FKOGK
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.


Forum Komunitas Online Gunungkidul
 
IndeksJual BeliPortal FKOGKLatest imagesPencarianPendaftaranLogin

 

 Saat menemukan jati diri melalui surjan

Go down 
2 posters
PengirimMessage
akhmad subekti
Koordinator
akhmad subekti


Lokasi : wonosari
Reputation : 3
Join date : 30.03.08

Saat menemukan jati diri melalui surjan Empty
PostSubyek: Saat menemukan jati diri melalui surjan   Saat menemukan jati diri melalui surjan Icon_minitimeWed Aug 27, 2008 9:11 am

Modelnya lurik berwarna coklat, biru, atau hijau, itulah pakaian surjan yang sering digunakan Charles Purwanto, pemuda yang suka mengoleksi pakaian khas daerah itu. Di rumahnya di kawasan Jalan Monumen Jogja Kembali (Monjali), berbagai jenis koleksi pakaian surjan dapat dijumpai. Namun, itu akan ketahuan setelah melongok lemari pribadinya.
Lebih dari separuh pakaian keseharianya merupakan pakaian surjan yang merupakan pakaian adat jawa pada masa lampau.
Layaknya pakaian batik yang juga khas Jawa, surjan menjadi pakaian kebanggaan Purwanto. Selain nyaman, ia mengaku sangat menggandrungi pakaian adat yang satu ini, terutama sejak menginjak kelas dua di sekolah menegah jurusan musik di Bugisan Jogja.
Meski tergolong muda, Purwanto yang berusia sekitar dua puluhan merasa dirinya tidak malu untuk mengenakan pakaian adat tersebut.
“Surjan enak dipakai,” kata Purwanto. Menurutnya, pakaian surjan dapat dipakai segala cuaca baik dingin atau di ruangan ber-AC sebagai penghangat badan. Sementara itu, ketika cuaca sangat panas, pakaian surjan membuat badan terasa dingin dan dapat meresap keringat.
Hal itu dibenarkan oleh Kunjiat. Bapak satu putra yang telah berumur lima puluhan ini juga sangat menggemari pakaian surjan. Baginya, tiada hari tanpa pakaian surjan. Ia menjelaskan, dirinya memiliki berbagai macam surjan mulai dari yang polos, kembangan, hingga bermotif lurik.
Untuk pakaian surjan lurik, dia memiliki jenis yang bergaris dengan pola mo-lu (bergaris lima berseling dengan garis tiga) dengan warna merah maron, coklat, hijau, dan biru.
“Saya senang memakai yang biru,” kata Kunjiat.
Ia menambahkan, pakaian surjan yang berwarna biru merupakan pakaian keseharian. Sementara itu, untuk acara formal ia memiliki pilihan favorit, surjan kembang berwarna kuning dengan motif bunga batu.
Acara formal yang dimaksud oleh Kunjiat a.l. pesta perkawinan, sunatan dan lainnya. Pada acara tersebut, terkadang ia mengenakan surjan dengan pasangan jarik dan blangkonya, akan tetapi terkadang hanya sekadar surjan dengan celana katun.
Lain Kunjian, lain pula Purwanto. Pemuda ini justru sangat favorit dengan surjan miliknya yang berwarna coklat.
Setiap menjelang magrib, Purwanto yang berdagang minuman ringan 'wedang bajigur dan wedang raden sangkrah' di Jalan Monjali ini, selalu mengenakan surjannya itu disertai dengan iket atau ikat kepala khas jawa, celana katun coklat dan jarik yang dilingkarkan di perutnya dan menutupi sampai lutut.
“Surjan inilah yang menjadi icon dagangan saya. Biar terlihat Jawa tulen,” ujarnya diselingi senyuman.
Sebagai seorang pengemar surjan, Purwanto tak jarang memburu pakaian ini ke toko, pembuat, bahkan sampai ke pedagang lowak yang ada di Bringharjo sekalipun. Ia bercerita, pernah suatu ketika membeli pakaian surjan dengan harga Rp1.000.
“Ini surjan yang paling murah,” katanya dengan ketawa. Namun demikian, da juga memiliki koleksi surjan yang sedang. Ia menunjukkan pakaian surjan warna coklat lurik bergaris model mo-lu miliknya yang dibeli dengan harga Rp145.000 di toko.
Jika dilihat sekilas, kain surjan itu memiliki bentuk dan warna yang mirip. Namun, bahan atau kain surjan yang berbeda akan menghasilkan kualitas yang sangat jauh berbeda pula. Oleh karena itu, harganya akan ditentukan oleh jenis kain.
Ketika disodori dua pakaian surjan yang mirip, seorang yang tidak berpengalaman akan menganggap sama, padahal jika diraba dan dipakai tentunya akan berbeda. Menurut Purwanto, saat ini banyak beredar model surjan yang berbahan kain campuran plastik dan bukan tenun.
“Surjan yang demikian itu merupakan pakaian yang telah mengalami modifikasi,” katanya.
Bentuk kancingnya seperti yang dipergunakan baju kebanyakan alias tidak asli. Modelnya mengalami sedikit perubahan seperti bentuk krah yang lebih kecil dan memiliki resleting.
Surjan model baru dengan bahan semi plastik atau kain biasa yang tidak ditenun, tidak dapat menggantikan kenyamanan surjan tenun asli. Narto salah seorang perajin surjan di Bugisan mengatakan, pakaian itu dapat menyebabkan masuk angin pada suhu dingin dan keringet pada lingkungan yang panas.
Usaha milik ayah Narto yaitu Wagiman Darmo Wiyono ini telah ada sejak tahun 1976. “Kebanyakan pembeli surjan tenun ini adalah para bos,” kata Narto. Narto menambahkan, sebagai seorang pengrajin surjan dan blangkon yang merupakan pakaian adat atau tradisional Jawa, teknik pemasaranya juga sangat tradisional.
Menurut Narto, awalnya para pembeli didominasi oleh abdi dalem kraton dan beberapa masyarakat. Seiring majunya zaman, permintaan berkurang dan saat ini didominasi oleh perian pengantin.

