Bantuan benih padi dan palawija langsung dari Departemen Pertanian RI kepada petani ternyata sudah kesandung masalah. Salah satu kelompok di Kecamatan Purwosari tidak bisa mencairkan dana bantuan langsung, karena sudah diserobot oleh rekanan, dan kelompok tahu-tahu sudah menerima droping benih. Sementara itu di Desa Getas, Kecamatan Playen ada kelompok yang mengajukan bantuan benih jagung, namun dipaksakan oleh petugas agar membeli benih padi.
Demikian hasil evaluasi dan monitoring yang dilakukan Komisi B DPRD Gunungkidul, terkait bantuan benih langsung kepada petani. “Meskipun bantuan langsung pada petani, tetapi praktiknya masih sama dengan tahun lalu,” kata Ketua Komisi B H Nurhadi Rahmanto SPd Selasa (2/9).
Penyerobotan bantuan terjadi di Kelompok Tani Dusun Klepu, Desa Giriasih, Kecamatan Purwosari. Ketua kelompok yang didampingi bendaharanya bermaksud membuka rekening di salah satu bank, namun gagal karena rekening sudah masuk di rekening salah satu rekanan pengadaan barang. Selang beberapa hari kelompok tani tersebut sudah mendapatkan droping benih dari rekanan tersebut.
Ketua Kelompok Tani dan Dukuh Klepu yang ditemui Ketua Komisi B, menyatakan bukan berarti kelompok tani tidak siap untuk membelanjakan bantuan benih, namun karena rekening tidak masuk kepada rekening kelompok, sehingga pihaknya hanya pasrah, meskipun faktanya tidak sesuai dengan program pemerintah dan kesepakatan kelompok.
Sementara itu di Desa Getas, beberapa kelompok tani juga mengeluh, karena hasil musyawarah kelompok, bantuan uang akan direalisasikan untuk pengadaan benih jagung, karena dari hasil uji coba budidaya jagung pada MT 2007/2008 berhasil dengan bagus. Namun oleh petugas dipaksakan harus membeli padi. Dengan demikian kelompok tani tersebut menjadi bingung.
Dengan adanya hasil temuan yang tidak sesuai dengan kebijakan Departemen Pertanian RI, maka Dinas Petanian Tanaman Pangan dan Hortikultura diminta untuk melakukan pemantauan dan monitoring di lapangan terhadap pelaksanaan bantuan langsung untuk pengadaan benih kepada seluruh kelompok tani.
Sementara itu Ketua DPRD Gunungkidul Slamet SPd MM, sejak digulirkannya bantuan langsung benih kepada kelompok tani, sudah ada kekhawatiran kelompok tani akan kesulitan mencari benih yang dibutuhkan. Hal ini karena ada dugaan permainan oknum petugas dengan perusahaan pembenihan, karena dana langsung ditransfer kepada kelompok tani. Jika benih sulit didapat, maka ada harapan pada tahun mendatang bantuan benih akan dikelola oleh instansi tertentu, dan kelompok tinggal menerima benih, bukan membelanjakan.
Dinas Pertanian perlu membentuk tim pemantau, apakah bantuan benar-benar sampai pada petani atau tidak, jangan-jangan terjadi rekayasa dari pihak-pihak tertentu, sehingga kelompok tidak berani membelanjakan uangnya. Demikian juga Pemkab Gunungkidul juga harus menjamin bahwa ketersediaan benih akan siap ketika kelompok tani membutuhkan.
Departemen Pertanian RI mengucurkan bantuan langsung untuk pengadaan benih padi kepada 800 kelompok senilai Rp 3,6 miliar, bantuan benih jagung untuk 300 kelompok senilai Rp 1,9 miliar, bantuan beniuh kedelai untuk 240 kelompok senilai Rp 1,5 miliar. Selain itu juga dikucurkan bantuan langsung benih padi hibrida sebanyak 2.250 kilogram, padi non hibrida sebanyak 37.500 kilogram, bantuan benih unggul jagung hibrida sebanyak 2.250 kilogram dan bantuan pupuk organik dan pupuk NPK, yang nilainya mencapai lebih dari Rp 7 miliar
Wed Sep 03, 2008 10:16 am
