Forum Komunitas Online Gunungkidul |
| | Tradisi Babat Dalan Giring | |
|
+5k_lop giadi_pcs kandar Nugroho S SAPTO SARDIYANTO 9 posters | Pengirim | Message |
---|
SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 06, 2008 4:38 pm | |
| Babat Dalan Giring
Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul INDONESIA
Desa Giring merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Paliyan. Desa yang terletak di bagian selatan Kota Wonosari ini wilayahnya relatif dekat dengan jalan raya. Oleh karena itu, jaringan listrik sudah masuk hampir di semua wilayah Giring. Ada enam dusun yang ada di bawah Desa Giring, yaitu Bulu, Singkil, Pengos, Gunungdawa, Pulebener, dan Nasri. Mayoritas wilayah Desa Giring, merupakan tanah kering, dan sebagian berupa hutan, sedikit tanah sawah dengan variasi tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah, dan kedelai. Sebagian besar rumah tangga Desa Giring masih mengkonsumsi kayu bakar untuk keperluan dapurnya. Kebutuhan air dipenuhi dari sungai atau danau yang ada di desa tersebut.
Desa Giring mengingatkan adanya nama tokoh yang cukup dikenal. Dari cerita yang berkembang dalam masyarakat mengenai desa tersebut. Desa Giring memang terkait dengan beberapa peristiwa, seperti misalnya upacara Babat Dalan yang terkait dengan tokoh Ki Ageng Giring, yang dulu dikenal dengan nama Kyai Ageng Wonomenggolo, putra Majapahit Prabu Brawijaya IV.
Menurut cerita, dahulu di Giring dan Sada pernah terjadi wabah atau pagebluk. Para tokoh masyarakat kemudian berupaya mencari makam Ki Ageng Giring. Pada saat mencari makam tersebut, di sepanjang jalan mereka "mbabati" atau membersihkan jalan yang menuju ke lokasi makam. Sepanjang jalan mereka mendapati sebidang tanah yang bau wangi dan tulang/bangkai burung berceceran disekitarnya. Saat membuat jalan tersebut, ditemukan beberapa buah benda yaitu tutup kepala dan sebuah tongkat (diberi nama teken dan kethu) yang dipercayai bahwa benda tersebut milik Ki Ageng Giring. Para pencari makam tadi melakukan semedi dan berjanji akan melakukan syukuran "ambengan" bila Desa Giring dan Sada dapat kembali seperti dulu tanpa pagebluk. Ki Ageng Giring secara kebetulan disemayamkan di Desa Sada.
Cerita tersebut mengandung ajaran kepada seseorang untuk "membersihkan jiwa dari hal-hal yang tidak baik", mengingat Ki Ageng Giring adalah murid Sunan Kalijaga. Dahulu masyarakat setempat melaksanakan upacara ini di masjid Sada dengan sarana upacara adalah "ringin kurung" harus diikat dengan janur, dan mereka membawa clathung (arit) untuk mengambil janur yang dipasang pada pohon kukun (yang ditanam oleh sesepuh Giring).
Sekitar tahun 1985, upacara Babat Dalan sudah tidak lagi diperhatikan oleh masyarakat setempat, khususnya Desa Giring. Kini upacara tersebut hanya diselenggarakan secara individual dengan membuat ambengan dan pengajian. Orang-orang dusun sendiri membawa ambengan, yaitu nasi di tenggok dan lawuhan (lauk pauk).
Upacara Babat Dalan diselenggarakan satu tahun sekali di Desa Giring dan Desa Sada, setelah petani panen padi yaitu pada hari Jumat kliwon pukul 15.00 WIB. Upacara ini diadakan pada hari tersebut karena ada hubungannya dengan saat utusan dari Kraton mencari tempat makamnya Ki Ageng Giring. Dahulu upacara tersebut dilaksanakan secara bersama-sama di Desa Giring, namun dalam perkembangannya, kedua desa masing-masing melaksanakan sendiri.
Tujuan utama diadakannya upacara ini untuk mengingatkan ajaran–ajaran Ki Ageng Giring yang terkandung dalam upacara Babat Dalan yaitu mendekatkan diri kepada Yang Maha Agung, keprihatinan, dan keteguhan hati dalam keimanan. Selain itu, berkaitan pula dengan adanya kepercayaan supaya warga desa diberi keselamatan dan kesejahteraan dengan mengadakan upacara tradisional tersebut.
Pada hari Kamis Wage, dusun-dusun yang berada di wilayah Desa Giring, mengadakan malam tirakatan, dan pada pagi harinya, Jumat Kliwon, semua sesaji yang telah dipersiapkan dibawa ke balai desa tempat upacara.
Sesaji yang diperlukan dalam upacara Babat Dalan berupa: - Abon–abon, yang berisi kemeyan, tembakau, kemmbang telon, dan sekedar uang, - Jenang, dengan warna abang, abang-putih, baro-baro, moncowarno, pliringan, dan blowok - Tumpeng, yaitu among-among, tempung asmpur, ambengan, nasi wudhuk-ingkung ayam, jadah woran, abon kelapa, pisang ayu, brakahan (polo kependhem, polo gumantung),
Setiap sesaji mempunya makna dan tujuan tertentu: - Nasi liwet, untuk menghormati yang menjaga kelestarian luar dan dalam rumah masing–masing, - Jenang merah putih, untuk menghormati terjadinya kedua wahyu dari ayah dan ibu, - Jenang merah, untuk menghormati penguasa Sangkala yaitu Baginda Ambyah, - Jenang baro–baro, untuk peringatan wahyu yang lahir bersama penetapan namun lain tempat, - Jenang moncowarno, untuk memperingati kiblat empat lima yang ditempati, - Jenang piringan, untuk memperingati sahabatnya Nyai Roro Kidul, - Tumpeng Among, untuk memperingati malaikat pamomong semua warga masyarakat dan hak pemilikan semua warga, - Tumpeng Sampur, untuk melambangkan saat menerima wahyu agar bisa sempurna dan lestari, - Nasi Ambeng, untuk peringatan para arwah leluhur yang telah mendahului menghadap Yang Maha Agung, - Nasi Memule, untuk peringatan semua yang ada di muka bumi dan di bawah langit, - Nasi Tumpeng Batok Bolu, untuk peringatan yang berkewajiban menjaga sebelah pintu kiri luar dan dalam, - Apem Goreng, permohonan ampun bilamana banyak kesalahan para arwah leluhur agar semua sukma yang masih di pintu neraka segera diterima disisi Yang Maha Agung, - Nasi Tumpeng Alus, permohonan agar semua permintaan dikabulkan, - Pisang Ayu, untuk mangayu–ayuning bawono murih raharjaning praja dalam arti semua keberadaan di muka bumi dari Yang Maha Agung wajib dilestarikan, - Brakalan (polo kependem, polo rambat), untuk mengingatkan bahwa masa hidupnya Ki Ageng Giring adalah petani yang menanam jenis tanaman tersebut dan tidak lupa makan jenis makanan tadi, yang menggambarkan cara hidup sederhana.
Sebelum acara dimulai, pemimpin upacara membacakan satu per satu jenis sesaji, dan para pesertanya menyetujui dan membenarkannya. Tepat pukul 15.00 WIB, upacara dimulai dengan mengikrarkan ujub oleh sesepuh desa disertai dengan pembakaran kemenyan dan pembacaan mantra suci, yaitu pemusatan hati ke alam semedi menurut kepercayaan masing-masing. Setelah itu dilanjutkan dengan doa selamat.