“Hampir semua rian pengantin di Jogja mengambil barang dari kita,” ujar Narto. Ia mengatakan, memang yang paling banyak pesanan adalah blangkon, tetapi pakaian surjan juga banyak dipesan oleh para eksekutif baik muda maupun tua. Berdasarkan ceritra pelangganya, pakaian surjan mereka gunakan untuk hari jumat.

Namun begitu, sejak usahanya berhubungan dengan Dinas Perdagangan dan Koperasi Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, ia sering mengikuti pameran. Pameran yang diikutinya sangat berhubungan dengan budaya. Narto mencontohkan pameran yang diikuti yaitu pada ulang tahun Kota Jogja, pekan raya budaya, dan yang palin akhir 2005.

Pedagang eceran di Bringharjo, Mbah Tomo, mengatakan para penjual pakaian surjan kini mulai meningkat. “Aku tidak mengerti apakan surjan itu untuk dipakai atau dikoleksi. Yang jelas, sekarang makin banyak anak muda yang mencari,” kata Tomo.
Tomo merupakan seorang perempuan yang tergolong setia pada surjan. Menginjak usianya yang telah berumur lebih dari enam puluhan tahun, Ia tetap berdagang kain surjan.
Di dasaran atau tempat berdagang miliknya yang berkuran satu kali dua meter itu, tergelar beberapa pakaian surjan bekas dan juga surjan baru, jarik dan beberapa iket. Ia mengaku sudah lebih dari tiga puluh tahun berdagang surjan yang banyak mengalami pasang surut.
Kembali Ke Atas Go down
http://wasiat.multiply.com
SAPTO SARDIYANTO
Camat
SAPTO SARDIYANTO


Lokasi : JAKARTA
Reputation : 1
Join date : 24.05.08

Saat menemukan jati diri melalui surjan Empty
PostSubyek: Re: Saat menemukan jati diri melalui surjan   Saat menemukan jati diri melalui surjan Icon_minitimeWed Aug 27, 2008 12:05 pm

semoga pakaian surjan ini bisa bertahan dg masuknya tren pakaian yang baru.
dg cara 1.dibuat model yang sesuai dg jamannya
2.sering diadakan even yang memakai surjan ini
sehingga pakaian ini tidak akan hilang dari kebudayaan kita.
saya masih mempunyai 2 peninggalan alm.simbah kakung saya yang diwonosari.

wasalam,
Kembali Ke Atas Go down
 
Saat menemukan jati diri melalui surjan
Kembali Ke Atas 
Halaman 1 dari 1
 Similar topics
-
» Jati diri sebagai..............
» Tradisi sebagai Penegasan Jati Diri (Pelarian Majapahit Leluhur Warga Gunungkidul? (3)
» Menemukan Lorong di Kedalaman Bumi
» Mengapai maghligai cinta Melalui Pernikahan Berkah
» Perkembangan Teknologi Informasi

Permissions in this forum:Anda tidak dapat menjawab topik
FKOGK :: ALL ABOUT GUNUNGKIDUL :: Kesenian Daerah-
Navigasi: