesta alam.
Orang yang berhati suci adalah perwujudan dari pernyataan semesta alam yang tunduk dan patuh terhadap hukum Tuhan ( sunnatulah) sehingga bisa seiring sejalan den seimbang.
Alam semesta dan manusia merupakan salah satu bukti perwujudan keseimbangan yang selaras sebagai contoh seluruh planet bumi dan lainnya mengitari matahari, bulan mengitari bumi terus menerus tanpa henti tidak saling mengungguli dan tidak saling memperkuat dan menyatakan siapa dirinya. Hal itu juga tercermin dalam diri manusia yang terdiri dari sel, organ, otot dan tulang, semua berjalan dalam kapasitasnya.
Jantung berfungsi sebagai jantung, paru-paru berfungsi sebagai paru-paru yang menghimpun oksigen ke seluruh tubuh, walaupun jantung berperan sangat penting tapi tidak pernah saling mengngungguli, jantung tidak pernah tahu bahwa dia jantung, begitupun dengan organ yang lainnya, semua tunduk dan patuh terhadap hukumnya (Sunnatulah).
Tapi apabila satu organ rusak akan berpengaruh kepada seluruh organ lainnya. Sama halnya dengan alam semesta, salah satu planet terganggu keseimbangannya akan berpengaruh dengan lainnya, karena tatanan hukum sudah dirusak.
Maka dengan spiritualis akan lebih terlihat serta akan dapat diketahui makna yang terkandung dan hikmah dibelakangnya, karena manusia hanya bias merasakan apa yabg dilihat dan apa yang diraba terhadap suatu permasalahan hidup tanpa jeli melihat hikmah yang terkandung dibelakang atau dibaliknya.
Insya Alolh dengan spritualitas hal tersebut terjawab dengan pencerahan makna dan arti sehingga dapat menimbulkan dorongan kuat yang memberikan pengaruh besar dalam hati setiap insan.
Hal tersebut memberikan pedoman dalam keimanan kepada sang ghaib dengan lebih nyata dibandingkan dengan semua yang dapat didengar dan diraba.
Dorongan yang kuat tersebut juga merupakan dasar agama yang melahirkan keimanan kepada Allah Swt. Tidak dapat dikatakan menjadi sebuah makna. Spritualitas yang baik, bila keberimanannya tersebut disebabkan karena pengharapannya untuk mendapatkan pujian atau karena ketakutan pada hukumannya. Akan tetapi alangkah baiknya adalah karena kecintaan dan ingin mengenal Tuhan semata, bukan karena alasan apapun yang melatar belakanginya.
Masalah dapat terjadi karena suatu pembalikan dari kebenaran yang hakiki,kebenaran ilmiah. Yang selalu nampak dalam indera kita sebenarnya, Manusia tidak biasa dan tidak mungkin menemukan kebenaran hakiki dalam pengalaman-pengalaman yang terjadi pada masa lalu. Ia hanyalah bentuk dari pola pengulangan, dan yang dapat manusia pelajari hanyalah bagaimana pola itu bekerja dalam kehidupan manusia harus bergerak lebih maju melampaui segala pengalaman dan masa lalu. Kebaikan tak saling mengngungguli, keutuhan dan peningkatan kualitas adalah bagian dari kerangka kerja Alam Semesta, pengingkaran dan penolakan System Alam Semesta adalah kehancuran yang tak tergantikan. Maka dari itu dengan spiritual akan dapat menguak penyebab masalah-masalah yang sesungguhnya seperti persepsi alam semesta yang menumbuhkan cinta pada Allah Swt pada hati setiap insan dalam memahami perjalanan spiritual.
Proses kehidupan senantiasa maju seperti halnya ruang dan waktu, maka dari itu kita harus meninggalkan masa lalu kita yang lebih terbentuk karena keterbatasan. Kita harus memiliki kehidupan sendiri serta menjalani kehidupan kita sendiri, kita tidak perlu menjadi orang lain atau menjalani kehidupan orang lain apakah kita baik sebagai saudara, istri/suami, kawan orang tua bahkan cerminan idola ( pengen jadi seperti Artis)..........Orang raungan yang nggak jadi artis...He..he...
Kehidupan yang menurut arahan orang lain atau kehidupan yang hanya dijalani berdasarkan pada kehidupan orang lain akan menjadikan diri kita katak dalam tempurung, yang hanya bisa loncat berdasarkan besarnya tempurung atau jalan di tempat.
Bersambung