Selesai doa selamat, semua sesaji yang berupa nasi dan lauk pauk dimakan bersama. Biasanya ada sisa nasi yang dibawa pulang, baik untuk keluarga yang tidak bisa ikut upacara, maupun untuk dikeringkan menjadi aking. Aking tersebut dicampur dengan benih padi agar ketika benih tersebut disebarkan di lahan, para warga akan memperoleh hasil panen yang baik, karena sudah mendapat berkah dari Ki Ageng Giring.
RSS RSS Feed
sumber :gudeg | |
| | | Nugroho S Koordinator
Lokasi : Cirebon Reputation : 10 Join date : 27.09.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 06, 2008 5:26 pm | |
| Itu salah satu budaya jawa yang masih ada mas, perlu di lestarikan. :(0)*: | |
| | | kandar Presidium
Lokasi : jakarta asli Kemiri, Tanjung sari Reputation : 25 Join date : 23.08.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 06, 2008 7:40 pm | |
| [quote="SAPTO SARDIYANTO"]Babat Dalan Giring
Desa Giring, Kecamatan Paliyan, Gunung Kidul INDONESIA
Desa Giring merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Paliyan. Desa yang terletak di bagian selatan Kota Wonosari ini wilayahnya relatif dekat dengan jalan raya. Oleh karena itu, jaringan listrik sudah masuk hampir di semua wilayah Giring. Ada enam dusun yang ada di bawah Desa Giring, yaitu Bulu, Singkil, Pengos, => Gunungdawa,
Iki perbatasan karo desoku...
Biyen cilikanku nek babat dalan ki digawake banyu nganggo jrigen cilik njuk kon nggo adus..
Ning saiki ketoke wis ora ono.. | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Tue Oct 07, 2008 12:57 pm | |
| - Nugroho S wrote:
- Itu salah satu budaya jawa yang masih ada mas, perlu di lestarikan. :(0)*:
betul pak semoga tradisi ini tidak tergusur dg masuknya budaya luar tetap exis dan bisa dinikmati oleh anak cucu kita | |
| | | giadi_pcs Camat
Lokasi : sudirman jakpus Reputation : 3 Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Thu Oct 09, 2008 8:28 pm | |
| wah jaman sekolah mbiyen , nek pas nggiring babad dalan langsung meluncur ke TKP jan rame tur yo panganan akeh nan | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Thu Oct 09, 2008 11:04 pm | |
| aku yo kerep dolan nek ngireng babad dalan...!!!! omah ku gor cedak ro kono.. :lol: :lol: :lol: | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Fri Oct 10, 2008 2:34 pm | |
| wah nek ngoten jan jenengan ngertos sanget niku jih mas mbok kulo di pun paringi fotone pas acara puniko
wasalam, | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Fri Oct 10, 2008 6:15 pm | |
| | |
| | | giadi_pcs Camat
Lokasi : sudirman jakpus Reputation : 3 Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Fri Oct 10, 2008 7:18 pm | |
| weh jan sok nek ketemu neng GK ngejak aku wae mas , tak sotrete | |
| | | suprihono Camat
Lokasi : Kemayoran,Jakarta Pusat Reputation : 5 Join date : 29.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Fri Oct 10, 2008 8:24 pm | |
| | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Sat Oct 11, 2008 9:50 am | |
| | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Sat Oct 11, 2008 7:31 pm | |
| ho'o ki men tambah terkenal kebudayaan gunungkidul ki pokoke | |
| | | suprihono Camat
Lokasi : Kemayoran,Jakarta Pusat Reputation : 5 Join date : 29.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Sun Oct 12, 2008 3:47 pm | |
| Membicarakan Tokoh Ki Ageng Giring, menurut saya ada satu cerita rakyat yang menarik juga untuk saya kemukakan disini, mengenai cerita terbentuknya sungai (baca : Kali ) GOWANG dan jejak-jejak situs kerajaan Mataram. Situs Makam Ki Ageng Giring Makam Ki Ageng Giring III merupakan makam pepunden Mataram yang diyakini oleh sementara masyarakat sebagai penerima wahyu Karaton Mataram. Makam kuna itu terletak di Desa Sada, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, atau sekitar 6 kilometer ke arah barat daya dari kota Wanasari. Menurut Mas Ngabehi Surakso Fajarudin yang menjabat jurukunci makam Giring, disebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah salah seorang keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri, yang hidup pada abad XVI. Dari perkawinannya dengan Nyi Talang Warih melahirkan dua orang anak, yaitu Rara Lembayung dan Ki Ageng Wanakusuma yang nantinya menjadi Ki Ageng Giring IV. Pencarian wahyu Keraton Mataram itu konon atas petunjuk Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Giring disuruh menanam sepet (sabut kelapa kering), yang kemudian tumbuh menjadi pohon kelapa yang menghasilkan degan (buah kelapa muda). Sedangkan Ki Ageng Pemanahan melakukan tirakat di Kembang Semampir (Kembang Lampir), Panggang, Gunung Kidul. Menurut wisik 'bisikan gaib' yang didapat, air degan milik Ki Ageng Giring itu harus diminum saendhegan (sekaligus habis) agar kelak dapat menurunkan raja. Oleh karenanya Ki Ageng Giring berjalan-jalan ke ladang terlebih dulu agar kehausan sehingga dengan demikian ia bisa menghabiskan air degan tersebut dengan sekali minum (saendhegan). Namun sayang, ketika Ki Ageng Giring sedang di ladang, Ki Ageng Pemanahan yang baru pulang dari bertapa di Kembang Lampir singgah di rumahnya, dalam keadaan haus ia meminum air kelapa muda itu sampai habis dengan sekali minum. Betapa kecewa dan masygulnya perasaan Ki Ageng Giring melihat kenyataan itu sehingga dia hanya bisa pasrah, namun ia menyampaikan maksud kepada Ki Ageng Pemanahan agar salah seorang anak turunnya kelak bisa turut menjadi raja di Mataram. Dari musyawarah diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi kesempatan menjadi raja tanah Jawa pada keturunan yang ke tujuh. Versi lain menyebutkan bahwa Ki Ageng Giring ketika tirakat memperoleh Wahyu Mataram di Kali Gowang. Istilah gowang konon berasal dari suasana batin yang kecewa (gowang) karena gagal meminum air degan oleh karena telah kedahuluan Ki Ageng Pemanahan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kesempatan menjadi raja Mataram pupus sudah, tinggal harapan panjang yang barangkali bisa dinikmati pada generasi ke tujuh. Hal itu berarti setelah keturunan Ki Ageng Pemanahan yang ke-6, atau menginjak yang ke-7, ada kemungkinan bagi keturunan Ki Ageng Giring untuk menjadi raja. Apakah Pangeran Puger menjadi raja setelah 6 keturunan dari Pemanahan ? Kita lihat silsilah di bawah ini. Puger menjadi raja Mataram setelah mengalahkan Amangkurat III. Jika angka 6 dianggap perhitungan kurang wajar, yang wajar adalah 7, maka dapat dihitung Raden Mas Martapura yang bertahta sekejap sebelum tahtanya diserahkan ke Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Jadi pergantian keluarga berlangsung setelah 7 raja keturunan Ki Ageng Pemanahan. Bukti bahwa Puger memang keturunan Giring dapat dilihat dalam Babad Nitik Sultan Agung. Babad ini menceritakan bahwa pada suatu ketika parameswari Amangkurat I, Ratu Labuhan, melahirkan seorang bayi yang cacat. Bersamaan dengan itu isteri Pangeran Arya Wiramanggala, keturunan Kajoran, yang merupakan keturunan Giring, melahirkan seorang bayi yang sehat dan tampan. Amangkurat mengenal Panembahan Kajoran sebagai seorang pendeta yang sakti dan dapat menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu puteranya yang cacat dibawa ke Kajoran untuk dimintakan penyembuhannya. Kajoran merasa bahwa inilah kesempatan yang baik untuk merajakan keturunannya. Dengan cerdiknya bayi anak Wiramanggala-lah yang dikembalikan ke Amangkurat I (ditukar) dengan menyatakan bahwa upaya penyembuhannya berhasil. Sudah ditakdirkan bahwa Amangkurat III, putera pengganti Amangkuat II berwatak dan bernasib jelek Terbukalah jalan bagi Pangran Puger untuk merebut tahta. Sumber lain menceritakan silsilah Puger sebagai berikut: Dengan demikian, benarlah bahwa pada urutan keturunan yang ke-7 keturunan Ki Ageng Giring-lah yang menjadi raja, meskipun silsilah itu diambil dari garis perempuan. Namun ini cukup menjadi dalih bahwa Puger alias Paku Buwana I adalah raja yang berdarah Giring. PINTU GERBANG: Inilah pintu gerbang kompleks makam Ki Ageng Giring III di Desa Sada, Paliyan, Gunung Kidul. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah pada malam Jumat, khususnya malam Jumat Kliwon. PINTU MASUK KEDUA: Setelah para peziarah memasuki pintu gerbang, mereka akan melewati makam para pengikut Ki Ageng Giring yang berada di luar tembok. Makam Ki Ageng Giring sendiri berada di dalam tembok yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Para peziarah dilarang memakai alas kaki jika memasuki kompleks ini. BATU NISAN: Di sinilah Ki Ageng Giring III dimakamkan. Para peziarah dilarang mendekati batu nisan, mereka hanya diperbolehkan berdoa di luar ruangan cungkup. Pada umumnya para peziarah memohon agar diberi pangkat dan derajat. KOMPLEKS MAKAM KI AGENG SUKADANA: Sekitar 2 kilometer arah tenggara Makam Ki Ageng Giring III terdapat kompleks makam Ki Ageng Sukadana. Oleh sebagian penduduk, Ki Ageng Sukadana diyakini sebagai nama lain dari Ki Ageng Giring II atau ayah dari Ki Ageng Giring III. Berbeda dengan makam Ki Ageng Giring III, makam ini terlihat tidak terawat. Cungkup Ki Sukadana terletak paling ujung. BATU NISAN KI SUKADANA: Sama dengan Ki Ageng Giring III, makam ini selalu ramai dikunjungi para peziarah. Di tempat ini peziarah diperbolehkan masuk cungkup dan berdoa di sisi batu nisan. SENDANG PITUTUR: Sendang ini terdapat di utara (sekitar 3 kilometer) dari makam Ki Ageng Sukadana. Menurut legenda penduduk setempat, sendang ini sering dipakai mandi Ki Ageng Sukadana ketika ia masih hidup. Source : http://www.tembi.org/mataram/mataram03.htm | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 9:17 am | |
| - suprihono wrote:
- Membicarakan Tokoh Ki Ageng Giring, menurut saya ada satu cerita rakyat yang menarik juga untuk saya kemukakan disini, mengenai cerita terbentuknya sungai (baca : Kali ) GOWANG dan jejak-jejak situs kerajaan Mataram.
Situs Makam Ki Ageng Giring
Makam Ki Ageng Giring III merupakan makam pepunden Mataram yang diyakini oleh sementara masyarakat sebagai penerima wahyu Karaton Mataram. Makam kuna itu terletak di Desa Sada, Kecamatan Paliyan, Kabupaten Gunung Kidul, atau sekitar 6 kilometer ke arah barat daya dari kota Wanasari.
Menurut Mas Ngabehi Surakso Fajarudin yang menjabat jurukunci makam Giring, disebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah salah seorang keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri, yang hidup pada abad XVI. Dari perkawinannya dengan Nyi Talang Warih melahirkan dua orang anak, yaitu Rara Lembayung dan Ki Ageng Wanakusuma yang nantinya menjadi Ki Ageng Giring IV.
Pencarian wahyu Keraton Mataram itu konon atas petunjuk Sunan Kalijaga kepada Ki Ageng Giring dan Ki Ageng Pemanahan. Ki Ageng Giring disuruh menanam sepet (sabut kelapa kering), yang kemudian tumbuh menjadi pohon kelapa yang menghasilkan degan (buah kelapa muda). Sedangkan Ki Ageng Pemanahan melakukan tirakat di Kembang Semampir (Kembang Lampir), Panggang, Gunung Kidul.
Menurut wisik 'bisikan gaib' yang didapat, air degan milik Ki Ageng Giring itu harus diminum saendhegan (sekaligus habis) agar kelak dapat menurunkan raja. Oleh karenanya Ki Ageng Giring berjalan-jalan ke ladang terlebih dulu agar kehausan sehingga dengan demikian ia bisa menghabiskan air degan tersebut dengan sekali minum (saendhegan). Namun sayang, ketika Ki Ageng Giring sedang di ladang, Ki Ageng Pemanahan yang baru pulang dari bertapa di Kembang Lampir singgah di rumahnya, dalam keadaan haus ia meminum air kelapa muda itu sampai habis dengan sekali minum.
Betapa kecewa dan masygulnya perasaan Ki Ageng Giring melihat kenyataan itu sehingga dia hanya bisa pasrah, namun ia menyampaikan maksud kepada Ki Ageng Pemanahan agar salah seorang anak turunnya kelak bisa turut menjadi raja di Mataram. Dari musyawarah diperoleh kesepakatan bahwa keturunan Ki Ageng Giring akan diberi kesempatan menjadi raja tanah Jawa pada keturunan yang ke tujuh.
Versi lain menyebutkan bahwa Ki Ageng Giring ketika tirakat memperoleh Wahyu Mataram di Kali Gowang. Istilah gowang konon berasal dari suasana batin yang kecewa (gowang) karena gagal meminum air degan oleh karena telah kedahuluan Ki Ageng Pemanahan. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kesempatan menjadi raja Mataram pupus sudah, tinggal harapan panjang yang barangkali bisa dinikmati pada generasi ke tujuh.
Hal itu berarti setelah keturunan Ki Ageng Pemanahan yang ke-6, atau menginjak yang ke-7, ada kemungkinan bagi keturunan Ki Ageng Giring untuk menjadi raja. Apakah Pangeran Puger menjadi raja setelah 6 keturunan dari Pemanahan ? Kita lihat silsilah di bawah ini.
Puger menjadi raja Mataram setelah mengalahkan Amangkurat III. Jika angka 6 dianggap perhitungan kurang wajar, yang wajar adalah 7, maka dapat dihitung Raden Mas Martapura yang bertahta sekejap sebelum tahtanya diserahkan ke Raden Mas Rangsang (Sultan Agung). Jadi pergantian keluarga berlangsung setelah 7 raja keturunan Ki Ageng Pemanahan.
Bukti bahwa Puger memang keturunan Giring dapat dilihat dalam Babad Nitik Sultan Agung. Babad ini menceritakan bahwa pada suatu ketika parameswari Amangkurat I, Ratu Labuhan, melahirkan seorang bayi yang cacat. Bersamaan dengan itu isteri Pangeran Arya Wiramanggala, keturunan Kajoran, yang merupakan keturunan Giring, melahirkan seorang bayi yang sehat dan tampan. Amangkurat mengenal Panembahan Kajoran sebagai seorang pendeta yang sakti dan dapat menyembuhkan orang sakit. Oleh karena itu puteranya yang cacat dibawa ke Kajoran untuk dimintakan penyembuhannya. Kajoran merasa bahwa inilah kesempatan yang baik untuk merajakan keturunannya. Dengan cerdiknya bayi anak Wiramanggala-lah yang dikembalikan ke Amangkurat I (ditukar) dengan menyatakan bahwa upaya penyembuhannya berhasil.
Sudah ditakdirkan bahwa Amangkurat III, putera pengganti Amangkuat II berwatak dan bernasib jelek Terbukalah jalan bagi Pangran Puger untuk merebut tahta. Sumber lain menceritakan silsilah Puger sebagai berikut:
Dengan demikian, benarlah bahwa pada urutan keturunan yang ke-7 keturunan Ki Ageng Giring-lah yang menjadi raja, meskipun silsilah itu diambil dari garis perempuan. Namun ini cukup menjadi dalih bahwa Puger alias Paku Buwana I adalah raja yang berdarah Giring.
PINTU GERBANG: Inilah pintu gerbang kompleks makam Ki Ageng Giring III di Desa Sada, Paliyan, Gunung Kidul. Makam ini selalu ramai dikunjungi peziarah pada malam Jumat, khususnya malam Jumat Kliwon.
PINTU MASUK KEDUA: Setelah para peziarah memasuki pintu gerbang, mereka akan melewati makam para pengikut Ki Ageng Giring yang berada di luar tembok. Makam Ki Ageng Giring sendiri berada di dalam tembok yang dibangun pada masa Sri Sultan Hamengku Buwana IX. Para peziarah dilarang memakai alas kaki jika memasuki kompleks ini.
BATU NISAN: Di sinilah Ki Ageng Giring III dimakamkan. Para peziarah dilarang mendekati batu nisan, mereka hanya diperbolehkan berdoa di luar ruangan cungkup. Pada umumnya para peziarah memohon agar diberi pangkat dan derajat.
KOMPLEKS MAKAM KI AGENG SUKADANA: Sekitar 2 kilometer arah tenggara Makam Ki Ageng Giring III terdapat kompleks makam Ki Ageng Sukadana. Oleh sebagian penduduk, Ki Ageng Sukadana diyakini sebagai nama lain dari Ki Ageng Giring II atau ayah dari Ki Ageng Giring III. Berbeda dengan makam Ki Ageng Giring III, makam ini terlihat tidak terawat. Cungkup Ki Sukadana terletak paling ujung.
BATU NISAN KI SUKADANA: Sama dengan Ki Ageng Giring III, makam ini selalu ramai dikunjungi para peziarah. Di tempat ini peziarah diperbolehkan masuk cungkup dan berdoa di sisi batu nisan.
SENDANG PITUTUR: Sendang ini terdapat di utara (sekitar 3 kilometer) dari makam Ki Ageng Sukadana. Menurut legenda penduduk setempat, sendang ini sering dipakai mandi Ki Ageng Sukadana ketika ia masih hidup.
Source : http://www.tembi.org/mataram/mataram03.htm wah sipp ki malah luih komplit | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 1:16 pm | |
| suwun kang pri la ki malah ngerti tekan sejarahe
monggo nek wonten malih saget di post | |
| | | suprihono Camat
Lokasi : Kemayoran,Jakarta Pusat Reputation : 5 Join date : 29.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 1:35 pm | |
| Sebenarnya ada satu lagi cerita tentang sejarah desa Giring yaitu mengenai Kisah Joko Tarub yang konon menyembunyikan selendang bidadari di bawah lesung padi. Sekarang lesung padi tersebut ada di desa Giring cuman untuk cerita mengenai hal tersebut saya masih mencari sumber / literatur sejarah nya. karena klo hanya menceritakan yang saya ingat dari cerita-cerita mbah-mbah saya takutnya enggak valid...... | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 1:37 pm | |
| yo wis ma pri kulo tunggu niki
suwun sak derenge | |
| | | giadi_pcs Camat
Lokasi : sudirman jakpus Reputation : 3 Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 2:29 pm | |
| PRI GEK GOLEKKONO CRITANE SEING SEIIP, GEK TAK WACANE SEING NGASI NJINGGLENG | |
| | | suprihono Camat
Lokasi : Kemayoran,Jakarta Pusat Reputation : 5 Join date : 29.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 13, 2008 4:26 pm | |
| - giadi_pcs wrote:
- PRI GEK GOLEKKONO CRITANE SEING SEIIP, GEK TAK WACANE SEING NGASI NJINGGLENG
Siap Kumandan..... | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Tue Oct 14, 2008 9:07 am | |
| - suprihono wrote:
- Sebenarnya ada satu lagi cerita tentang sejarah desa Giring yaitu mengenai Kisah Joko Tarub yang konon menyembunyikan selendang bidadari di bawah lesung padi. Sekarang lesung padi tersebut ada di desa Giring cuman untuk cerita mengenai hal tersebut saya masih mencari sumber / literatur sejarah nya. karena klo hanya menceritakan yang saya ingat dari cerita-cerita mbah-mbah saya takutnya enggak valid......
wah apik ki kayane ceritan joko tarup..... wes ra sabar ki pengen moco ceritane | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Tue Oct 14, 2008 10:44 am | |
| mungin tidak cuma kita bisa baca cerita2 dulu melaikan ada suatu ilmu didalamnya yang bisa kita ambil untuk bekal hidup kita
wasalam, | |
| | | k_lop Pengawas
Lokasi : Bandung Reputation : 16 Join date : 08.06.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Wed Oct 15, 2008 9:23 am | |
| - SAPTO SARDIYANTO wrote:
- mungin tidak cuma kita bisa baca cerita2 dulu melaikan ada suatu ilmu didalamnya
yang bisa kita ambil untuk bekal hidup kita
wasalam, mas setuju banget matur nuwun | |
| | | suprihono Camat
Lokasi : Kemayoran,Jakarta Pusat Reputation : 5 Join date : 29.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Wed Oct 15, 2008 9:37 pm | |
| | |
| | | SAPTO SARDIYANTO Camat
Lokasi : JAKARTA Reputation : 1 Join date : 24.05.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Thu Oct 16, 2008 1:10 pm | |
| yang mungin bisa dicari jalan tengahnya tapi yang terpenting isi pesan yang terdapat dalam cerita tersebut | |
| | | giadi_pcs Camat
Lokasi : sudirman jakpus Reputation : 3 Join date : 14.07.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Mon Oct 20, 2008 8:12 pm | |
| juga penyajian alur ceritanya juga yg menarik jadi mudah di pahami dan enak untk di baca | |
| | | gimbik Pengawas
Lokasi : Nori One Reputation : 6 Join date : 04.03.08
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Tue Nov 18, 2008 7:53 am | |
| kalo bisa disertai dengan ilustrasi akan lebih menarik | |
| | | nat2 Warga
Lokasi : surabaya Reputation : 0 Join date : 02.10.09
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Fri Oct 02, 2009 12:01 pm | |
| weh....apik tenan. dadi pengen dolan nang babad giring. jaluk infone dulur, lek arep enek acara ngene maneh. gawe referensi tulisan ki | |
| | | Soni_Kyocera Koordinator
Lokasi : Bojong Gede-Bogor Reputation : 3 Join date : 04.08.10
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring Thu Aug 05, 2010 9:58 am | |
| Ada enam dusun yang ada di bawah Desa Giring, yaitu Bulu, Singkil, Pengos, Gunungdawa, Pulebener, dan Nasri
Mase, biyen dek aku isih sekolah nang SDN Inpres Giring, yen mboten kelentu, Desa Giring ora mung 6 dusun, isih ono Dusun Giring, Dusun Candi lan Dusun Kendal,
Matur Suwun | |
| | | Sponsored content
| Subyek: Re: Tradisi Babat Dalan Giring | |
| |
| | | | Tradisi Babat Dalan Giring | |
|
Similar topics | |
|
| Permissions in this forum: | Anda tidak dapat menjawab topik
| |
| |
| |
|